BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan aktifitas penting yang dilakukan oleh siswa di
dalam dunia pendidikan. Karena dengan proses belajar anak akan
menjadi tahu dari apa yang tidak diketahuinya.
Anak anak merupakan tunas dan generasi penerus bangsa yang masih
dalam proses pertumbuhan dan perkembanganya, baik aspek fisik, rohani
(mental) maupun sosialnya.1
Bagaimana nasib suatu bangsa apabila anak-anaknya tidak mempunyai
skill atau keahlian dalam bidang pendidikan khususnya. Dapat kita
ketahui apabila suatu bangsa generasi penerusnya bagus maka masa
depan bangsapun akan bagus pula, begitu juga sebaliknya apabila
generasi atau penerus bangsa rusak maka suramlah masa depan bangsa
tersebut.
Belajar merupakan suatu kata yang sudah akrab dan tidak asing
ditelinga kita. Bagi para pelajar dan mahasiswa bahwa belajar
merupakan aktifitas yang sangat penting di dalam menuntut ilmu, hal
ini merupakan suatu hal yang tidak dapat terpisahkan dari semua
kegiatan mereka. Kegiatan belajar yang mereka lakukan biasanya
dilakukan pada setiap waktu sesuai dengan keinginan mereka. Baik
pagi hari, siang hari, sore hari, maupun pada malam hari.
Oleh karena itu, untuk apa belajar? Jawabnya
adalah untuk memperoleh ilmu pengetahuan seebanyak-banyaknya agar
tidak dikatakan sebagai orang yang bodoh. Kata
“bodoh” sangat tidak enak didengar bahkan sangat menyakitkan
hati. Karena kata “bodoh” sering diterjemahkan sebagai orang yang
tidak atau kurang sekali dalam penguasaan ilmu pengetahuan. “bodoh”
adalah suatu kata yang sangat populer untuk menyudutkan orang pada
derajat yang sangat rendah. Walaupun derajatnya tidak serendah
binatang, dengan alasan manusia mempunyai kelebihan, yaitu “akal”.
Dengan akallah manusia memberantas kebodohan. Dengan ilmulah manusia
memberantas kemiskinan ilmu. Dengan ilmulah akan tercipta nur yang
terang dalam menatap masa depan.2
Dalam terjemah kitab Ta’limul Muta’allim
bahwasanya Rasulullah SAW menjelaskan tentang kewajiban belajar dan
mencari ilmu hukumnya wajib, hal ini sesuai dengan sabda beliau
yaitu:
ﻗﺍﻝ
ﺮﺳﻭﻝ
ﺍﷲ
ﺻﻟﻰ
ﺍﷲ
ﻋﻟﻳﻪ
ﻭﺳﻟﻡ
:,, ﻃﻟﺏ
ﺍﻟﻌﻟﻡ
ﻓﺭﯾﺿﺔ
ﻋﻟﻰ
ﻛﻝ
ﻣﺳﻟﻡ
Rasullulah SAW bersabda : “Menuntut ilmu hukumnya wajib (
Fardlu) atas setiap Muslim.”3
Rasul saw menjelaskan bahwa siapa yang pergi untuk menuntut ilmu
pengetahuan adalah seperti orang yang sedang berjihad di jalan Allah.
Anas r.a berkata bahwa Rasulullah saw. Bersabda :
عن
أنس بن مالك قال :
قال
رسول الله صلى الله عليه و سلم من خرج في
طلب العلم كان في سبيل الله حتى يرجع
“Dari Anas bin Malik berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Barang
siapa keluar (dari rumahnya) untuk mencari ilmu, maka dia dalam jihad
di jalan Allah sehingga ia kembali”. (HR Tirmidzi)4.
Hal ini seperti apa yang dikatakan oleh Imam Ghazali di dalam bukunya
Ringkasan Ihya’ Ulumuddin bahwasanya mengenai pengajaran serta
belajar ilmu Mu’adz bin jabal berkata :
Belajarlah ilmu, sebab mempelajari ilmu karena Allah adalah kebaikan
serta menuntut ilmu adalah ibadah, pengkajianya ialah seperti tasbih,
penyelidikanya seperti jihad, pengajaranya adalah sedekah disertai
pemberianya kepada ahlinya ialah pendekatan diri kepada Allah. Ilmu
adalah penghibur di kala kesepian, menjadi kawan dikala menyendiri
serta menjadi petunjuk di kala senang dan susah, ia adalah pembantu
serta teman baik dan penerang jalan ke surga”. 5
Banyak sekali dalil atas ilmu yang terdapat di dalam Al-Qur’an
maupun Al-Hadits. Ilmu ialah pemimpin serta amal adalah pengikutnya.
Orang yang mendapat ilmu adalah orang yang bahagia, sedangkan orang
yang tidak mendapatkanya adalah orang yang sengsara. Ilmu menyebabkan
kemuliaan di dunia dan akhirat, maka orang alim dengan ilmunya
menanam bagi dirinya sendiri kebahagiaan abadi dengan mendidik
akhlaqnya sesuai dengan tuntunan ilmu.
Rasulullah SAW juga bersabda:
عن
أبي هريرة قال :
قال
رسول الله صلى الله عليه و سلم من سلك
طريقا يلتمس به علما سهل الله له طريقا
إلى الجنة
“Dari Abi Hurairah berkata, Rasulullah SAW
bersabda: ”Barangsiapa menempuh jalan untuk mencarit ilmu, maka
Allah memudahkan baginya jalan menuju Surga”.6
Demikianlah keutamaan orang yang berilmu yang
dapat melebihi segalanya. Namun perlu dicamkan, ilmu tidak datang
dengan sendirinya, tetapi ilmu harus dicari lewat sumbernya. Dunia
ini adalah sumber ilmu. Maka bacalah segala sesuatu yang ada di
dalamnya nanti akan ditemukan dan terkuak dari misterinya hal-hal
yang sangat berguna bagi kehidupan sepanjang masa.7
Orang tua di zaman sekarang, menyadari betapa
pentingnya ilmu pengetahuan bagi anak-anak mereka, sehingga orang tua
menyuruh anaknya untuk bersekolah dari jenjang terendah sampai
tertinggi supaya menjadi orang yang pandai dan dapat menikmati hidup
dengan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi anak yang dapat dibanggakan
oleh orang tua, agama, dan bangsa. Kini sudah saatnya kebodohan ilmu
harus segera disingkirkan dari sisi kehidupan. Belajar kuncinya.
Belajar adalah kunci ke pintu gerbang ilmu.8
Di dalam Islam, belajar merupakan suatu kewajiban bagi setiap orang
yang beriman agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangka untuk
meningkatkan derajat di dalam kehidupan mereka. Hal ini seperti yang
dijabarkan di dalam Al- Qur’an Surat Al-Mujadalah ayat 11:
”Hai orang-orang beriman apabila kamu
dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis",
Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan
apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.9
Seperti itulah Allah beserta Rasullullah sangatlah mengagungkan
sebuah ilmu. Ilmu disini adalah ilmu yang bermanfaat sehingga anak
mempunyai bekal untuk hidup di dunia maupun di akhirat nantinya.
Selanjutnya pengertian belajar dapat dikemukakan
oleh Oemar Hamalik (2008:154) bahwasanya “ belajar adalah perubahan
tingkah laku yang relative mantap berkat latihan dan pengalaman.
Belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia dan yang membedakanya
dengan binatang”.10
Derajat orang seperti itu digambarkan oleh Allah lebih rendah
dibanding binatang sebagai manusia.
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam (Q.s. al-A’raf, 7:179) :
”Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi
neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai
hati, tetapi tidak dipergunakanya untuk memahami (ayat-ayat Allah)
dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakanya untuk melihat
(tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi)
tidak dipergunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu
seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka
itulah orang-orang yang lalai”.
Seperti itulah Allah mengibaratkan orang yang
tidak mau belajar, mengembangkan atau memanfaatkan seluruh potensi
yang dimilikinya dan kapasitasnya berarti menjauhi hakikatnya sebagai
manusia. Manusia, menurut hakikatnya, adalah makhluk belajar. Ia
lahir tanpa memiliki pengetahuan, sikap, dan kecakapan apa pun,
kemudian tumbuh dan berkembang menjadi mengetahui, mengenal, dan
menguasai banyak hal. Itu terjadi karena ia belajar dengan
menggunakan potensi dan kapasitas diri yang telah di anugerahkan
Allah kepadanya.11
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an Surat al-Nahl,
ayat 78 yang berbunyi:
”Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu
dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur.”
Islam menginginkan pemeluknya cerdas serta pandai. Itulah ciri akal
yang berkembang secara sempurna. Cerdas ditandai oleh adanya
kemampuan menyelesaikan masalah dengan cepat dan tepat, sedangkan
pandai ditandai oleh banyak memiliki pengetahuan, jadi banyak
memiliki informasi.
Ayat dan hadits biasanya diungkapkan dalam bentuk
perintah agar belajar dan atau perintah menggunakan indera dan akal,
atau pujian kepada mereka yang menggunakan indera dan akalnya.
Sebagian kecil dari ayat al-Qur’an dan hadits tersebut dituliskan
berikut ini:
”Katakanlah, samakah antara orang yang
mengetahui dan orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya hanya orang
yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”.
(Al-Zumar: 9)
”Dan perumpamaan ini Kami buat untuk manusia,
tidak mungkin dapat memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu”.
(Al-Ankabut: 43)
Ayat-ayat di atas jelas menunjukkan pentingnya ilmu (pengetahuan)
dimiliki oleh orang Islam, pentingnya berfikir, dan pentingnya
belajar. Nabi Muhammad SAW sendiri menyatakan bahwa pengetahuan dapat
diperoleh dengan cara belajar. Jadi orang Islam diperintah agar
belajar.12
Oleh karena itu, belajar yang dilakukan oleh manusia merupakan bagian
dari hidupnya, berlangsung seumur hidup, kapan saja, dan dimana saja,
baik di sekolah, di kelas, di jalanan dalam waktu yang tidak dapat
ditentukan sebelumnya.13
Dalam menuntut ilmu bahwasanya belajar merupakan aktifitasnya di
dalam dunia pendidikan. Di dalam ruang lingkup sekolah, anak dituntut
untuk bisa memahami pelajaran apa yang diberikan oleh gurunya. Doni
Koesoema A (2007:225) menyimpulkan “jika dipahami secara lebih
komprehensif, sekolah benar-benar menjadi sebuah wahana bagi proses
pendidikan nilai. Di dalam sekolahlah diharapkan para siswa belajar
mengaktualisasikan nilai-nilai yang telah mereka terima secara
langsung”.14
Kesimpulanya adalah ‘fungsi pendidikan adalah membimbing anak
kearah suatu tujuan yang kita nilai tinggi’ (S. Nasution,
2009:35).15
Namun, kenyataanya di dalam kelas seorang guru mengajar, siswa
tentunya memperhatikan dan mendengarkan apa yang sedang diuraikan.
Keadaan ini sungguh bertolak belakang dengan apa yang dialami pelajar
sekarang. Mereka menyepelekan dan malas belajar yang sudah menjadi
tanggung jawabnya sebagai seorang pelajar. Misalnya anak sedang
membaca buku, pasti kita beranggapan bahwa dia belajar. Padahal belum
tentu. Siapa tahu pandangan matanya diarahkan kedalam buku tersebut,
tetapi pikirannya menerawang ke arah lain yang menarik baginya. Hal
seperti ini haruslah mendapatkan pengamatan yang mendalam.
Kurangnya berminat terhadap mata pelajaran yang diajarkan oleh guru,
karena dengan tidak adanya minat seperti itu, hal ini mengakibatkan
siswa sukar mengerti isi pelajaran tersebut. Akhirnya pikirannya
melayang-layang pada hal yang lain. Hal seperti inilah seharusnya
mendapatkan pengamatan yang mendalam.
Biasanya dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, dihadapkan dengan
sejumlah siswa yang mempunyai karakteristik siswa yang
bermacam-macam. Terdapat siswa yang menempuh kegiatan belajarnya
secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi
lain, tidak sedikit pula siswa yang justru dalam kegiatan belajarnya
mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa biasanya
ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai
hasil belajarnya, biasanya kesulitan tersebut dapat bersifat
psikologis, sosiologis, maupun fisiologis. Sehingga pada akhirnya
dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah
semestinya.16
Daya tangkap setiap anak dalam menerima materi pelajaran di sekolah
memang berbeda-beda. Daya tangkap anak yang tergolong rendah, akan
sangat memengaruhi perolehan pengetahuannya. Padahal, perolehan
pengetahuan berbanding lurus dengan perolehan nilai di sekolahnya.
Masalah kemampuan anak dalam menerima materi di sekolah ini dapat
dilihat dari faktor internal, misalnya dari segi gizi yang kurang
terpenuhi sehingga daya tahan tubuhnya terganggu, yang
mengakibatkannya jadi kurang konsentrasi di sekolah. Selain itu,
faktor psikologis anak, misalnya kurang diperhatikan orang tua atau
gurunya.
Adapun faktor eksternal yang memengaruhi antara lain cara mengajar
gurunya di sekolah yang kurang dipahami atau tak disukai sang anak.
Atau, kondisi belajar yang kurang kondusif, misalnya ruang kelas
terlalu ramai dan berisik sehingga menganggu konsentrasi belajarnya.
Selain belajar di sekolah, anak perlu mengulang pelajarannya di luar
sekolah. Sayangnya, tak sedikit orang tua yang kesulitan mendampingi
anaknya belajar di rumah karena kesibukannya, atau pelajaran sang
anak belum tentu dipahami orang tuanya. Belum lagi setumpuk pekerjaan
rumah (PR) yang diberikan oleh guru, sehingga siswa semakin malas
untuk mengerjakanya karena merasa kesulitan.
Persaingan belajar di kelas bisa ikut memengaruhi
naik-turun prestasi belajarnya. Jadi, tak heran jika sang juara kelas
pun tetap membutuhkan tambahan pelajaran ekstra, baik di luar sekolah
maupun di luar rumah, untuk mempertahankan prestasinya.17
Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, bagaimana hasil
belajar seorang anak tidak berada di bawah sebagaimana semestinya,
baik dari hasil kognitif, afektif maupun psikomotoriknya. Bagaimana
agar siswa dapat efektif dalam hal belajarnya di sekolah, maka
perlunya mendapat perhatian yang mendalam. Lebih baik seorang anak
tersebut diberikan sebuah layanan bimbingan belajar buat mereka agar
efektif dan efesien dalam belajar dan dapat memperoleh prestasi
belajar yang dapat dibanggakan.
Sebenarnya, yang wajib mengajari anak ialah orang
tuanya, setelah anak mendapatkan pelajaran dari sekolah. Karena
berbagai alasan, orang tua tidak mampu membimbing anaknya dalam hal
belajar, orang tua terpaksa mengirimkan anaknya ke suatu bimbingan
belajar tambahan misalnya les privat dirumah sendiri, bimbingan
belajar privat, dan sebagainya. Mungkin karena tiga hal utama orang
tua melakukan hal tersebut yaitu: pertama,
orang tua tidak mampu menguasai pengetahuan yang harus diajarkan
kepada anaknya. Kedua,
orang tua tidak mempunyai cukup waktu untuk membimbing belajar
anaknya, karena orang tua mulai sibuk bekerja di luar rumah.. Ketiga,
pengajaran di rumah sangat mahal. Tetapi dari sebagian itu, terdapat
orang tua yang membimbing belajar anaknya sendiri dirumah sesuai
dengan kemampuannya.
. Tetapi apakah dengan anak yang mendapatkan
bimbingan belajar tersebut dapat meningkatkan prestasi belajarnya
disekolah? Seberapa pentingkah bimbingan belajar bagi anak untuk
meningkatkan prestasi belajarnya? Sehingga dalam hal ini peneliti
ingin mengambil judul “ Pengaruh
Bimbingan Belajar Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa di
Madrasah Ibtidaiyah Al-Umron Bendosewu Kecamatan Talun Kabupaten
Blitar”.
- Rumusan Masalah
Supaya lebih mudah dalam pemecahan masalah yang penulis ajukan, maka
penulis uraikan dalam beberapa merumuskan masalah sebagai berikut :
- Bagaimana bimbingan belajar yang diperoleh siswa di MI Al-Umron Bendosewu?
- Bagaimana prestasi belajar siswa yang ada di MI Al-Umron Bendosewu?
- Apakah ada dan seberapa tinggi hubungan antara bimbingan belajar dengan prestasi belajar siswa yang ada di MI Al-Umron Bendosewu?
- Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
- Untuk mengetahui sejauh mana bimbingan belajar yang diperoleh siswa MI Al-Umron Bendosewu sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya di sekolah, dan dapat bermanfaat bagi kehidupan siswa baik disekolah, keluarga dan lingkungan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
- Untuk mengetahui sejauh mana prestasi belajar siswa yang ada di MI Al-Umron Bendosewu.
- Untuk mengetahui apakah ada dan seberapa tinggi hubungan antara bimbingan belajar dengan prestasi belajar siswa MI AL-Umron Bendosewu.
D. Hipotesis Penelitian
- Hipotesis alternatife (hi) terdapat pengaruh yang signifikan antara bimbingan belajar terhadap peningkatan prestasi belajar siswa MI AL-Umron Bendosewu.
- Hipotesis nihil (ho) tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara bimbingan belajar terhadap peningkatan prestasi belajar siswa MI Al-Umron Bendosewu.
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini diharapkan
memberi manfaat diantaranya:
1. Manfaat bagi lembaga
Semoga penelitian ini menjadi sumbangan yang dapat dimanfaatkan oleh
STIT AL-Muslihuun Tlogo Kanigoro Blitar dalam rangka proses
pengembangan jati diri. Yaitu terciptanya seluruh civitas akademika
yang sesuai slogan Ulul Albab dalam segala bidang.
2. Manfaat bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Secara teoritis merupakan sumbangan pemikiran ilmiah dan dapat
dijadikan sebagai salah satu pedoman bahwasannya bimbingan belajar
itu merupakan upaya dalam hal mengatasi kesulitan belajar anak, dan
sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar anak di sekolah,
keluarga maupun di lingkungan masyarakat demi suksesnya kegiatan
pembelajaran.
3. Bagi Penulis
Penulis dapat menambah pengalaman dan pengetahuan dalam hal bimbingan
belajar sebagai salah satu alternatif bimbingan yang diarahkan kepada
siswa untuk membantu dalam masalah kesulitan belajar dan sebagai
salah satu upaya peningkatan prestasi belajar.
F. Definisi Operasional
Agar masalah yang dibahas dalam penulisan skripsi ini terarah pada
sasaran yang telah ditentukan, maka peneliti akan memberikan
batasan-batasan yang ada pada judul tersebut diatas yaitu :
- Bimbingan Belajar
Bimbingan Belajar merupakan salah satu bimbingan
yang diarahkan untuk membantu para individu atau siswa dalam
menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dalam hal belajarnya. Yang
meliputi yaitu: penyelesaian tugas-tugas dan latihan, cara belajar,
dan lain sebagainya.
Bimbingan belajar dilakukan dengan cara
mengembangkan suasana belajar-mengajar yang kondusif agar terhindar
dari kesulitan belajar. Para pembimbing membantu individu atau siswa
mengatasi kesulitan belajar, mengembangkan cara belajar yang efektif,
membantu individu agar sukses dalam belajar supaya mampu menyesuaikan
diri terhadap semua tuntunan program atau pendidikan.18
- Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa
dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang
diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang
sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi
pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap
bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.
Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah
diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang
tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.19
G. Sistematika Pembahasan
Selama penyusunan skripsi ini dibahas beberapa bab dengan sistematika
sebagai berikut:
Bab satu bagian pendahuluan, dalam bab ini memuat latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
hipotesis penelitian, definisi operasional dan sistematika pembahasan
yang dimaksudkan sebagai pengantar untuk memasuki bab-bab berikutnya.
Bab dua bagian kajian pustaka, yang didalamnya memuat pembahasan
mengenai bimbingan belajar, yaitu sebagai salah satu upaya proses
bantuan kepada siswa yang mempunyai masalah di dalam hal belajarnya,
yang meliputi penyelesaian tugas, cara belajar dan sebagainya, dan
juga sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan prestasi
belajarnya di sekolah.
Bab tiga bagian metodologi penelitian, di dalam bab ini memuat
rancangan penelitian, populasi dan sampel, instrumen penelitian,
teknik pengumpulan data, teknik analisa data.
Bab empat bagian analisis data dan pembahasan,
yang menerangkan deskripsi data,
pengujian hipotesis dan pembahasan.
Bab lima penutup, merupakan bab yang berisi kesimpulan dan pembahasan
akhir serta merupakan jawaban terhadap rumusan masalah yang terdapat
pada bab pendahuluan. Bab ini juga berisi saran-saran dari penulis
yang merupakan akhir dalam penulisan skripsi ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
- Kajian Tentang Bimbingan Belajar
- Pengertian Bimbingan Belajar
Banyak definisi berkenaan dengan bimbingan. Setiap definisi
bergantung kepada aliran dan falsafah yang dianut oleh seseorang itu.
Jika di telaah dari berbagai sumber akan dijumpai
pengertian-pengertian yang berbeda mengenai bimbingan, tergantung
dari jenis sumbernya dan yang merumuskan pengertian tersebut.
Bimbingan dapat diartikan petunjuk, penjelasan dan sebagainya.
Sesuatu, tuntunan, pimpinan.1
Bimbing dapat pula diartikan pimpin, asuh atau tuntun.2
Bimbingan merupakan suatu tuntunan yang bersifat membantu.
Menurut Rochman Natawidjaja dalam bukunya Bimbingan Pendidikan
dalam Sekolah Pembangunan sebagaimana yang dikutip oleh Juhana
Wijaya merumuskan:
Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang
dilakukan secara terus-menerus (continue) supaya individu tersebut
dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan
dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan
sekolah, keluarga, dan masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap
kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti
kepada kehidupan masyarakat umumnya.3
Sedang Shertzer dan Stone mendefinisikan bimbingan sebagaimana yang
di kutip oleh Zulkifli Yusuf yaitu bahwasanya:
Bimbingan sebagai satu proses menolong individu untuk memahami
dirinya dan alam sekelilingnya. Proses ini menunjukkan satu usaha
yang berterusan dan melibatkan banyak suatu langkah. Menolong disini
bermaksud sebagai membantu. Individu di sini dimaksudkan kepada
penuntut-penuntut sekolah atau siswa. Bimbingan juga merupakan satu
proses pendidikan yang berterusan, tersusun dan sistematik serta
dapat membantu individu melalui daya usahanya sendiri untuk
mengembangkan kemampuanya, memperolehi kesejahteraan dalam hidupnya.4
Secara singkat dapat dikatakan bimbingan adalah bantuan yang
diberikan kepada seseorang agar memperkembangkan potensi-potensi yang
dimiliki, mengenali dirinya sendiri, mengatasi persoalan-persoalan
sehingga dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung
jawab tanpa bergantung pada orang lain.
Pada dasarnya pendidikan adalah usaha sadar untuk mempersiapkan
peserta didik melalui kegiatan pengajaran, bimbingan, dan / atau
latihan bagi perannya di masa yang akan datang.”5
Dapat diketahui, terdapat salah satu unsur pokok dalam kegiatan
pendidikan, yaitu bimbingan. Bimbingan merupakan jenis kegiatan
pendidikan yang terutama tertuju pada pertumbuhan kepada kepribadian
manusia Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Mahaesa, memelihara
budi pekerti kemanusiaan, dan memegang teguh cita-cita moral rakyat
yang luhur.6
Bimbingan merupakan unsur pokok dalam proses kegiatan pendidikan,
yang merupakan serangkaian kegiatan atau langkah-langkah yang
digunakan untuk mengubah kondisi awal peserta didik sebagai masukan,
menjadi kondisi-kondisi ideal sebagai hasilnya. Proses-proses
tersebut berlangsung dalam bentuk-bentuk kegiatan pendidikan yang
berupa bimbingan.
Bimbingan sebagai pendidikan dan pengembangan yang menekankan proses
belajar yang sistematik. Bimbingan sebagai pendidikan dan
pengembangan yang menekankan pada proses belajar. Pengertian ini
menekankan bimbingan sebagai bentuk pendidikan dan pengembangan diri,
tujuan yang diinginkan diperoleh melalui proses belajar.7
Terdapat hubungan yang erat antara bimbingan dan pendidikan walaupun
adakalanya terdapat suatu perbedaan. Misalnya dapat di katakan bahwa
pendidikan menuju kearah pembinaan diri sendiri. Proses pendidikan
berlangsung di dalam diri anak didik, dan hasil pendidikan tampak
dalam tingkah lakunya. Kebalikanya, bimbingan merupakan faktor di
luar individu yang berperanan dalam usahanya untuk mengembangkan diri
sendiri.
Hal ini juga diungkapkan oleh Jones seperti yang dikutip oleh Juhana
Wijaya dalam bukunya “Psikologi Bimbingan” menerangkan
bahwa:
Bimbingan merupakan usaha pendidikan. Usaha ini menyangkut pemberian
bantuan oleh badan atau perseorangan kepada individu dalam menentukan
pilihanya. Pilihanya ini menyangkut apa yang harus dilakukan, metode
mana yang digunakan, dan tujuan apa yang akan dicapainya. Setiap
bimbingan adalah pendidikan, tetapi ada beberapa aspek pendidikan
yang bukan merupakan bimbingan. Bimbingan itu hanya ada apabila
terjalin adanya kerja sama individu dan adanya pemberian bantuan
kepadanya dalam memilih tujuan-tujuanya atau metode-metodenya.8
Dalam hubunganya dengan pendidikan, bimbingan merupakan bagian
integral dalam program pendidikan. Bimbingan merupakan pelengkap bagi
semua segi pendidikan. Bimbingan membantu agar proses pendidikan
berjalan dengan efisien, dalam arti cepat, mudah dan efektif.9
Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan menyimpulkan “layanan dasar
bimbingan merupakan layanan bantuan bagi peserta didik (siswa)
melalui kegiatan kelas atau di luar kelas, yang disajikan secara
sistematis, dalam rangka membantu siswa mengembangkan potensinya
secara optimal”.10
Terdapat pendapat lain yang menyatakan bahwasanya ‘bimbingan
(guidance) adalah bantuan yang diberikan seseorang kepada
orang lain untuk menentukan pilihan-pilihan dan penyesuaian diri
peserta didik dalam memecahkan masalah-masalah yang sedang dihadapi’.
(Redya Mudyahardjo, 2008:65)11
Bimbingan merupakan sebuah layanan yang bersifat universal, yang
tidak hanya di sekolah dan keluarga, tetapi di mana pun ada orang
yang memerlukan bantuan dan di mana pun ada orang yang membantu.
Dalam pelaksanaan bimbingan, tidak semua tugas dalam bimbingan harus
dilaksanakan oleh para ahli di bidangnya masing-masing. Dalam hal
tertentu kadang-kadang peranan guru maupun orang tua lebih menonjol
dibandingkan dengan para ahli. Dimana guru atau orang tua sangat
dekat dengan anak. Tetapi dari kesemuanya itu tergantung dari orang
yang memerlukan bantuan.12
Bimbingan merupakan suatu tuntunan. Bimbingan dapat diberikan kepada
seorang individu atau sekumpulan individu. Bimbingan dapat diberikan
baik untuk menghindari kesulitan-kesulitan maupun untuk mengatasi
persoalan-persoalan yang dihadapi oleh individu di dalam kehidupanya.
Hal ini berarti bahwa bimbingan dapat diberikan baik untuk mencegah
agar kesulitan itu tidak atau jangan timbul, tetapi juga dapat
diberikan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang telah menimpa
individu. 13
Dari sejumlah pengertian bimbingan tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwasanya bimbingan merupakan salah satu bagian terpadu dari
pendidikan sebagai usaha proses bantuan atau pertolongan kepada
individu untuk memahami dirinya dalam menghindari masalah atau
mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupanya, melalui daya
usahanya sendiri untuk mengembangkan kemampuanya, memperoleh
kesejahteraan dalam hidupnya, dan dengan itu dapat menyesuaikan
dirinya.
Sedangkan pengertian belajar adalah berusaha mengetahui sesuatu,
berusaha memperoleh ilmu pengetahuan (pengetahuan, ketrampilan).14
Menurut Slameto (2003:2) belajar ialah “suatu proses usaha yang di
lakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam
interaksi dengan lingkunganya”.15
Selanjutnya Syaiful Bahri Djamarah (2008:13) mengatakan belajar
adalah “serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkunganya yang menyangkut kognitif, afektif, dan
psikomotor”.16
Kemudian A. Tabrani, et al, (1992:9) mendefinisikan belajar
adalah “menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Di sini
dipentingkan pendidikan intelektual untuk peserta didik yang
diberikan bermacam-macam mata pelajaran untuk menambah pengetahuan
yang dimilikinya”.17
Adapun pengertian belajar secara kualitatif (tinjauan mutu) ialah
proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara
menafsirkan dunia di sekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini
difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas
untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.18
Belajar itu selalu menunjukkan suatu proses perubahan perilaku atau
pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu.
Konsepsi tentang belajar turut menentukan bahan pelajaran yang akan
disajikan kepada anak-anak, kegiatan belajar dengan menggunakan bahan
itu agar tercapai tujuan yang diinginkan, dan merencanakan kondisi
yang optimal untuk proses belajar. Misalnya, kegiatan belajar di
dalam kelas dengan menggunakan sejumlah mata-mata pelajaran tertentu
untuk dipelajari.19
Para pakar pendidikan telah mendefinisikan tentang pengertian belajar
yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Namun demikian,
walaupun berbeda tetapi mengacu kepada prinsip yang sama yaitu
merupakan suatu usaha untuk memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan
berkat latihan dan pengalaman.
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil
tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung kepada
bagaimana proses belajar yang dialami siswa sebagai anak didik.
Belajar merupakan suatu usaha untuk memperoleh sejumlah ilmu
pengetahuan. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi. Saw sebagai berikut:
ﺍﻧﻤﺎ
ﺍﻟﻌﻠﻢ
ﺑﺎﻟﺘﻌﻠﻢ…
“Sesungguhnya Ilmu itu hanya di peroleh dengan belajar.”20
Aktifitas belajar yang dialami anak didik tidak selamanya baik.
Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat
menangkap pelajaran apa yang sedang dipelajari, kadang-kadang terasa
amat sulit. Tugas-tugas (PR) yang semakin menumpuk sehingga siswa
malas untuk mengerjakanya. Setiap anak didik tidak ada yang sama, ada
yang menempuh kegiatan belajarnya secara lancar, terdapat pula ada
hambatan dalam mencapai hasil belajarnya. Hambatan tersebut dapat
bersifat psikologis, fisiologis, maupun sosiologis.
Masalah belajar merupakan masalah yang penting yang dialami oleh
siswa. Pentingnya penyelenggaraan bimbingan, dengan cara memberikan
bimbingan belajar kepada siswa untuk mengatasi kesulitan di dalam
belajarnya. Misalnya guru atau pembimbing.
Dari pengertian diatas dapatlah dikemukakan bahwa bimbingan
belajar merupakan suatu jenis kegiatan pendidikan dan merupakan
bentuk kegiatan dalam proses belajar yang dilakukan oleh seseorang
yang telah memiliki kemampuan lebih dalam banyak hal untuk diberikan
kepada orang lain sebagai bantuan atau pertolongan dalam menghadapi
masalah atau mengatasi kesulitan di dalam hal belajar.
Yang meliputi yaitu: penyelesaian tugas-tugas dan latihan dari
sejumlah bidang mata pelajaran, dan lain sebagainya.
yang mana bertujuan agar orang lain dapat menemukan pengetahuan baru
yang belum dimilikinya serta dapat diterapkan dalam kehidupannya.
- Perlunya Bimbingan Belajar
Sehubungan dari pengertian yang telah dikemukakan diatas. Dapat
diketahui, bahwasanya bimbingan belajar merupakan salah satu bentuk
layanan bimbingan yang penting untuk dilaksanakan. Layanan bimbingan
belajar dapat dilaksanakan di sekolah, di rumah, atau di mana pun
seseorang (siswa) yang memerlukan bantuan atau pertolongan dalam
menghadapi masalahnya dalam hal belajar. Misalnya penyelesaian
tugas-tugas dan latihan, (PR) yang menumpuk dari sejumlah mata
pelajaran yang tidak dapat dikuasainya, dan lain sebagainya.
Pengalaman menunjukkan bahwasanya kegagalan-kegagalan yang dialami
siswa dalam belajar tidak selalu disebabkan oleh kebodohan atau
rendahnya intelegensi. Sering kegagalan itu terjadi disebabkan mereka
tidak mendapatkan layanan bimbingan belajar yang memadai.
Salah satunya adalah terdapatnya masalah-masalah
siswa yang berhubungan dengan pelajaran dan belajar. Walaupun
masalah-masalah belajar bukan barang baru bagi para siswa, namun
karena ada beberapa pelajaran yang belum pernah diterima, maka timbul
masalah-masalah seperti kurang dapat menangkap beberapa mata
pelajaran, lamban dalam menangkap dan mencernakan bahan bacaanya,
rendahnya tingkat kemauan anak untuk belajar, rendahnya tingkat
ambisi, tidak ada kemauan untuk menelaah pelajaran, banyaknya
pekerjaan rumah, terlalu sibuk dengan urusan lain selain pelajaran,
menganggap enteng materi pelajaran, kebiasaan mempelajari hal-hal
yang kurang baik, kesulitan dalam belajar sendiri, dalam mempelajari
buku, dalam memgerjakan tugas-tugas, dalam menghadapi ulangan atau
ujian, dalam menghadapi pekerjaan rumah (PR), dan sebagainya.21
Namun demikian, kenyataan menunjukkan bahwa setelah kegiatan belajar
mengajar berakhir masih saja ada murid yang tidak dapat menguasai
materi pelajaran dengan baik sebagaimana tercermin dalam nilai atau
hasil belajar lebih rendah dari kebanyakan murid-murid sekelasnya.
Masalah belajar tersebut merupakan suatu kondisi tertentu yang
dialami oleh seseorang murid dan menghambat kelancaran proses
belajarnya. Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan
dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang dimilikinya dan dapat
juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi
dirinya. Hambatan-hambatan tersebut dapat bersifat fisiologis,
psikologis maupun sosiologis.
Setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan individual ini
pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar di kalangan
anak didik. Dalam keadaan di mana anak didik atau siswa tidak dapat
belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan “kesulitan
belajar”.22
Kondisi-kondisi yang tampak mengalami kesulitan
adalah materi pelajaran yang berulang kali gagal ditempuhnya, tingkah
lakunya di sekolah yang berkaitan dengan kedisiplinan dalam mengikuti
pelajaran, dan terpusatnya konsentrasi saat mengikuti pelajaran. Juga
bagaimana ia melaksanakan kewajiban-kewajiban dan tugas rumah,
aktifitas yang cenderung mengarah kepada tugas sekolah, sejauh mana
ia mengutamakan kegiatan belajar, prestasi belajarnya (dengan standar
kelas ataupun kelompok dalam berbagai macam materi pelajaran).23
Jadi jelas dalam kegiatan belajar ini banyak masalah-masalah yang
timbul terutama yang dirasakan oleh siswa sendiri. Misalnya,
kebiasaan belajar yang kurang efektif, perbedaan sikapnya terhadap
beberapa mata pelajaran, tidak ada kedisiplinan waktu pada diri anak.
Ia sibuk selain hal-hal pelajaran seperti nonton TV, bermain di
jalan, atau keluar dengan teman-teman yang kurang baik. Semua ini
dapat merupakan masalah yang untuk beberapa anak agar dirasakan sukar
untuk dapat di atasi sendiri tanpa bantuan orang lain. Untuk
itu hendaknya siswa tersebut mendapatkan bantuan untuk mengatasi
masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar. Mereka memerlukan
pendekatan-pendekatan khusus untuk mencapai hasil-hasil belajar yang
diharapkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membantu
meningkatkan hasil belajar murid-murid seperti itu adalah dengan
melaksanakan sebuah layanan bimbingan belajar.
Oleh karena itu, bimbingan belajar mutlak perlu dilaksanakan.
Bimbingan belajar dapat dilakukan di mana saja. Baik disekolah, di
rumah maupun keluarga dan sebagainya. Di dalam pelaksanaannya
bimbingan belajar dapat dilaksanakan oleh siapa saja. Keseluruhan
bentuk kegiatan bimbingan merupakan usaha sadar dari tenaga
kependidikan misalnya dari keluarga (orang tua, wali dan sebagainya),
masyarakat (pembimbing, instruktur dan sebagainya), dan pemerintah
(guru, kepala sekolah, teknisi pendidikan, pengembang bidang
pendidikan, dan sebagainya).24
Disinilah penting dan perlunya program bimbingan belajar untuk
membantu agar mereka berhasil dalam belajar dan mendapatkan prestasi
belajar yang membanggakan.
- Tujuan dan Manfaat Bimbingan Belajar
Terdapat tujuan dan manfaat bimbingan belajar, secara umum tujuan
bimbingan belajar adalah tercapainya penyesuaian akademis siswa
sehingga dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Memberikan
bantuan kepada siswa dalam memecahkan kesulitan-kesulitan yang
berhubungan dengan masalah belajar, misalnya dalam hal:
- Mendapatkan cara belajar yang efisien, baik sendiri maupun kelompok
- Menentukan cara mempelajari atau menggunakan buku-buku pelajaran
- Membuat tugas-tugas sekolah, mempersiapkan diri untuk ulangan atau ujian
- Menghadapi kesulitan-kesulitan dalam mata-mata pelajaran tertentu
- Menentukan pembagian waktu dan perencanaan belajar
Adapun yang menjadi tujuan dari bimbingan belajar adalah membantu
murid-murid agar mendapat penyesuaian yang baik dalam situasi
belajar. Dengan bimbingan ini diharapkan setiap murid dapat belajar
dengan sebaik mungkin, sesuai dengan kemampuan yang ada pada
dirinya.25
Secara khusus, tujuan bimbingan belajar agar siswa dapat:
- Mengenal, memahami, menerima, mengarahkan dan mengaktualisasikan potensi secara optimal,
- Mengembangkan berbagai keterampilan belajar,
- Mengembangkan suasana belajar yang kondusif, dan
- Memahami lingkungan pendidikan. 26
Di dalam bidang bimbingan belajar, juga bertujuan untuk membantu
siswa mengembangkan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai
pengetahuan dan keterampilan. Karena di dalam bidang bimbingan ini
memuat pokok-pokok seperti berikut:
- Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar untuk mencari informasi dari berbagai sumber belajar, mengikuti pelajaran sehari-hari, mengerjakan tugas (PR), mengembangkan keterampilan belajar
- Pengembangan disiplin belajar dan berlatih, baik secara mandiri maupun kelompok
- Pemantapan dan pengembangan penguasaan materi pelajaran di sekolah.27
Manfaat bimbingan belajar bagi siswa adalah tersedianya kondisi
belajar yang nyaman, terperhatikannya karakteristik pribadi siswa,
dan siswa dapat mereduksi kemungkinan kesulitan belajar, sedangkan
manfaat bagi pembimbing adalah membantu menyesuaikan program
pembelajaran agar sesuai dengan karakteristik siswa dan memudahkan
dalam pengembangan potensi siswa secara menyeluruh. Banyak manfaat
yang bisa diperoleh siswa dengan mengikuti bimbingan belajar. Mereka
akan terbantu untuk memahami pelajaran yang belum begitu dipahami
atau dikuasainya.
- Fungsi Bimbingan Belajar
Layanan bimbingan belajar dapat berfungsi:
- Pencegahan (Preventif)
Layanan bimbingan belajar dapat berfungsi pencegahan artinya
merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah. Tindakan
pencegahan adalah tindakan sebelum munculnya tingkah laku yang
menyimpang yang menganggu kondisi optimal berlangsungnya
pembelajaran.28
Dalam fungsi pencegahan ini layanan yang diberikan berupa bantuan
bagi para siswa agar terhindar dari berbagai masalah dalam
belajarnya. Misalnya, kurangnya menguasai mata pelajaran, tugas-tugas
(PR) dan sebagainya.
- Fungsi pemahaman
Fungsi pemahaman yang dimaksud yaitu fungsi bimbingan belajar untuk
membantu peserta didik (siswa) agar memiliki pemahaman terhadap
dirinya (potensinya). Berdasarkan pemahaman ini, individu diharapkan
mampu mengembangkan potensinya di dalam hal belajarnya secara
optimal.
- Fungsi perbaikan
Fungsi perbaikan yaitu fungsi bimbingan belajar yang akan
menghasilkan terpecahkanya atau teratasinya berbagai permasalahan
dalam belajar yang dialami oleh siswa. Misalnya, kesulitan-kesulitan
dalam menghadapi sejumlah mata-mata pelajaran.
- Bimbingan Belajar Tambahan
Pada hakekatnya, guru selain memberi pelajaran, juga mempunyai tugas
untuk memberi bimbingan di dalam kelasnya, misalnya dalam hal
bimbingan belajar.29
Membimbing siswa dalam belajar akademik untuk mengatasi
kesukaran-kesukaran yang timbul dalam mata pelajaran dan materi yang
harus dipelajari. Akan tetapi mengingat bahwa para guru-guru dalam
kenyataanya tidak mempunyai banyak waktu luangnya untuk mencurahkan
perhatiannya kepada bidang-bidang lain di luar tugas-tugasnya untuk
memberikan pelajaran, maka mutlak diperlukan seseorang yang dapat
membimbing siswa dalam hal belajar, yang dapat membantu para guru dan
juga untuk melancarkan tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Untuk
hal ini, selanjutnya akan dibahas mengenai bimbingan belajar
tambahan. Seperti bimbingan belajar dari orang tua, bimbingan
belajar privat di luar jam sekolah.
- Bimbingan Belajar Orang Tua
Pada dasarnya pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab
memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik. Orang tua sebagai
pendidik juga sebagai pembimbing bagi kegiatan belajar anak baik di
dalam maupun di luar rumah dengan harapan anak dapat belajar dengan
baik dan berhasil. Sebagai pembimbing orang tua hendaknya dapat
membimbing anak agar bergairah dan aktif belajar.
Dorongan dan bimbingan belajar dari orang tua serta memberikan
pengetahuan sangat bermanfaat sekali bagi anak. Hal ini seperti yang
dikemukakan oleh Abdul Mujib, et.al dalam bukunya Ilmu
Pendidikan Islam (2006:228-229) bahwasanya “orang tua
seharusnya menjadi pendidik yang memberikan pengetahuan terhadap
anak-anaknya, serta memberikan sikap dan keterampilan yang memadai,
memimpin keluarga, dan mengatur kehidupanya, memberikan contoh
sebagai keluarga yang ideal, dan bertanggung jawab dalam kehidupan
keluarga, baik yang bersifat jasmani maupun rohani”.30
Oleh karena itu, orang tua harus dapat memperhatikan anak dengan
seksama agar dapat memberi bimbingan sesuai dengan situasi dan
kondisinya dalam belajarnya.
Walaupun anak sudah masuk sekolah, tetapi harapan masih digantungkan
kepada keluarga untuk memberikan sebuah bimbingan dalam belajar dan
memberikan suasana sejuk dan menyenangkan bagi belajar anak di rumah.
Dan tampak sekali bahwa kedua orang tua merasa bahwa perlu memusatkan
perhatiannya untuk memenuhi keperluan anak dan kemajuannya dalam
belajar. Misalnya, dalam menyelesaikan tugas-tugas dan latihan,
pekerjaan rumah (PR), kebiasaan belajar secara efektif dan
sebagainya.
Sebagai orang tua, untuk mendorong kemandirian dalam belajar,
pentinglah bagi anak-anak untuk mengambil inisiatif untuk mengatasi
kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan pekerjaan rumah (PR) mereka
sendiri. Tanggungjawab anak adalah mengerjakan pekerjaan rumah mereka
dan sebagai orang tua adalah memantaunya.31
Sifat hubungan orang tua dan anak sering dilupakan. Faktor ini
penting sekali dalam menentukan kemajuan belajar anak. Orang tua
merupakan contoh terdekat dari anak-anaknya. Segala yang diperbuat
orang tua tanpa disadari akan ditiru anak-anaknya. Karenanya sikap
orang tua yang bermalas-malasan tidak baik, hendaknya di buang
jauh-jauh. Demikian juga anak yang sedang belajar memerlukan
bimbingan dari orang tua agar sikap dewasa dan tanggung jawab
belajar, tumbuh pada diri anak.
Bagaimana orang tua menjaga hubungan dengan anak-anaknya serta
membantu mereka untuk mencapai kesuksesan dalam belajar yang sesuai
dengan kemampuan mereka. Misalnya, menghindari ketegangan,
perselisihan, dan pertengkaran, secara utama di depan anak, menjaga
suasana keluarga yang sejuk yang dapat dirasakan oleh anak dengan
rasa aman, tenteram, dan damai sehingga dapat mewujudkan perkembangan
mental dan kejiwaan yang sehat dan sebagainya.
Orang tua sebaiknya memberikan semangat untuk belajar dan mengikuti
program-program yang dapat menghapus kebodohan. Juga mendorong anak
untuk menelaah, membaca dan belajar dan tidak membebani anak dengan
kesibukan-kesibukan di rumah sehingga mengabaikan pelajarannya.
Menertibkan waktu si anak, sekiranya ia dapat membagi antara memenuhi
kewajiban rumah dan sekolah. Dan juga menjaga kesehatan tempat bagi
anak supaya mereka dapat belajar dengan tenang dan menghindarkan
mereka dari kotoran atau sumber-sumber penyakit yang dapat
mempengaruhi konsentrasinya.32
Orang tua di harapkan dapat membimbing belajar pelajaran akademik
kepada anak. Tetapi mengenai pelajaran akademik ada dua macam
pandangan. Pertama, pandangan yang tidak memperbolehkan orang
tua mengajarkan bidang akademik kepada anak. Kedua, pandangan
yang menganjurkan agar orang tua mengajarkan bidang akademik kepada
anak.
Pandangan yang tidak memperbolehkan orang tua mengajarkan bidang
akademik kepada anak bertolak dari alasan, (1) orang tua tidak
memiliki pengetahuan yang cukup dan tidak memiliki keterampilan
mengajar, (2) sering menimbulkan ketegangan dan frustasi kepada anak,
(3) waktu anak bermain menjadi berkurang. Pandangan yang menganjurkan
agar orang tua mengajarkan bidang akademik kepada anak bertolak dari
alasan bahwa (1) orang tua dapat berfungsi sebagai guru di rumah,
dan (2) orang tua dapat menjadi pelengkap bagi pembelajaran di
sekolah.33
Perlu tidaknya orang tua menjadi guru bagi anak mereka di rumah
tergantung dari berbagai keadaan. Jika orang tua mampu menjalin
hubungan yang baik dengan anak, menguasai bahan pelajaran dan
mempunyai waktu untuk membimbingnya dalam hal belajar, ada baiknya
orang tua menjadi guru bagi anak mereka di rumah. Tetapi, jika orang
tua menjadi tegang, frustasi, kecewa, atau tidak sabar pada saat
membimbing belajar, sebaiknya orang tua tersebut tidak menjadi guru
bagi anak mereka di rumah.
- Bimbingan Belajar Privat
Bimbingan belajar privat merupakan layanan bimbingan belajar di luar
jam sekolah. Bimbingan belajar privat sekarang ini banyak dibutuhkan.
Karena selain belajar di sekolah, anak perlu mengulang
pelajarannya di luar sekolah. Sayangnya, tak sedikit orang tua yang
kesulitan mendampingi anaknya belajar di rumah karena orang tua mulai
sibuk bekerja di luar rumah, Abu Ahmadi, et.al (2004:87)
menyimpulkan bahwasanya “orang tua yang sibuk bekerja, terlalu
banyak anak yang diawasi, sibuk organisasi, berarti anak tidak
mendapatkan pengawasan/bimbingan dari orang tua, hingga kemungkinan
akan banyak mengalami kesulitan belajar”.34
atau pelajaran sang anak belum tentu dipahami orang tuanya
atau tidak mampu menguasai pengetahuan yang harus diajarkan kepada
anaknya. Karena berbagai alasan tersebut
orang tua terpaksa mengirimkan anaknya ke suatu bimbingan belajar
tambahan misalnya bimbingan belajar privat (les).
Belajar di sekolah dari
pukul 07.00 s.d. 13.30 tentunya sangatlah terbatas untuk bagaimana
berkonsultasi mengerjakan soal-soal yang sekiranya diujikan. Seperti
yang kita tahu bahwa waktu pengajaran setiap mata pelajaran dibatasi.
Misalnya, mata pelajaran Matematika hanya diberikan waktu 1 x 45
menit dalam setiap tatap muka. Ini menjadi penyebab siswa dan guru
tidak dapat berdiskusi panjang lebar. Jadi dengan mengikuti Bimbel
siswa dapat bertanya dan berdiskusi tentang segala sesuatu yang
dirasa masih membingungkannya.35
Salah satu cara mengatasi
kesulitan belajar dalam mengerjakan soal-soal mata pelajaran yang di
rasa cukup sulit bisa ditempuh dengan mengikutkan les.
Maka tidak sedikit siswa yang menempuh pembelajaran setelah lepas
sekolah, misalnya mengikuti kursus, bimbingan belajar, maupun les
privat.
Kebutuhan memiliki kecakapan dan keterampilan merupakan alasan bagi
mereka anak-anak berkemampuan tinggi, mengejar nilai bagus bagi
anak-anak berkemampuan sedang. Dengan kurikulum yang diterapkan saat
ini, dunia pendidikan kita memberikan target yang cukup berat untuk
peserta didik baik itu standar untuk kenaikan kelas, kelulusan dan
sebagainya. Sayangnya target yang tinggi tersebut tidak dibarengi
dengan kualitas dan metode pembelajaran sekolah yang sesuai dengan
keinginan siswa. Untuk itu agar mengoptimalkan tingkat pemahaman dan
penguasaan materi peserta didik terbentuklah sistem belajar les
privat.
Terdapat manfaat dan kebaikan dari les privat. Siswa mendapat
kenyamanan psikologis, teman belajar dan terhindar dari
tekanan/stress dari faktor luar. Biasanya pembelajaran disesuaikan
dengan kebutuhan belajar siswa, misalnya dibantu mendalami, mengulang
materi pelajaran, mengerjakan PR dan tugas dari sekolah.
Siswa diarahkan untuk memahami konsep dan prinsip dasar dari materi
pelajaran sehingga proses belajar lebih cepat dan mudah dimengerti.
Adanya monitoring perkembangan pembelajaran, kelebihan dan kekurangan
siswa sehingga masalah / kesulitan belajar dapat diidentifikasi,
dievaluasi, dicari solusinya dan diaplikasikan dalam metode dan gaya
mengajar untuk mendapatkan hasil terbaik. Metode pengajaran pada
bimbel privat disesuaikan dengan sifat, karakter, cara belajar dan
kemampuan tiap siswa.36
Tujuan bimbingan belajar privat adalah memberikan bantuan secara
khusus dan individuil dalam belajar, terutama untuk mata
pelajaran-pelajaran yang kurang dan masih belum bisa difahami oleh
siswa.
- Kajian Tentang Prestasi Belajar
- Pengertian Prestasi Belajar
Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa
dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya
seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi,
tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah
proses belajar mengajar berlangsung.
Pengertian prestasi
belajar secara teori adalah bila sesuatu kegiatan
dapat memuaskan suatu kebutuhan, maka ada kecenderungan besar untuk
mengulanginya. Sumber penguat belajar dapat secara ekstrinsik (nilai,
pengakuan, penghargaan) dan dapat secara ekstrinsik (kegairahan
untuk menyelidiki, mengartikan situasi). Disamping itu siswa
memerlukan/ dan harus menerima umpan balik secara langsung derajat
sukses pelaksanaan tugas (nilai raport/nilai test).37
Prestasi belajar merupakan hasil usaha bekerja atau belajar yang
menunjukan ukuran kecakapan yang dicapai dalam bentuk nilai.
Sedangkan prestasi belajar hasil
usaha belajar yang berupa nilai-nilai sebagai ukuran
kecakapan dari usaha belajar yang telah dicapai seseorang, prestasi
belajar ditunjukan dengan jumlah nilai raport atau test nilai
sumatif.38
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi
belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam
menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh
dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai
dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi
pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap
bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi
belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari
evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi
belajar siswa.
- Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan,
maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor
intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern).
Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis
sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah
faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.
- Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu
sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu
kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi.
- Kecerdasan/Intelegensi
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini
sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal
selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan
sebaya. Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan
yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga
seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena
itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak
diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.
Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak dapat diragukan
lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.39
Ungkapan ini sesuai apa yang diungkapkan oleh Muhibbin Syah
(2009:148) juga menyimpulkan bahwasanya “semakin tinggi kemampuan
intelegensi seseorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk
meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi
seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh
sukses”.40
Menurut Al-Ghazali (2005:299) “terdapat suatu hal yang dapat
menambah kecerdasan akal, yaitu: meninggalkan perkataan yang tidak
perlu, dengan duduk-duduk dengan orang shaleh dan dengan
ulama-ulama”.41
- Bakat
Secara umum bakat (aptitude) adalah. kemampuan tertentu yang
telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Hal ini seperti
apa yang di ungkapkan oleh Abu Ahmadi, et.al (2004:82)
bahwasanya bakat adalah “potensi/kecakapan dasar yang dibawa sejak
lahir”.42
Muhibbin Syah (2009:151) menyatakan bahwa “bakat adalah kemampuan
individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada
upaya pendidikan dan latihan”.43
Sedangkan menurut Slameto (2003:57) “bakat adalah kemampuan untuk
belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang
nyata sesudah belajar dan berlatih”.44
Bakat seseorang mempengaruhi belajar. Misal, jika bahan pelajaran
yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya
lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih
giat lagi dalam belajarnya itu.
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada
seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan
dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar
bidang-bidang studi tertentu. Dalam proses belajar, bakat memegang
peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik.
Apalagi seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan
sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan
anak tersebut. Adalah penting untuk mengetahui bakat siswa tersebut.
- Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang,
diperhatikan secara terus menerus yang disertai oleh rasa senang.
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran
yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan
belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.
Ia segan-segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari
pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah
dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar.45
Tidak adanya minat seseorang anak terhadap suatu pelajaran akan
timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin
tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan, sehingga
munculnya permasalahan di dalam dirinya. Ada tidaknya minat terhadap
suatu pelajaran dapat dilihat dari cara anak mengikuti pelajaran,
lengkap tidaknya catatan dan sebagainya.46
Karena menurut Bimo Walgito (2010:144) bahwasanya “apabila anak
mempunyai minat maka akan mendorong anak untuk berbuat sesuai dengan
minatnya”.47
Dapat diyakini bahwa minat mempengaruhi proses dan hasil belajar anak
didik. Tidak banyak yang dapat diharapkan untuk menghasilkan prestasi
belajar yang baik dari seorang anak yang tidak berminat untuk
mempelajari sesuatu. Karena pada dasanya minat belajar yang besar
cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar
kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah.48
Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat besar pengaruhnya
terhadap belajar atau kegiatan.
- Motivasi
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut
merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan
belajar. Motivasi dapat berupa dorongan-dorongan dasar atau internal
dan intensif di luar diri individu. Sebagai suatu masalah di dalam
kelas, motivasi merupakan proses membangkitkan, mempertahankan, dan
mengontrol minat-minat.49
Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara
mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam
kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil jika
mempunyai motivasi untuk belajar.
Motivasi sebagai faktor inner (batin) berfungsi menimbulkan,
mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan
baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar
motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Seorang yang
besar motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih tidak mau
menyerah, giat membaca buku-buku untuk meningkatkan prestasinya untuk
memecahkan masalahnya. Sebaliknya mereka yang motivasinya lemah,
tanpa acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada
pelajaran, suka menganggu kelas, sering meninggalkan pelajaran
akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar.50
Dalam memberikan motivasi seorang guru maupun orang tua harus
berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian
siswa kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam diri
siswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni
pelajaran. Untuk membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya dapat
melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara
aktif.
- Faktor Extern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa
pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan
sebagainya. Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan
tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto (1995:60)
faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah “keadaan
keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.”51
- Keadaan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat
seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh
Abdul Mujib, et.al (2006:226) bahwa “keluarga adalah suatu kesatuan
sosial terkecil yang dimiliki oleh manusia sebagai makhluk sosial
yang memiliki tempat tinggal dan ditandai oleh kerja sama ekonomi,
berkembang, mendidik, melindungi, merawat, dan sebagainya. Inti
keluarga adalah ayah, ibu, dan anak”.52.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto bahwa: “Keluarga adalah
lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar
artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam
ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.”53
Sebelum anak didik memasuki suatu sekolah, dia sudah mendapatkan
pendidikan dalam keluarga yang bersifat kodrati. Dan orang yang
pertama bertanggung jawab terhadap pendidikan anak adalah orang
tuanya, karena adanya pertalian darah yang secara langsung
bertanggung jawab atas masa depan anak-anaknya.54
Keluarga adalah lembaga informal (luar sekolah) yang diakui
keberadaanya dalam dunia pendidikan. Peranannya tidak kalah
pentingnya dari lembaga formal dan non-formal. Hal ini sesuai dengan
Undang-Undang tentang SISDIKNAS pasal 27 ayat (1) dan (2) tentang
pendidikan informal bahwasanya “kegiatan pendidikan informal yang
dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar
secara mandiri. Dan hasil pendidikan sebagaimana yang di maksud dalam
ayat (1) diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah
peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional
pendidikan”.55
Sebagai orang tua sebaiknya mampu mendidik anak-anak mereka,
mengawasi, memperhatikan dengan sebaik mungkin. Oleh karena itu orang
tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga.
Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan
informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik
antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan
hasil belajar anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana
orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar
anak di rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan
motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak
memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.
- Keadaan sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat
penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu
lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih
giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran oleh
guru, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum.
Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi
hasil-hasil belajarnya. Hal ini seperti apa yang diungkapkan oleh
Syaikh M. Jamaluddin Mahfuzh (2007:158) yaitu “hubungan antara guru
dan siswa ikut memainkan peranan penting dalam membentuk kepribadian
mereka, sehingga bisa dijadikan tolak ukur yang menentukan
keberhasilan atau kegagalan suatu pelajaran”.56
Menurut Heri Sukarman (2004:1) mengemukakan bahwa “tiga pilar utama
yang menunjukkan bahwa guru telah bekerja secara profesional dalam
melaksanakan tugas pendidikan adalah : a). menguasai materi
pembelajaran, b). professional untuk menyampaikan materi pembelajaran
kepada siswa, dan c). berkepribadian matang”.57
Oleh sebab itu, kemampuan guru dalam penguasaan materi pembelajaran,
penyampaian materi pembelajaran, dan kepribadiannya diharapkan
semakin meningkat mampu membangun suasana pembelajaran yang
produktif, kreatif, dan inovatif sehingga mampu meningkatkan
keberhasilan dan kesesuaian hasil belajar siswa dengan tujuan yang
telah ditentukan.
- Keadaan lingkungan masyarakat
Di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor
yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm
proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat
besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam
kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan
lingkungan dimana anak itu berada.
Lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak,
terutama anak-anak yang sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya
merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak akan terangsang
untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak di sekitarnya
merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tiada menentukan
anakpun dapat terpengaruh pula. Dengan demikian dapat dikatakan
lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan
sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan
kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang
siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin
belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh
pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.58
- Beberapa Problem yang Dialami Oleh Pelajar dan Bagaimana Cara Mengatasinya
Ketika belajar, biasanya seorang pelajar atau siswa dihadapkan pada
beberapa problem. Di antaranya berupa gangguan psikis, kesehatan,
intelektual, dan sosial. Hal ini akan mempengaruhi produktivitas
pelajar tersebut dalam mempelajari materi pelajaran, menguasainya dan
mengingatnya. Untuk mengatasi semua problem itu, hingga pelajar itu
berhasil dan berprestasi, dibutuhkan beberapa anjuran dan
bimbingan-bimbingan dalam belajar.
Terdapat problem-problem yang dialami pelajar atau siswa dalam
belajar dan bagaimana cara mengatasinya, diantaranya:
- Problem lemahnya minat dan motivasi untuk belajar
Terkadang seorang pelajar mengalami situasi ingin terus santai,
malas-malasan, dan tak mempunyai gairah untuk belajar. Diantara
gejalanya adalah cenderung menjauhi buku, malas berangkat ke sekolah,
yang pada intinya adalah malas belajar. Semua ini akan berakibat pada
semakin menumpuknya materi pelajaran yang belum dikuasai, makin
menambah rasa malas belajar dan keputusasaan yang akhirnya akan
menjerumuskan pelajar tersebut kepada kegagalan atau setidaknya tak
dapat berprestasi.
Cara mengatasi problem lemahnya motivasi belajar adalah sebagai
berikut:
- Meminta pertolongan Allah dan berlindung kepada-Nya dari gangguan setan, membaca Al-Qur’an, zikir, dan berdoa dengan ikhlas sambil meyakini bahwa gangguan itu adalah perbuatan setan.
- Bersungguh dalam mengatasi problem-problem yang menyebabkan minat belajarnya lemah, sehingga ia mampu berkonsentrasi dan benar-benar paham.
- Meminta bantuan kepada salah seorang guru untuk memberikan pelajaran privat, untuk memberikan nasihat serta bimbingan pengajaran praktis agar mampu bangkit dan mengejar ketertinggalanya, dan sulit untuk mempelajarinya sendiri.
- Problem menumpuknya materi pelajaran
Gangguan oleh sebab sakit, kejadian mendadak, musibah, krisis sosial,
atau sebab lalai, dan menumpuknya materi pelajaran adalah termasuk
dari sebab-sebab keterpaksaan yang bukan berangkat dari sebuah
keinginan. Hal itu menyebabkan kekacauan dalam menyusun rancangan
belajar dan program studi. Juga akan mempersulit pelajar tersebut
untuk mengejar materi-materi baru ataupun mendapatkan materi yang
telah ketinggalan. Hal ini apabila tidak diatasi dengan cepat sebelum
menjadi parah akan menyebabkan rendahnya minat, keputusasaan, rendah
diri serta menganggu keberhasilan dan prestasi.
Cara mengatasi problem menumpuknya materi pelajaran adalah sebagai
berikut:
- Tidak menyerah dan berputus asa dengan meminta pertolongan dari Allah, selanjutnya menguatkan tekad dalam rangka meningkatkan usaha dan kesabaran, serta memperbaharui niat untuk mengejar ketertinggalan.
- Memperbarui rancangan program belajar serta mengadakan penyesuaian waktu pada program kerja, di mana agar memungkinkan ia untuk mengulas pelajaran-pelajaran baru dan mengejar bagian pelajaran yang tertinggal
- Meminta bantuan teman-teman demi mengejar pelajaran-pelajaran yang tertinggal, baik dengan cara belajar bersama maupun meminta bantuan secara khusus.
- Problem tiadanya konsentrasi dalam belajar
Dalam belajar diperlukan konsentrasi dalam perwujudan perhatian
terpusat. Konsentrasi merupakan pemusatan fungsi jiwa terhadap suatu
masalah atau objek. Dalam belajar, orang yang tidak dapat
berkonsentrasi jelas tidak akan berhasil menyimpan atau menguasai
bahan pelajaran. Hal ini menyebabkan ia tidak bisa mengikuti
pelajaran, memahaminya, dan mengingatnya. Oleh karena itu, setiap
pelajar berusaha dengan keras agar mempunyai konsentrasi yang tinggi
dalam belajar.
Cara mengatasi problem tidak konsentrasi adalah:
- Meminta pertolongan Allah dari gangguan kegelisahan, kesedihan.
- Berminat terhadap mata pelajaran. Jangan sampai membenci terhadap suatu mata pelajaran tertentu. Sebab suka atau benci, semua pelajaran harus di tempuh melalui ujian.
- Meja belajar hendaklah bersih dari segala benda yang tidak bersangkut paut dengan mata pelajaran yang sedang di pelajari.59
- Membuat ringkasan ketika belajar, karena hal itu akan membiasakanya untuk dapat berkonsentrasi.
- Menggunakan sarana-sarana pendidikan modern yang akan membantu untuk berkonsentrasi, diantaranya: kaset, computer, video.
- Problem sulit memahami
Sebagian pelajar mengalami kesulitan dalam memahami sebagian materi
pelajaran. Adakalanya disebabkan oleh sulitnya materi. Juga ada
kalanya karena tidakmampuan guru dalam menyederhanakan materi
tersebut atau ketidakmampuan guru dalam menyampaikan materi kepada
para pelajar dengan gaya bahasa yang mudah dan sederhana. Selanjutnya
juga bisa karena rendahnya kadar kecerdasan yang dimiliki pelajar
itu, dan sebagainya.
Cara mengatasi problem ini diantaranya:
- Meminta pertolongan Allah, di tambah zikir dan doa sederhana, Karena tidak akan ada kemudahan kecuali Allah sendiri yang akan menjadikannya mudah.
- Menambah waktu-waktu khusus untuk mempelajari materi-materi sulit, ada yang mengatakan bahwa sesungguhnya waktu yang paling utama untuk memahami adalah waktu pagi.
- Hendaknya pelajar itu terus mengulang materi pelajaranya serta menggunakan sarana-sarana pendidikan tertentu untuk belajar.
- Meminta bantuan pada teman-teman yang setia untuk bekerja sama dalam memahami tema-tema yang sulit atau belajar bersama mereka sekalipun hanya sebentar.
- Meminta bantuan guru dalam bentuk minta penjelasan ataupun melalui belajar privat.
- Problem ketidakseimbangan antara belajar dan kewajiban-kewajiban lain
Terkadang pelajar mengemban beberapa kewajiban dan beban-beban lain
selain menghadiri materi pelajaran dan belajar. Diantaranya membantu
keluarga dalam urusan rumah tangga menghibur diri dengan berkumpul
bersama keluarga atau dengan teman-teman sebaya, bekerja mencari
nafkah untuk memenuhi kebutuhan pokok dan sebagainya.
Dengan sebab rancangan dan pengaturan yang tidak baik, beberapa
kewajiban lain akan mengalahkan kegiatan memperoleh ilmu dan belajar.
Hal itu akan mendatangkan pada menumpuknya pelajaran, sulit belajar
serta tidak berprestasi meskipun belum sampai menemui kegagalan.
Cara mengatasi ketidakseimbangan antara belajar dan beban
kewajiban lain:
- Disiplin penuh dengan program sehari semalam serta disiplin dengan rancangan dan program belajar yang telah dibuat, karena semua ini akan mengatur waktu pelajar serta membantunya untuk memantau perkembangan belajarnya secara langsung.
- Membagi pekerjaan-pekerjaan yang perlu dikerjakan dalam waktu yang tersedia, sesuai dengan situasi dan kondisi yang melingkupi pelajar.
- Dalam setiap kondisi diatas, hendaknya kembali kepada Allah dengan berdoa untuk memudahkan urusan, menstabilkan keadaan, juga mengharapkan berkah di setiap saat.60
- Problem lupa
Seorang pelajar adalah juga manusia yang terkadang salah dan lupa.
Allah telah memerintahkan kita untuk berlindung dari sifat lupa.
Diantara
sebab-sebab yang menuju pada bertambahnya sifat lupa adalah tekanan
pikiran dan tekanan urat akibat banyak beban, tanggung jawab,
meninggalkan pelajaran dalam tempo waktu yang lama dengan tanpa
mengulang-ulang kembali, banyak kesamaan dan keterpautan di antara
materi-materi pelajaran.
Cara mengatasi
problem lupa diantarannya adalah:
- Menjalin hubungan yang baik dengan Allah dengan memperbanyak istighfar, tobat, memperbanyak ibadah, serta perbuatan baik.
- Membiasakan diri dengan perbuatan yang sesuai syariat, karena bila hati itu lelah, hati akan menjadi lupa
- Mengulang terus tema-tema yang gampang dilupakan dengan memberinya tambahan waktu terutama waktu malam dan pagi.
- Membuat ringkasan di lembaran kertas ketika belajar, ada yang mengatakan, “Apa yang dihafal akan hilang, sementara apa yang ditulis akan tetap terjaga”.
4. Kiat-Kiat
Untuk Menjadi Pelajar yang Berprestasi
Di dalam belajar,
tidak dapat dilepaskan dari beberapa hal yang dapat mengantarkan agar
berhasil dalam belajar. Banyak orang yang belajar dengan susah payah,
tetapi tidak mendapatkan hasil apa-apa, hanya kegagalan yang ditemui.
Oleh karena itu, akan dipaparkan beberapa bentuk kiat-kiat untuk
menjadi pelajar yang berprestasi dalam belajar, diantaranya adalah:
- Belajar dengan teratur
Belajar dengan
teratur merupakan pedoman mutlak yang tidak bisa diabaikan oleh
seseorang yang menuntut ilmu. Penting membiasakan diri dengan sikap
teratur dalam belajar, yang menyangkut masalah keberhasilan dalam
belajar.
- Disiplin dan bersemangat
Dalam belajar
disiplin sangat diperlukan. Orang-orang yang berhasil dalam belajar
disebabkan mereka selalu menempatkan disiplin di atas semua tindakan
dan perbuatan. Semangat juga sangat penting dalam belajar. Orang yang
tidak semangat dalam belajar berarti lesu. Disiplin dan bersemangat
dalam belajar perlu ditumbuhkan, dipupuk, dan dipertahankan sehingga
dapat dimanfaatkan sebagai penggerak jiwa untuk melakukan aktivitas
belajar sehingga mendapatkan prestasi yang memuaskan.
- Konsentrasi
Di dalam belajar
diperlukan konsentrasi dalam perwujudan perhatian terpusat. Dalam
belajar, orang yang tidak dapat berkonsentrasi jelas tidak akan
berhasil menyimpan atau menguasai bahan pelajaran. Konsentrasi
dimaksudkan untuk memusatkan segenap kekuatan perhatian pada suatu
situasi belajar. Di dalam belajar, mungkin juga ada perhatian
sekadarnya, tetapi tidak konsentrasi, maka materi yang masuk dalam
pikiran mempunyai kecenderungan berkesan, tetapi samara-samar di
dalam kesadaran. Kesan itu mungkin juga jelas bagi seseorang untuk
memahami secara umum apa yang telah di lihat atau di dengarnya,
tetapi tidak cukup kuat untuk membuat kesan yang hidup dan tahan lama
(abadi).61
Oleh karena itu, setiap pelajar berusaha dengan keras agar mempunyai
konsentrasi yang tinggi dalam belajar. Seperti yang di ungkapkan oleh
Maulana Wahiduddin Khan (2004:69) bahwa “konsentrasi
intelektual itu penting untuk mencapai puncak prestasi”.62
- Pengaturan waktu
Seorang pelajar
haruslah bisa menjaga waktu dan menyusun waktunya dengan cara yang
memungkinkan dia mempelajari pelajaranya sehingga menjadi pelajar
yang berprestasi. Nilai waktu bagi penuntut ilmu adalah amat besar.
Mengatur waktu adalah suatu keharusan. Karena kehidupan bukanlah hal
yang sia-sia. Untuk meraih keberuntungan dan keberhasilanya, ia
harus menunaikan kewajiban-kewajibannya dalam rentang waktu yang
tersedia dan tidak menyia-nyiakan waktunya dalam perkara yang tak
memberikan manfaat. Sorang pelajar haruslah bisa menyusun dan
mengatur waktunya, antara beribadah, menerima pelajaran, mengulang
pelajaran, menyelesaikan urusan pribadi, dan sebagainya.63
- Jauhi sifat malas
Malas adalah salah
satu sifat yang senantiasa menggejala di dalam setiap diri manusia.
Malas adalah suatu sifat yang jelek. Malas musuh yang nyata-nyata
menyeret seseorang ke jurang kegagalan. Bila sifat malas ini sudah
menjadi bagian dari kehidupan seseorang, maka orang itu merasa berat
sekali untuk melakukan suatu pekerjaan
Kegagalan studi
pelajar sebagai salah satu penyebab adalah karena faktor malas untuk
belajar. Sejumlah buku malas untuk dibaca, hanya dibiarkan berserakan
menghiasi rak buku atau meja belajar. Pekerjaan rumah (PR) atau
pekerjaan yang lainnya bertumpuk-tumpuk hanya menghiasi buku agenda
kegiatan studi, akibat penyelesainnya di tunda-tunda hingga menjelang
hari ujian atau tentamen.64
Seorang pelajar yang sangat malas belajar tidak akan pernah dapat
menguasai pengetahuan atau mempertajam kemampuan-kemampuannya dengan
cara apapun, dan kegagalanya dalam ujian akan menyebabkan tidak
memiliki “ijazah” yang menunjukkan kemampuannya yang merupakan
pintu gerbang kesuksesan. Hal ini seperti apa yang diungkapkan oleh
khalifah kedua, Umar bin Khattab r.a. kerap kali mengungkapkan
kekecewaanya terhadap orang yang senang dia datangi, ternyata di
dapati mereka adalah orang-orang yang pemalas. “mengetahui bahwa
dia tidak bekerja, maka dia adalah orang yang tidak memiliki nilai di
mata saya (dia telah merendahkan derajatnya di mata saya)”.65
Dengan demikian, hindarilah jauh-jauh sifat malas supaya mendapatkan
nilai (prestasi belajar) yang tinggi.
- Istirahat dan tidur
Tidur adalah
istirahat yang paling baik. Istirahat atau tidur, keduanya sangat
berguna untuk menghilangkan kelelahan, ketegangan pikiran,
ketidaktenangan jiwa, dan sebagainya. Oleh karena itu, pentingnya
membuat jadwal belajar untuk mengatur bahan pelajaran dan istirahat
atau tidur pasti diperlukan oleh setiap pelajar yang ingin sukses
mencapai cita-cita demi masa depan.66
- Pengaruh Bimbingan Belajar Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
Bimbingan belajar mutlak perlu dilaksanakan sebagai upaya proses
bantuan atau pertolongan. Bimbingan belajar
merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan yang penting
dilaksanakan. Bimbingan belajar merupakan salah satu kegiatan
bimbingan yang penting. Bimbingan ini menitikberatkan pemberian
bantuan kepada individu siswa dalam usahanya mencapai keberhasilan
untuk menguasai berbagai mata pelajaran, dan uraian ini dibatasi dari
segi anak yang sedang belajar.
Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan
belajar merupakan kegiatan inti atau utama. Keberhasilan dalam
perbuatan banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti:
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, materi belajar dan
sebagainya. Bagi seorang murid biasanya timbul masalah-masalah
belajar seperti: tidak dapat menguasai mata pelajaran, tidak dapat
menggunakan buku-buku pelajaran dan sebagainya. Dalam suatu
penelitian yang telah dilakukan oleh I. Djumhur,
et.al tahun 1968 tentang kesulitan
belajar yang dialami oleh siswa-siswa SMA Negeri kelas II kota
Bandung, diantaranya adalah kesulitan dalam belajar sendiri, dalam
mempelajari buku, dalam mengerjakan tugas, dalam menghadapi
ulangan/ujian, dalam menghadapi tugas-tugas rumah, dan dalam menerima
pelajaran di sekolah. Kesimpulan lain ialah bahwa pada umumnya mereka
menyatakan perlu adanya bantuan dalam belajar.67
Penelitian ilmiah lain menjelaskan tentang
problematika yang dihadapi oleh siswa SMU yang dilakukan oleh Doktor
Musthafa Fahmi yang bekerja sama dengan jurusan bimbingan konseling
sebuah Fakultas Pendidikan telah mengadakan sebuah penelitian untuk
mengetahui problematika yang dialami oleh para siswa siswi sebuah
sekolah SMU di kota Kairo. Ada 243 siswa dan siswi yang dijadikan
sebagai responden. Mereka diuji dengan harus menjawab 264 pertanyaan
salah satunya mengenai bidang belajar.68
Dan dari hasil penelitian dari SMU Puteri tersebut lima macam problem
yang seringkali terjadi dalam bidang tugas sekolah diantaranya, tidak
bisa menghabiskan waktu yang cukup untuk belajar, tidak sanggup
memusatkan pelajaran-pelajaran, tidak tahu bagaimana cara belajar
yang efektif, merasa gelisah setiap kali menghadapi ulangan, tidak
suka pada salah satu mata pelajaran.69
Dengan demikian, hal tersebut dapat
menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah
semestinya. Mulyono Abdurrahman (1999:11) juga menyimpulkan
“kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya
kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan
kapasitas yang diharapkan.70
Kiranya sekarang jelas, bahwa dalam suatu masalah kegiatan belajar
ini banyak sekali masalah-masalah yang timbul, terutama yang
dirasakan oleh para murid. Tentu saja murid-murid sekiranya
memerlukan bantuan dalam belajar agar mereka dapat berhasil dan
memperoleh prestasi belajar yang baik. Dan bagaimana dalam mengatasi
masalah-masalah yang timbul dari kegiatan belajar. Di sinilah penting
dan perlunya Bimbingan Belajar yaitu untuk membantu murid-murid agar
mereka berhasil dalam belajar.
Kegiatan bimbingan belajar dapat dilaksanakan oleh siapa saja.
Diantaranya guru, orang tua, Bimbel privat dan sebagainya. Bimbingan
belajar yang diberikan oleh orang tua yaitu orang tua haruslah dapat
memotivasi dan membantu anaknya dalam hal belajar. Orang tua
sebaiknya mengambil peran yang lebih aktif kepada anak yang mempunyai
prestasi belajar yang kurang bagus. Misalnya, menetapkan
strategi-strategi untuk belajar secara mandiri, memantau kerja mereka
secara teratur untuk memastikan mereka menyelesaikan pekerjaan rumah
(PR), dapat juga menceritakan kepada anak kisah-kisah kehebatan orang
terdahulu, terutama tentang kisah anak-anak yang berhasil meraih
prestasi bagus berkat kegigihan dan kerja keras mereka dalam belajar
dan berusaha, dan juga kisah anak-anak yang pemalas, pengecut berikut
akibat-akibat buruk yang harus mereka terima.
Memberikan teknik-teknik belajar yang efisien
kepada anak, misalnya dengan belajar akan meningkatkan nilai mereka.
Menyakinkan mereka agar mencoba dengan satu mata pelajaran untuk
membuat mereka tertarik untuk melakukan praktek belajar yang lebih
efektif pada mata-mata pelajaran lain. Karena hasil penelitian
menunjukkan, bila orang terlalu banyak mempelajari bahan,
meningkatkan ingatan akan bahan dan oleh karena itu mungkin akan
meningkatkan nilai ujian.71
Suatu penelitian yang dilakukan oleh Mayis Casdari pada siswa
kelas II SMA PGRI 2 Kajen yaitu terdapat hubungan yang positip dan
signifikan antara perhatian orang tua dan prestasi belajar siswa, ada
hubungan yang positif antara minat belajar dengan prestasi belajar
siswa. Dan ada hubungan yang positip antara perhatian orang tua dan
minat belajar dengan prestasi belajar.72
Dengan demikian, sebagai orang tua hendaknya dapat memperhatikan dan
membimbing anaknya dalam hal belajar supaya mendapat prestasi belajar
yang baik.
Terdapat juga bimbingan belajar (bimbel) tambahan yaitu bimbel
privat. Metode belajar yang digunakan adalah klasikal, dengan jumlah
anak yang dibatasi. Terdapat juga metode belajar yang digunakan
adalah pengajarnya mendatangi sang anak. Jumlah anak yang ikut bimbel
privat pun biasanya hanya berjumlah 1-3 orang anak saja. Materi
pelajaran yang diberikan lebih tergantung kepada kebutuhan anak.
Biasanya, yang dipelajari adalah materi yang dianggap sangat sulit
dipecahkan oleh sang anak.
Dengan mengikuti Bimbel Privat anak bisa mendapatkan manfaat belajar
yang sulit ditemui di sekolah. Anak juga bisa lebih fokus dan
perhatian mengikuti bimbel karena jumlah siswa yang jauh lebih
sedikit dibanding jumlah murid di dalam kelas di sekolahnya. Manfaat
lainnya, dengan bimbel privat anak juga berkesempatan mengulang
kembali pelajaran sekolah untuk bisa lebih dipahami lagi. Karena,
materi pelajaran tentu akan lebih mudah diingat bila dipelajari
berulang-ulang.73
Bimbingan belajar merupakan suatu upaya membantu siswa yang
mendapatkan kesulitan dalam belajar dan juga dapat membantu dalam
meningkatkan prestasi belajar. Dengan demikian, seorang siswa
seharusnya mendapatkan sebuah layanan bimbingan belajar untuk
mendapatkan prestasi belajar yang baik disekolah. Sebuah penelitian
yang dilakukan oleh Sri Mulyatun yang bertujuan untuk memperoleh
gambaran tentang perbedaan prestasi belajar siswa yang mengikuti
bimbingan belajar dengan prestasi belajar siswa yang tidak mengikuti
bimbingan belajar. Bagaimanapun frekuensi belajar sangat berpengaruh
terhadap prestasi. Dan hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi
belajar siswa yang mengikuti tambahan pelajaran melalui bimbingan
belajar hasilnya lebih baik dari mereka yang tidak mengikuti
bimbingan belajar.74
Dengan demikian bimbingan belajar sangat berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa dan mutlak untuk dilaksanakan sebagai bantuan
untuk menghindari kesulitan di dalam proses kegiatan belajar siswa di
sekolah.
BAB III
METODE PENELITIAN
- Rancangan Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian yaitu tentang “Pengaruh Bimbingan
Belajar Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa MI Al-Umron
Bendosewu Kecamatan Talun Kabupaten Blitar”. Maka dalam pelaksanaan
penelitian ini, peneliti menempuh tahapan-tahapan sebagai berikut:
- Tahap Persiapan
- Tahap Pelaksanaan
- Tahap Pelaporan
Dari ketiga tahap tersebut akan diuraikan satu-persatu sebagai
berikut:
- Tahap Persiapan
Tahap ini merupakan usaha untuk mempersiapkan penelitian, dalam hal
ini yang dipersiapkan adalah sebagai berikut:
- Menetapkan judul dan permasalahan, melakukan pengkajian kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan yang telah ditemukan dan melakukan studi ke lapangan dengan tujuan untuk mengetahui apakah data yang diharapkan tersedia.
- Konsultasi dengan dosen pembimbing tentang judul, permasalahan beserta latar belakangnya.
- Meminta surat pengantar dari Ketua STIT Al-Muslihuun Tlogo Kanigoro Blitar untuk menunjukkan identitas bahwa peneliti benar-benar mahasiswa STIT Al-Muslihuun Tlogo Kanigoro Blitar yang akan mengadakan penelitian.
- Menghubungi tempat penelitian, yaitu peneliti menyampaikan surat pengantar kepada Kepala MI Al-Umron Bendosewu untuk mendapatkan persetujuan mengadakan penelitian serta melakukan studi lapangan.
- Membuat proposal penelitian, yang berisikan tentang judul penelitian, permasalahan dan latar belakang masalah, tujuan penelitian, landasan teori, jenis data, sumber data, teknik pengambilan data dan teknik pengolahan data penelitian.
- Tahap Pelaksanaan
Setelah masa persiapan selesai, maka langkah selanjutnya peneliti
terjun ke lapangan melaksanakan penelitian. Dengan langkah sebagai
berikut:
a. Pengambilan data dengan cara melakukan penyebaran angket yang
ditujukan kepada siswa kelas IV, V, dan VI MI Al-Umron Bendosewu
Kecamatan Talun Kabupaten Blitar dan pengambilan data prestasi
belajar siswa pada rapot semester I Tahun Pelajaran 2010/2011.
- Menghitung data yang diperoleh
- Menghitung skor angket tentang bimbingan belajar, selanjutnya menghitung rata-rata pengolahan ini digunakan untuk menjawab permasalahan nomor 1 yaitu “Bagaimanakah bimbingan belajar yang diperoleh siswa yang ada di MI Al-Umron Bendosewu?”
- Data prestasi belajar yang diperoleh dari raport semester I dibuatkan kelas interval, kemudian dihitung presentase setiap kelas interval. Hal ini digunakan untuk menjawab permasalahan nomor 2 yaitu “Bagaimana Prestasi Belajar Siswa yang ada di MI Al-Umron Bendosewu?”
- Sedangkan untuk menjawab permasalahan nomor 3 yaitu “Adakah hubungan atau pengaruh bimbingan belajar terhadap peningkatan prestasi belajar siswa di MI Al-Umron Bendosewu?” dengan melalui rumus product moment yang didahului menghitung Bantu product moment, selanjutnya menguji hipotesa yaitu membandingkan hasil perhitungan rumus dengan tabel yang telah tersedia.
- Tahap Pelaporan.
Pada tahap ini peneliti menyusun laporan hasil penelitian dalam
bentuk skripsi.
- Populasi dan Sampel
Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang
memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan
diteliti.1
Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang
ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya
juga disebut studi populasi atau studi sensus.2
Dalam penelitian ini adalah individu atau peserta didik yaitu siswa
MI Al-Umron Bendosewu yang terdiri dari 6 kelas. Jumlah keseluruhan
siswa adalah 202 terdiri dari siswa laki-laki 98 anak dan siswa
perempuan 104 anak.
Sedangkan sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil melalui
cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas,
dan lengkap yang dianggap bisa mewakili sebuah populasi. Objek atau
nilai yang diteliti dalam sampel disebut unit sampel. Unit sampel
mungkin sama dengan unit analisis, tetapi mungkin juga tidak.3
Jika hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian
disebut penelitian sampel. Sampel merupakan sebagian atau wakil
populasi yang diteliti.4
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:134) bahwasanya “untuk sekedar
ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik
diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Tetapi, jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10-50% atau
20-25% atau lebih”.5
Sedangkan teknik pengambilan sampel yang peneliti gunakan adalah
teknik acak sederhana dengan data berkelompok. Alasanya bahwa dalam
pengelompokan pada suatu kelas, tidak ada perbedaan atau kelas
unggulan. Sampel yang peneliti ambil sebanyak dua kelas yaitu kelas
IV dan V dengan jumlah siswa sebanyak 202 anak. cara pengambilannya
diundi dari 6 kelas dan hasilnya kelas IV dan V.
- Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik, dalam arti cermat, lengkap, dan sistematis
sehingga lebih mudah diolah. Instrument penelitian merupakan alat
yang digunakan dalam melakukan pengukuran, dalam hal ini alat untuk
mengumpulkan data pada suatu penelitian.6
- Angket atau Kuisioner
Sebagian besar penelitian umumnya menggunakan angket sebagai metode
yang dipilih untuk mengumpulkan data. Angket memang mempunyai banyak
kebaikan sebagai instrumen pengumpulan data.7
Angket adalah seperangkat pertanyaan atau pernyataan yang harus
dijawab atau dilengkapi oleh responden.8
Angket atau Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan yang tertulis
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti
laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.9
- Teknik Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung
ditujukan pada subjek penelitian, namun melalui dokumen. Dokumen yang
digunakan dapat berupa buku harian, surat pribadi, laporan, notulen
rapat, catatan kasus dalam pekerjaan sosial dan dokumen lainnya.10
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang
tertulis. Metode dokumentasi berarti cara mengumpulkan data dengan
mencatat data-data yang sudah ada. Teknik dokumentasi dipakai karena
peneliti memerlukan data yang dimiliki sekolah, yaitu berupa daftar
siswa, beserta prestasi belajar yang diambil dari nilai raport
semester I Tahun Pelajaran 2010/2011.
- Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa-peristiwa atau hal-hal
atau keterangan-keterangan atau karakteristik-karakteristik sebagian
atau seluruh elemen populasi yang akan menunjang atau mendukung
penelitian.11
Dalam suatu penelitian diperlukan adanya suatu data sebagai hasil
dari akhir penelitian. Untuk memperoleh data-data yang tidak
menyimpang dari tujuan yang akan dicapai maka peneliti menggunakan
cara pengumpulan data yang berupa yaitu:
- Angket
Jenis angket yang digunakan oleh peneliti adalah angket tertutup
(berstruktur), yaitu angket yang menghendaki jawaban pendek, atau
jawabanya diberikan dengan membubuhkan tanda tertentu. Daftar
pertanyaan disusun dengan alternative jawabanya, responden diminta
untuk memilih salah satu jawaban atau lebih dari alternative yang
sudah disediakan.12
Jumlah item angket sebanyak 15 buah, dengan alternative jawaban 3
option. Penyebaran angket ini untuk mengetahui bimbingan belajar yang
diperoleh siswa.
Untuk mendapatkan data yang komprehensif, angket ini dibagikan kepada
siswa-siswi Madrasah Ibtidaiyah Al- Umron Bendosewu yang menjadi
responden. Angket tersebut berisi pertanyaan seputar bimbingan
belajar yang diperoleh siswa-siswi yang ada di Madrasah Ibtidaiyah
Al-Umron Bendosewu.
2. Dokumentasi
Teknik dokumentasi dipakai karena peneliti memerlukan data yang
dimiliki sekolah, yaitu berupa daftar siswa, beserta prestasi belajar
yang diambil dari nilai raport semester I Tahun Pelajaran 2010/2011.
- Teknik Analisis Data
Agar penelitian sampai pada kesimpulan maka harus diadakan analisa
data maksudnya untuk melihat sejauh mana siswa mendapatkan bimbingan
belajar dan prestasi belajar beserta pengaruh bimbingan belajar
terhadap peningkatan prestasi belajar siswa yang ada di MI Al-Umron
Bendosewu. Sesuai dengan tujuan tersebut pada penelitian ini teknik
analisa data yang digunakan adalah:
- Untuk mencapai tujuan pertama
Peneliti memberikan skor pada angket yang telah disebarkan untuk
setiap angket terdiri dari 15 soal tentang bimbingan belajar yang
diperoleh siswa. Setelah angket dikumpulkan dan masing-masing diberi
skor, skor dihitung berdasar jawaban siswa. Data yang berjumlah 15
soal tersebut dilakukan pemeriksaan dan pengelolaan, dimana setiap
item mempunyai 3 alternatif jawaban yang artinya pada setiap item
diberi bobot masing-masing untuk no 1 sampai 15, skor tiap
alternatife jawaban a = 3, b = 2, c = 1, sementara perangkat angket
secara menyeluruh dapat dilihat sebagaimana terlampir. Kemudian
dibuatkan kelas interval dengan rumus f/n x 100%=….%. Serta
penggolongan ke dalam kategori.
Tabel
3.1
Pedoman
Pengkategorian Skor Bimbingan Belajar
- NoIntervalKualitas123415-23,023,1-30,030,1-38,038,1-45KurangCukupBaikBaik Sekali
- Untuk menjawab permasalahan kedua
Setelah nilai prestasi belajar diperoleh dari dokumen Daftar Nilai
(Raport) Semester I Tahun Pelajaran 2010/2011, kemudian dibuatkan
kelas interval dan dicari presentase setiap kelas interval dengan
rumus f/n x 100%=…% serta menggolongkan ke dalam pengkategorian
yang berpedoman pada tabel di bawah ini.
Tabel
3.2
Pedoman
Pengkategorian Prestasi Belajar
- NoIntervalKualitas123450,1-60,060,1-70,070,1-80,080,1-90,0CukupLebih Dari CukupBaikBaik Sekali
- Untuk menjawab persoalan ketiga dengan korelasi product moment (rxy), karena korelasi ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung, yaitu bimbingan belajar dengan prestasi belajar.
Sedangkan langkah-langkah dalam analisis data adalah sebagai berikut:
- Mengemukakan hipotesa statistik dalam bentuk hipotesa kerja (Hi) dan hipotesa alternatif (Ho).
- Menghitung data dengan tabel bantu korelasi.
- Memasukkan hasil perhitungan tabel ke dalam rumus Product Moment.
Adapun rumus r korelasi adalah
rxy =
Keterangan:
rxy : Korelasi antara bimbingan belajar dengan
peningkatan prestasi belajar siswa
N : Jumlah populasi
X : Variabel bebas (bimbingan belajar)
Y : Variabel tergantung (prestasi belajar siswa)
XY : Jumlah product moment dari X dan Y
∑X² : Jumlah hasil kali X dan X
∑Y² : Jumlah hasil kali Y dan Y13
- Pengujian hipotesa
Dalam pengujian hipotesa dengan menggunakan taraf signifikasi 5% atau
taraf kepercayaan 95% dan 1% atau taraf kepercayaan 99%. Cara
pengujiannya membandingkan r hitung dengan r tabel, di mana Hi
diterima dan Ho ditolak jika harga r hitung sama atau melebihi r
tabel (r hitung ≥ r tabel), dan Hi ditolak dan Ho diterima, jika
harga r hitung lebih kecil dari harga r tabel (r hitung < r
tabel).
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
- Kondisi Obyektif MI Al-Umron Bendosewu Talun Blitar
Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai kondisi obyektif dari MI
Al-Umron Bendosewu Talun Kabupaten Blitar berdasarkan data yang
ditemukan, diantarannya sebagai berikut:
- Profil MI Al-Umron Bendosewu Talun Kabupaten Blitar
- Nama dan Alamat Sekolah : MI Al-Umron
- Jalan/Desa : Jln. A. Yani No. 27 Bendosewu
- Kecamatan : Talun
- Kabupaten : Blitar
- Propinsi : Jawa Timur
- Nama Yayasan Penyelenggara : Yayasan Pendidikan dan Dakwah
Al-Umron
- NSS/NSM : 112350509057
- Jenis Akreditasi : Terakreditasi A Th. 2009
- Tahun Didirikan : 1974
- Tahun Beroperasi : 1974
- Status Tanah : Wakaf/Milik Sendiri
- Surat Bukti Kepemilikan : Sertifikat
- Luas Tanah : 2250 m²
- Status Bangunan : Milik Sendiri
- Data Guru :
- Jumlah Guru Keseluruhan : 17 orang
- GTY : 15 orang
- GTT :
- Guru DPK : 2 orang
- Bidang Keahlian Guru yang ada : -
- Sumber Dana Operasional dan Perawatan
- Pemerintah : BOS (APBD/APBN)
- Yayasan/Masyarakat : Donatur
- …………………… : ………………
- Nomor Rekening Bank : Bank Jatim Atas nama MI Al-Umron/Muthoharoh
Nomor Rekening : 0142124751 (Fc Terlampir)
- Akte Notaris Yayasan :W. Soetomo, S.H. Blitar, 10- 6-1985 No.5/85/6 (Fc Terlampir)
BAB V
PENUTUP
- Kesimpulan
Sesuai dengan hasil penelitian seperti yang telah dibahas pada bab
IV, maka peneliti dapat menyimpulkan:
- Data tentang bimbingan belajar yang diperoleh siswa kelas IV dan V MI Al-Umron Bendosewu Talun Blitar Tahun Pelajaran 2010/2011 yang berkategori rendah berjumlah 0 siswa atau 0%, yang berkategori cukup berjumlah 2 siswa atau 5% dan yang berkategori baik berjumlah 29 siswa atau 72,5%. Dan yang berkategori baik sekali 9 siswa atau 22,5%. Jadi yang paling banyak adalah bimbingan belajar yang diperoleh siswa yang berkategori baik dengan persentase 72,5%.
- Prestasi belajar siswa kelas IV dan V MI Al-Umron Bendosewu Talun Blitar Tahun Pelajaran 2010/2011, yang tergolong kategori cukup berjumlah 0 siswa atau 0%, yang tergolong kategori lebih dari cukup 12 siswa atau 30%, yang tergolong kategori baik 19 siswa atau 47,5% dan yang tergolong baik sekali adalah 9 siswa atau 22,5%. Jadi prestasi belajar siswa kelas IV dan V MI Al-Umron Bendosewu Talun Kabupaten Blitar yang terbanyak adalah 47,5% dengan kategori baik.
3. Ada hubungan dan pengaruh antara bimbingan belajar yang diperoleh
siswa dengan prestasi belajar siswa di MI Al-Umron Bendosewu Talun
Kabupaten Blitar Tahun Pelajaran 2010/2011, dengan bukti harga r
hasil perhitungan dan r dari tabel dengan menggunakan taraf
signifikasi 5% diperoleh rhitung = 0,462 ≥ rtabel =
0,312, berarti Hi diterima dan Ho ditolak. Sedangkan jika menggunakan
taraf signifikasi 1% diperoleh rhitung = 0,462 ≥ rtabel
= 0,403, berarti Hi diterima Ho ditolak. Dengan demikian tinggi
rendahnya prestasi belajar siswa MI Al-Umron Bendosewu Talun
Kabupaten Blitar Tahun Pelajaran 2010/2011.
Berkaitan dengan bimbingan belajar yang diperoleh siswa, yang
mendapatkan bimbingan belajar dari orang tua maupun mengikuti les
privat. Artinya semakin baik bimbingan belajar yang diperoleh dari
orang tua maupun bimbingan belajar privat di luar rumah semakin
mendukung kegiatan belajar siswa. Sehingga semakin tinggi prestasi
belajar siswa dan sebaliknya semakin kurang mendukung bimbingan
belajar yang diperoleh semakin rendah prestasi belajar siswa. Dengan
kata lain bimbingan belajar mutlak perlu dilaksanakan sebagai upaya
membantu siswa dalam menghadapi kesulitan belajarnya. Untuk itu
hendaknya siswa tersebut mendapatkan bantuan untuk mengatasi
masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar. Mereka memerlukan
pendekatan-pendekatan khusus untuk mencapai hasil-hasil belajar yang
diharapkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membantu
meningkatkan hasil belajar mereka adalah dengan melaksanakan sebuah
layanan bimbingan belajar.
- Saran-saran
- Sekolah
Jika siswa mempunyai permasalahan dalam belajarnya, maka pihak
sekolah harus membantu mencari jalan pemecahan mungkin bisa melakukan
perlakuan-perlakuan khusus kepada siswa yang mempunyai prestasi
belajar yang cukup tergolong rendah. Di samping itu guru harus cepat
dan tanggap terhadap masalah yang dihadapi siswa dalam hal prestasi
belajar.
- Orang tua
Sebagai orang tua seharusnya membantu dan membimbing anaknya dalam
hal belajar supaya mendapatkan prestasi belajar yang membanggakan.
Dan mendukung semua kegiatan belajar untuk memecahkan masalah anaknya
dalam hal belajar.
- Siswa
Berusaha dalam hal belajar supaya mendapatkan prestasi yang dapat
membanggakan orang tua, maupun sekolah. Dan hasilnya akan bermanfaat
bagi siswa itu sendiri.
DAFTAR
RUJUKAN
A.
Koesoema, Doni. 2007. Pendidikan Karakter, Jakarta: Grasindo
A. M, Sardiman. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,
Jakarta: PT Raja Grafindo
Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan
Bagi Anak Berkesulitan Belajar,
Jakarta: PT Rineka Cipta
Ahmadi,
Abu, dkk. 2004. Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta
Akhmad
Sudrajat, Membimbing
Kesulitan Belajar Siswa
(25 Januari, 2008)
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/25/kesulitan-dan-bimbingan-belajar/
Al-Albani,
M. Nashirudin. 2003. Ringkasan Shahih Bukhari, Jakarta: Gema
Insani
Arifin, Anwar. 2003. Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional
dalam UU Sisdiknas, Jakarta: Ditjen Kelembagaan Agama Islam Depag
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik, Jakarta: PT Rineka Cipta
As’ad, Aliy. Tt. Terjemah Ta’limul Muta’alim, Bimbingan Bagi
Penuntut Ilmu, Kudus: Menara Kudus
Asy-Syakhs, Abdul Aziz. 2001. Kelambanan dalam Belajar Penyebab &
Cara Penanganannya, Jakarta: Gema Insani
Daroini, Slamet. 2010. Peran Usaha Kesehatan Sekolah Terhadap
Peningkatan Akhlak di MTs Jabung Kecamatan Talun Kabupaten Blitar,
Skripsi (Blitar: Perpustakaan STIT Al-Muslihuun, td)
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam.
2002. Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: tnp
Departemen
Agama RI. 1998. Al-Qur’an dan Terjemahannya, Surabaya:
Al-Hidayah
Zuhri, Moh. dkk. 1992. Sunan At-Tirmidzi, Terjemah Sunan
At-Tirmidzi, Semarang: CV. Asy Syifa
Djamarah,
Syaiful Bahri. 2002. Rahasia Sukses Belajar, Jakarta: PT
Rineka Cipta
_______,
Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka
Cipta
Djumhur,
dkk. tt. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Bandung: C.V
Ilmu
Ghazali,
Imam. 2004. Ringkasan Ihya’ Ulumudin, Surabaya: Himmah Jaya
Hamalik, Oemar. 2008. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan
Pendekatan Sistem, Jakarta: PT. Bumi Aksara
Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian
dan Aplikasinya, Jakarta: Ghalia Indonesia
Ihsan,
Hamdani, dkk. 2007. Filsafat Pendidikan Islam, Bandung:
Pustaka Setia
Kamus
Pusat Bahasa. 2008. Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat
Bahasa
Khan,
Maulana Wahiduddin. 2004. Psikologi Kesuksesan, Jakarta:
Robbani Press
Mahfudz, Syaikh M. Jamaluddin. 2007. Psikologi Anak dan Remaja
Muslim, Jakarta: Pustaka Al Kautsar
Majid, Abdul. 2009. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Margono. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan : Komponen MKDK,
Jakarta: PT Rineka Cipta
Mudyahardjo,
Redja. 2008. Filsafat Ilmu Pendidikan, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Muhammad ibn Yazid, Al-Hafidz Abi Abdillah . Tt. Sunan Ibnu Majah,
Semarang: Toha Putra
Mujib,
Abdul, dkk. 2006. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana
Mulyadi,
Agus. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: tnp
Nasution, S. 2009. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan
Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara
Normies,
Adam, dkk. 1992. Kamus Bahasa Indonesia, Surabaya: Karya Ilmu
Partowisastro, Koestoer. 1982. Bimbingan dan Penyuluhan di
Sekolah-Sekolah, Jakarta: Erlangga
Rimm,
Sylvia. 2000. Smart Parenting Mendidik dengan Bijak, Jakarta:
PT Grasindo
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya,
Jakarta: PT Rineka Cipta
Subana,
M, dkk. 2005. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka
Setia
Sukarman,
Hery. 2004. Dasar-dasar Pembelajaran, Jakarta: tnp
Syah,
Muhibbin. 2009. Psikologi Belajar, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Syahatah,
Husein. 2004. Kiat Islami Meraih Prestasi, Jakarta: Gema
Insani
Tabrani, A, dkk. 1992. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Tafsir, Ahmad. 2007. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Turoichan Al-Qudsy, Musa. 2005. Menggapai Tingkatan Sufi dan
Waliyullah (Terjemah Syarah Al-Hikam), Surabaya: Ampel Mulia
U. S,
Limson. 1985. Bimbingan dan Dasar-Dasar Pelaksanaanya,
Jakarta: PT Rajawali
Walgito,
Bimo. 2005. Bimbingan dan Konseling, Yogyakarta: C.V Andi
Offset
Wijaya,
Juhana. 1988. Psikologi Bimbingan, Bandung: PT Eresco
Yusuf, Syamsu, dkk. 2010. Landasan Bimbingan dan Konseling,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Yusuf, Zulkifli. 1988. Panduan Khidmat Bimbingan, Selangor:
Percetakan Dewan Bantara dan Pustaka
1
M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan
Aplikasinya (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), hlm. 58
2
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 130
3
M. Iqbal Hasan, loc. cit
4
Suharsimi Arikunto, op. cit, hlm. 131
5
Ibid, hlm. 134
6
M. Iqbal Hasan, op. cit, hlm. 76
7
Suharsimi Arikunto, op. cit, hlm. 225
8
M. Subana, et. al, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah (Bandung:
Pustaka Setia, 2005) hlm. 135
9
Suharsimi Arikunto, op. cit, hlm. 151
10
M. Iqbal Hasan, op. cit, hlm. 87
11
M. Iqbal Hasan, op. cit, hlm. 83
12
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan : Komponen MKDK
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007), hlm. 167
13
M. Subana, et. al, op. cit, hlm. 177
1
Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia. (Jakarta: Pusat
Bahasa, 2008), hlm. 202
2
Adam Normies, et.al., Kamus Bahasa Indonesia. (Surabaya:
Karya Ilmu, 1992), hlm. 29
3
Juhana Wijaya, Psikologi Bimbingan (Bandung: PT Eresco,
1988), hlm. 90
4
Zulkifli Yusuf, Panduan Khidmat Bimbingan, (Selangor:
Percetakan Dewan Bantara dan Pustaka, 1988), hlm. 17
5
Redja Mudyahardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 55
6
Ibid, hlm. 57
7
Eko susanto, Pengertian Bimbingan (Bimbingan Konseling: Mei,
2008) http://eko13.wordpress.com/2008/03/16/pengertian-bimbingan/
8
Juhana Wijaya, op.cit, hlm. 91
9
Limson U.S, Bimbingan dan Dasar-Dasar Pelaksanaanya (Jakarta:
PT Rajawali, 1985), hlm. 103
10
Syamsu Yusuf, et.al, Landasan Bimbingan dan Konseling
(Bandung: PT Remaja Rosda karya, 2010) , hlm. 26
11
Redya Mudyahardjo, op.cit, hlm. 65
12
Syamsu Yusuf, et. al, op.cit,. hlm. 25-26
13
Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karir)
(Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2005), hlm. 4-5
14
Kamus Pusat Bahasa, op., cit. hlm 24
15
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), hlm. 2
16
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2008), hlm. 13
17
A. Tabrani, et.al , Pendekatan Dalam Proses Belajar
Mengajar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992), hlm. 9
18
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2009), hlm. 68
19
A. Tabrani, et.al, loc.cit
20
M. Nashiruddin Al-Albani, Ringkasan Shahih Bukhari (Jakarta:
Gema Insani, 2003), hlm. 52
21
Abdul Aziz Asy-Syakhs, Kelambanan dalam Belajar Penyebab dan Cara
Penangananya (Jakarta: Gema Insani, 2001), hlm. 38
22
Abu Ahmadi, et.al, Psikologi Belajar (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2004), hlm. 77
23
Abdul Aziz Asy-Syakhs, op. cit, hlm. 34
24
Redya Mudyahardjo, op.cit, hlm. 56-57
25
Djumhur, et.al, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah,
(Bandung: C.V. Ilmu, tt), hlm. 35
26
Gizcha, Manfaat Bimbingan Belajar (Pendidikan: November,
2009)
http://gizcya.blogspot.com/2009/11/manfaat-bimbingan-belajar.html
27
Agus Mulyadi, Dasar Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta:
tnp., 2004), hlm. 20
28
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 119
29
Koestoer Partowisastro, Bimbingan dan Penyuluhan di
Sekolah-Sekolah (Jakarta: Erlangga, 1982), hlm. 46-47
30
Abdul Mujib,et.al., Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:
Kencana, 2006), hlm. 228-229
31
Sylvia Rimm, Smart Parenting Mendidik dengan bijak (Jakarta:
PT Grasindo, 2000), hlm. 199
32
Abdul Aziz Asy-Syakhs, op.cit, hlm. 45-46
33
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar,
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999), hlm. 110
34
Abu Ahmadi, et.al, op.cit, hlm. 87
35
Gizcha, loc. cit
36
Double Helix, Manfaat dan Kebaikan Les Privat
(April, 2009)
http://doublehelixprivat.blogspot.com/2009/04/manfaat-dan-kebaikan-les-privat.html
37
Abu Ahmadi, et.al, op.cit, hlm 151
38
Wisa Nggenl. Pengertian Prestasi Belajar (januari, 2011)
http://mahera.net/tag/arti-prestasi-belajar/
39
Ridwan202, Ketercapaian Prestasi Belajar (Dunia Ilmu: Mei,
2008)
http://ridwan202.wordpress.com/2008/05/03/ketercapaian-prestasi-belajar/
40
Muhibbin Syah, op.cit, hlm. 148
41
Musa Turoichan Al-Qudsy, Menggapai Tingkatan Sufi &
Waliyullah (Terjemah Syarah Al-Hikam) (Surabaya: Ampel Mulia,
2005), hlm. 299
42
Abu Ahmadi, et.al, op. cit, hlm. 82
43
Muhibbin Syah, op. cit, hlm. 151
44
Slameto, op. cit, hlm. 57
45
Slameto, loc. cit
46
Abu Ahmadi, et.al, op. cit, hlm. 83
47
Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karier)
(Yogyakarta: Andi, 2010), hlm. 144
48
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, op. cit, hlm. 191
49
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar (Bandung: Sinar
Baru Algesindo, 2010), hlm. 173
50
Abu Ahmadi, et.al, loc. cit
51
Slameto, op. cit, hlm. 60
52
Abdul Mujib, et.al, op. cit, hlm. 226
53
Slameto, op.cit, hlm. 61
54
Hamdani Ihsan, et.al, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung:
Pustaka Setia, 2007), hlm. 93
55
Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam
Undang-Undang Sisdiknas (Jakarta: Ditjen Kelembagaan Agama Islam
Depag, 2003), hlm. 45-46
56
Syaikh M. Jamaluddin Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2007), hlm. 158
57
Hery Sukarman, Dasar-Dasar Pembelajaran (Jakarta: tnp, 2004),
hlm. 1
58
Ridwan202, loc. cit
59
Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2002), hlm. 17
60
Husein Syahatah, Kiat Islami Meraih Prestasi (Jakarta: Gema
Insani, 2004), hlm. 62-77
61
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 40-41
62
Maulana Wahiduddin Khan, Psikologi Kesuksesan (Jakarta:
Robbani Press, 2004), hlm. 69
63
Husein Syahatah, op. cit, hlm. 45-46
64
Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar, op. cit,
hlm. 30-31
65
Maulana Wahiduddin Khan, op. cit, hlm. 25
66
Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar, op. cit,
hlm. 22
67
I. Djumhur, et.al, op.cit, hlm. 23-24
68
Syaikh M. Jamaluddin Mahfuzh, op. cit, hlm. 167
69
Ibid, hlm. 173
70
Mulyono Abdurrahman, op. cit, hlm. 11
71
Sylvia Rimm, op. cit, hlm. 204
72
Mayis Casdari, Pengaruh Perhatian Orang Tua dan Minat Belajar
dengan Prestasi Belajar Siswa (Pustaka Skripsi: Maret, 2010)
http://www.pustakaskripsi.com/pengaruh-perhatian-orangtua-dan-minat-belajar-dengan-prestasi-belajar-siswa-16.html
73
Nathan Jimbro Alie, Menentukan Lembaga Bimbingan Belajar
(Artikel Indonesia: Desember, 2009)
http://domba-bunting.blogspot.com/2009/12/menentukan-lembaga-bimbingan-belajar.html
74
Sri Mulyatun, Pengaruh Bimbingan Belajar Terhadap Prestasi
Belajar Siswa di Sekolah (Jurnal Manajerial, Vol. 3 No.1, 2007 )
http://journal.amikom.ac.id/index.php/manajemen/article/viewArticle/41
1
Slamet Daroini, “Peran Usaha Kesehatan Sekolah Terhadap
Peningkatan Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jabung Kecamatan
Talun Kabupaten Blitar”, Skripsi (Blitar: Perpustakaan STIT
Al-Muslihuun, 2010), t.d., hlm. 1
2
Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar. (Jakarta:
PT Rineka Cipta, 2002), hlm. 2
3
Al Hafidz Abi Abdilllah Muhammad Ibn Yazid, Sunan Ibnu Majah.
(Semarang: Toha Putra, tt ), hlm. 81
4
Moh.Zuhri, et.al., Sunan At-Tirmidzi. Terjemah Sunan
At-Tirmidzi, (Semarang: CV.Asy Syifa’. 1992) hlm. 274
6
Moh Zuhri, et. al, loc.cit.
9
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya,
(Surabaya: Al-Hidayah, 1998), hlm. 910
10
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hlm. 154
11
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam,
Metodologi Pendidikan Agama Islam.
(Jakarta: tnp 2002), hlm. 26-27
12
Ahmad Tafsir, Ilmu
Pendidikan Dalam Perspektif Islam
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 44
14
Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter (Jakarta: Grasindo,
2007), hlm. 225
15
S. Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Dan
Mengajar (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), hlm. 35
16
Akhmad Sudrajat, Membimbing Kesulitan
Belajar Siswa (25: Januari, 2008).
http//akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/25/kesulitan-dan-bimbingan-belajar/
17
Nathan Jimbro Alie, Menentukan Lembaga
Bimbingan Belajar (Artikel Indonesia:
Desember, 2009).
Http://domba-bunting.blogspot.com/2009/12/menentukan-lembaga-bimbingan-belajar.html
18
Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan
Konseling. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 10
19
Ridwan202, Ketercapaian Prestasi Belajar (Dunia Ilmu: Mei,
2008).
http://ridwan202.wordpress.com/2008/05/03/ketercapaian-prestasi-belajar/
assalamualaikum wrwb. kaa boleh gak saya minta contoh angket kaka tentang bimbingan belajar ini? kalo boleh tolong kirim ke email saya ka , rossymaulidawindyani@gmail.com :)
BalasHapusMbak, mau tanya buku tentang les privat itu mbaknya dapat darimana?
BalasHapusizin ngutip mbk..:)
BalasHapus