Sabtu, 26 Oktober 2013

SKRIPSI " PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA di MI AL-UMRON BENDOSEWU TALUN BLITAR"


BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan aktifitas penting yang dilakukan oleh siswa di dalam dunia pendidikan. Karena dengan proses belajar anak akan menjadi tahu dari apa yang tidak diketahuinya.
Anak anak merupakan tunas dan generasi penerus bangsa yang masih dalam proses pertumbuhan dan perkembanganya, baik aspek fisik, rohani (mental) maupun sosialnya.1 Bagaimana nasib suatu bangsa apabila anak-anaknya tidak mempunyai skill atau keahlian dalam bidang pendidikan khususnya. Dapat kita ketahui apabila suatu bangsa generasi penerusnya bagus maka masa depan bangsapun akan bagus pula, begitu juga sebaliknya apabila generasi atau penerus bangsa rusak maka suramlah masa depan bangsa tersebut.
Belajar merupakan suatu kata yang sudah akrab dan tidak asing ditelinga kita. Bagi para pelajar dan mahasiswa bahwa belajar merupakan aktifitas yang sangat penting di dalam menuntut ilmu, hal ini merupakan suatu hal yang tidak dapat terpisahkan dari semua kegiatan mereka. Kegiatan belajar yang mereka lakukan biasanya dilakukan pada setiap waktu sesuai dengan keinginan mereka. Baik pagi hari, siang hari, sore hari, maupun pada malam hari.
Oleh karena itu, untuk apa belajar? Jawabnya adalah untuk memperoleh ilmu pengetahuan seebanyak-banyaknya agar tidak dikatakan sebagai orang yang bodoh. Kata “bodoh” sangat tidak enak didengar bahkan sangat menyakitkan hati. Karena kata “bodoh” sering diterjemahkan sebagai orang yang tidak atau kurang sekali dalam penguasaan ilmu pengetahuan. “bodoh” adalah suatu kata yang sangat populer untuk menyudutkan orang pada derajat yang sangat rendah. Walaupun derajatnya tidak serendah binatang, dengan alasan manusia mempunyai kelebihan, yaitu “akal”. Dengan akallah manusia memberantas kebodohan. Dengan ilmulah manusia memberantas kemiskinan ilmu. Dengan ilmulah akan tercipta nur yang terang dalam menatap masa depan.2
Dalam terjemah kitab Ta’limul Muta’allim bahwasanya Rasulullah SAW menjelaskan tentang kewajiban belajar dan mencari ilmu hukumnya wajib, hal ini sesuai dengan sabda beliau yaitu:
ﻗﺍﻝ ﺮﺳﻭﻝ ﺍﷲ ﺻﻟﻰ ﺍﷲ ﻋﻟﻳﻪ ﻭﺳﻟﻡ :,, ﻃﻟﺏ ﺍﻟﻌﻟﻡ ﻓﺭﺿﺔ ﻋﻟﻰ ﻛﻝ ﻣﺳﻟﻡ

Rasullulah SAW bersabda : “Menuntut ilmu hukumnya wajib ( Fardlu) atas setiap Muslim.”3
Rasul saw menjelaskan bahwa siapa yang pergi untuk menuntut ilmu pengetahuan adalah seperti orang yang sedang berjihad di jalan Allah. Anas r.a berkata bahwa Rasulullah saw. Bersabda :
عن أنس بن مالك قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم من خرج في طلب العلم كان في سبيل الله حتى يرجع

Dari Anas bin Malik berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa keluar (dari rumahnya) untuk mencari ilmu, maka dia dalam jihad di jalan Allah sehingga ia kembali”. (HR Tirmidzi)4.
Hal ini seperti apa yang dikatakan oleh Imam Ghazali di dalam bukunya Ringkasan Ihya’ Ulumuddin bahwasanya mengenai pengajaran serta belajar ilmu Mu’adz bin jabal berkata :
Belajarlah ilmu, sebab mempelajari ilmu karena Allah adalah kebaikan serta menuntut ilmu adalah ibadah, pengkajianya ialah seperti tasbih, penyelidikanya seperti jihad, pengajaranya adalah sedekah disertai pemberianya kepada ahlinya ialah pendekatan diri kepada Allah. Ilmu adalah penghibur di kala kesepian, menjadi kawan dikala menyendiri serta menjadi petunjuk di kala senang dan susah, ia adalah pembantu serta teman baik dan penerang jalan ke surga”. 5

Banyak sekali dalil atas ilmu yang terdapat di dalam Al-Qur’an maupun Al-Hadits. Ilmu ialah pemimpin serta amal adalah pengikutnya. Orang yang mendapat ilmu adalah orang yang bahagia, sedangkan orang yang tidak mendapatkanya adalah orang yang sengsara. Ilmu menyebabkan kemuliaan di dunia dan akhirat, maka orang alim dengan ilmunya menanam bagi dirinya sendiri kebahagiaan abadi dengan mendidik akhlaqnya sesuai dengan tuntunan ilmu.
Rasulullah SAW juga bersabda:
عن أبي هريرة قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم من سلك طريقا يلتمس به علما سهل الله له طريقا إلى الجنة

Dari Abi Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda: ”Barangsiapa menempuh jalan untuk mencarit ilmu, maka Allah memudahkan baginya jalan menuju Surga”.6
Demikianlah keutamaan orang yang berilmu yang dapat melebihi segalanya. Namun perlu dicamkan, ilmu tidak datang dengan sendirinya, tetapi ilmu harus dicari lewat sumbernya. Dunia ini adalah sumber ilmu. Maka bacalah segala sesuatu yang ada di dalamnya nanti akan ditemukan dan terkuak dari misterinya hal-hal yang sangat berguna bagi kehidupan sepanjang masa.7
Orang tua di zaman sekarang, menyadari betapa pentingnya ilmu pengetahuan bagi anak-anak mereka, sehingga orang tua menyuruh anaknya untuk bersekolah dari jenjang terendah sampai tertinggi supaya menjadi orang yang pandai dan dapat menikmati hidup dengan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi anak yang dapat dibanggakan oleh orang tua, agama, dan bangsa. Kini sudah saatnya kebodohan ilmu harus segera disingkirkan dari sisi kehidupan. Belajar kuncinya. Belajar adalah kunci ke pintu gerbang ilmu.8
Di dalam Islam, belajar merupakan suatu kewajiban bagi setiap orang yang beriman agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangka untuk meningkatkan derajat di dalam kehidupan mereka. Hal ini seperti yang dijabarkan di dalam Al- Qur’an Surat Al-Mujadalah ayat 11:
                               
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.9

Seperti itulah Allah beserta Rasullullah sangatlah mengagungkan sebuah ilmu. Ilmu disini adalah ilmu yang bermanfaat sehingga anak mempunyai bekal untuk hidup di dunia maupun di akhirat nantinya.
Selanjutnya pengertian belajar dapat dikemukakan oleh Oemar Hamalik (2008:154) bahwasanya “ belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative mantap berkat latihan dan pengalaman. Belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia dan yang membedakanya dengan binatang”.10 Derajat orang seperti itu digambarkan oleh Allah lebih rendah dibanding binatang sebagai manusia.
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam (Q.s. al-A’raf, 7:179) :
                                 
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakanya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakanya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”.

Seperti itulah Allah mengibaratkan orang yang tidak mau belajar, mengembangkan atau memanfaatkan seluruh potensi yang dimilikinya dan kapasitasnya berarti menjauhi hakikatnya sebagai manusia. Manusia, menurut hakikatnya, adalah makhluk belajar. Ia lahir tanpa memiliki pengetahuan, sikap, dan kecakapan apa pun, kemudian tumbuh dan berkembang menjadi mengetahui, mengenal, dan menguasai banyak hal. Itu terjadi karena ia belajar dengan menggunakan potensi dan kapasitas diri yang telah di anugerahkan Allah kepadanya.11 Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an Surat al-Nahl, ayat 78 yang berbunyi:
                

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur.”
Islam menginginkan pemeluknya cerdas serta pandai. Itulah ciri akal yang berkembang secara sempurna. Cerdas ditandai oleh adanya kemampuan menyelesaikan masalah dengan cepat dan tepat, sedangkan pandai ditandai oleh banyak memiliki pengetahuan, jadi banyak memiliki informasi.
Ayat dan hadits biasanya diungkapkan dalam bentuk perintah agar belajar dan atau perintah menggunakan indera dan akal, atau pujian kepada mereka yang menggunakan indera dan akalnya. Sebagian kecil dari ayat al-Qur’an dan hadits tersebut dituliskan berikut ini:
             
Katakanlah, samakah antara orang yang mengetahui dan orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya hanya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”. (Al-Zumar: 9)
         
Dan perumpamaan ini Kami buat untuk manusia, tidak mungkin dapat memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu”. (Al-Ankabut: 43)
Ayat-ayat di atas jelas menunjukkan pentingnya ilmu (pengetahuan) dimiliki oleh orang Islam, pentingnya berfikir, dan pentingnya belajar. Nabi Muhammad SAW sendiri menyatakan bahwa pengetahuan dapat diperoleh dengan cara belajar. Jadi orang Islam diperintah agar belajar.12 Oleh karena itu, belajar yang dilakukan oleh manusia merupakan bagian dari hidupnya, berlangsung seumur hidup, kapan saja, dan dimana saja, baik di sekolah, di kelas, di jalanan dalam waktu yang tidak dapat ditentukan sebelumnya.13
Dalam menuntut ilmu bahwasanya belajar merupakan aktifitasnya di dalam dunia pendidikan. Di dalam ruang lingkup sekolah, anak dituntut untuk bisa memahami pelajaran apa yang diberikan oleh gurunya. Doni Koesoema A (2007:225) menyimpulkan “jika dipahami secara lebih komprehensif, sekolah benar-benar menjadi sebuah wahana bagi proses pendidikan nilai. Di dalam sekolahlah diharapkan para siswa belajar mengaktualisasikan nilai-nilai yang telah mereka terima secara langsung”.14 Kesimpulanya adalah ‘fungsi pendidikan adalah membimbing anak kearah suatu tujuan yang kita nilai tinggi’ (S. Nasution, 2009:35).15
Namun, kenyataanya di dalam kelas seorang guru mengajar, siswa tentunya memperhatikan dan mendengarkan apa yang sedang diuraikan. Keadaan ini sungguh bertolak belakang dengan apa yang dialami pelajar sekarang. Mereka menyepelekan dan malas belajar yang sudah menjadi tanggung jawabnya sebagai seorang pelajar. Misalnya anak sedang membaca buku, pasti kita beranggapan bahwa dia belajar. Padahal belum tentu. Siapa tahu pandangan matanya diarahkan kedalam buku tersebut, tetapi pikirannya menerawang ke arah lain yang menarik baginya. Hal seperti ini haruslah mendapatkan pengamatan yang mendalam.
Kurangnya berminat terhadap mata pelajaran yang diajarkan oleh guru, karena dengan tidak adanya minat seperti itu, hal ini mengakibatkan siswa sukar mengerti isi pelajaran tersebut. Akhirnya pikirannya melayang-layang pada hal yang lain. Hal seperti inilah seharusnya mendapatkan pengamatan yang mendalam.
Biasanya dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, dihadapkan dengan sejumlah siswa yang mempunyai karakteristik siswa yang bermacam-macam. Terdapat siswa yang menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain, tidak sedikit pula siswa yang justru dalam kegiatan belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa biasanya ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajarnya, biasanya kesulitan tersebut dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis. Sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya.16
Daya tangkap setiap anak dalam menerima materi pelajaran di sekolah memang berbeda-beda. Daya tangkap anak yang tergolong rendah, akan sangat memengaruhi perolehan pengetahuannya. Padahal, perolehan pengetahuan berbanding lurus dengan perolehan nilai di sekolahnya. Masalah kemampuan anak dalam menerima materi di sekolah ini dapat dilihat dari faktor internal, misalnya dari segi gizi yang kurang terpenuhi sehingga daya tahan tubuhnya terganggu, yang mengakibatkannya jadi kurang konsentrasi di sekolah. Selain itu, faktor psikologis anak, misalnya kurang diperhatikan orang tua atau gurunya.
Adapun faktor eksternal yang memengaruhi antara lain cara mengajar gurunya di sekolah yang kurang dipahami atau tak disukai sang anak. Atau, kondisi belajar yang kurang kondusif, misalnya ruang kelas terlalu ramai dan berisik sehingga menganggu konsentrasi belajarnya.
Selain belajar di sekolah, anak perlu mengulang pelajarannya di luar sekolah. Sayangnya, tak sedikit orang tua yang kesulitan mendampingi anaknya belajar di rumah karena kesibukannya, atau pelajaran sang anak belum tentu dipahami orang tuanya. Belum lagi setumpuk pekerjaan rumah (PR) yang diberikan oleh guru, sehingga siswa semakin malas untuk mengerjakanya karena merasa kesulitan.
Persaingan belajar di kelas bisa ikut memengaruhi naik-turun prestasi belajarnya. Jadi, tak heran jika sang juara kelas pun tetap membutuhkan tambahan pelajaran ekstra, baik di luar sekolah maupun di luar rumah, untuk mempertahankan prestasinya.17
Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, bagaimana hasil belajar seorang anak tidak berada di bawah sebagaimana semestinya, baik dari hasil kognitif, afektif maupun psikomotoriknya. Bagaimana agar siswa dapat efektif dalam hal belajarnya di sekolah, maka perlunya mendapat perhatian yang mendalam. Lebih baik seorang anak tersebut diberikan sebuah layanan bimbingan belajar buat mereka agar efektif dan efesien dalam belajar dan dapat memperoleh prestasi belajar yang dapat dibanggakan.
Sebenarnya, yang wajib mengajari anak ialah orang tuanya, setelah anak mendapatkan pelajaran dari sekolah. Karena berbagai alasan, orang tua tidak mampu membimbing anaknya dalam hal belajar, orang tua terpaksa mengirimkan anaknya ke suatu bimbingan belajar tambahan misalnya les privat dirumah sendiri, bimbingan belajar privat, dan sebagainya. Mungkin karena tiga hal utama orang tua melakukan hal tersebut yaitu: pertama, orang tua tidak mampu menguasai pengetahuan yang harus diajarkan kepada anaknya. Kedua, orang tua tidak mempunyai cukup waktu untuk membimbing belajar anaknya, karena orang tua mulai sibuk bekerja di luar rumah.. Ketiga, pengajaran di rumah sangat mahal. Tetapi dari sebagian itu, terdapat orang tua yang membimbing belajar anaknya sendiri dirumah sesuai dengan kemampuannya.
. Tetapi apakah dengan anak yang mendapatkan bimbingan belajar tersebut dapat meningkatkan prestasi belajarnya disekolah? Seberapa pentingkah bimbingan belajar bagi anak untuk meningkatkan prestasi belajarnya? Sehingga dalam hal ini peneliti ingin mengambil judul “ Pengaruh Bimbingan Belajar Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa di Madrasah Ibtidaiyah Al-Umron Bendosewu Kecamatan Talun Kabupaten Blitar”.
  1. Rumusan Masalah
Supaya lebih mudah dalam pemecahan masalah yang penulis ajukan, maka penulis uraikan dalam beberapa merumuskan masalah sebagai berikut :
        1. Bagaimana bimbingan belajar yang diperoleh siswa di MI Al-Umron Bendosewu?
        2. Bagaimana prestasi belajar siswa yang ada di MI Al-Umron Bendosewu?
        3. Apakah ada dan seberapa tinggi hubungan antara bimbingan belajar dengan prestasi belajar siswa yang ada di MI Al-Umron Bendosewu?

  1. Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
        1. Untuk mengetahui sejauh mana bimbingan belajar yang diperoleh siswa MI Al-Umron Bendosewu sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya di sekolah, dan dapat bermanfaat bagi kehidupan siswa baik disekolah, keluarga dan lingkungan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
        2. Untuk mengetahui sejauh mana prestasi belajar siswa yang ada di MI Al-Umron Bendosewu.
        3. Untuk mengetahui apakah ada dan seberapa tinggi hubungan antara bimbingan belajar dengan prestasi belajar siswa MI AL-Umron Bendosewu.
D. Hipotesis Penelitian
  1. Hipotesis alternatife (hi) terdapat pengaruh yang signifikan antara bimbingan belajar terhadap peningkatan prestasi belajar siswa MI AL-Umron Bendosewu.
  2. Hipotesis nihil (ho) tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara bimbingan belajar terhadap peningkatan prestasi belajar siswa MI Al-Umron Bendosewu.
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini diharapkan memberi manfaat diantaranya:
1. Manfaat bagi lembaga
Semoga penelitian ini menjadi sumbangan yang dapat dimanfaatkan oleh STIT AL-Muslihuun Tlogo Kanigoro Blitar dalam rangka proses pengembangan jati diri. Yaitu terciptanya seluruh civitas akademika yang sesuai slogan Ulul Albab dalam segala bidang.
2. Manfaat bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Secara teoritis merupakan sumbangan pemikiran ilmiah dan dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman bahwasannya bimbingan belajar itu merupakan upaya dalam hal mengatasi kesulitan belajar anak, dan sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar anak di sekolah, keluarga maupun di lingkungan masyarakat demi suksesnya kegiatan pembelajaran.
3. Bagi Penulis
Penulis dapat menambah pengalaman dan pengetahuan dalam hal bimbingan belajar sebagai salah satu alternatif bimbingan yang diarahkan kepada siswa untuk membantu dalam masalah kesulitan belajar dan sebagai salah satu upaya peningkatan prestasi belajar.
F. Definisi Operasional
Agar masalah yang dibahas dalam penulisan skripsi ini terarah pada sasaran yang telah ditentukan, maka peneliti akan memberikan batasan-batasan yang ada pada judul tersebut diatas yaitu :
          1. Bimbingan Belajar
Bimbingan Belajar merupakan salah satu bimbingan yang diarahkan untuk membantu para individu atau siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dalam hal belajarnya. Yang meliputi yaitu: penyelesaian tugas-tugas dan latihan, cara belajar, dan lain sebagainya.
Bimbingan belajar dilakukan dengan cara mengembangkan suasana belajar-mengajar yang kondusif agar terhindar dari kesulitan belajar. Para pembimbing membantu individu atau siswa mengatasi kesulitan belajar, mengembangkan cara belajar yang efektif, membantu individu agar sukses dalam belajar supaya mampu menyesuaikan diri terhadap semua tuntunan program atau pendidikan.18
          1. Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.
Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.19
G. Sistematika Pembahasan
Selama penyusunan skripsi ini dibahas beberapa bab dengan sistematika sebagai berikut:
Bab satu bagian pendahuluan, dalam bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, hipotesis penelitian, definisi operasional dan sistematika pembahasan yang dimaksudkan sebagai pengantar untuk memasuki bab-bab berikutnya.
Bab dua bagian kajian pustaka, yang didalamnya memuat pembahasan mengenai bimbingan belajar, yaitu sebagai salah satu upaya proses bantuan kepada siswa yang mempunyai masalah di dalam hal belajarnya, yang meliputi penyelesaian tugas, cara belajar dan sebagainya, dan juga sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan prestasi belajarnya di sekolah.
Bab tiga bagian metodologi penelitian, di dalam bab ini memuat rancangan penelitian, populasi dan sampel, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisa data.
Bab empat bagian analisis data dan pembahasan, yang menerangkan deskripsi data, pengujian hipotesis dan pembahasan.
Bab lima penutup, merupakan bab yang berisi kesimpulan dan pembahasan akhir serta merupakan jawaban terhadap rumusan masalah yang terdapat pada bab pendahuluan. Bab ini juga berisi saran-saran dari penulis yang merupakan akhir dalam penulisan skripsi ini.


 
BAB II
LANDASAN TEORI
  1. Kajian Tentang Bimbingan Belajar
  1. Pengertian Bimbingan Belajar
Banyak definisi berkenaan dengan bimbingan. Setiap definisi bergantung kepada aliran dan falsafah yang dianut oleh seseorang itu. Jika di telaah dari berbagai sumber akan dijumpai pengertian-pengertian yang berbeda mengenai bimbingan, tergantung dari jenis sumbernya dan yang merumuskan pengertian tersebut.
Bimbingan dapat diartikan petunjuk, penjelasan dan sebagainya. Sesuatu, tuntunan, pimpinan.1 Bimbing dapat pula diartikan pimpin, asuh atau tuntun.2 Bimbingan merupakan suatu tuntunan yang bersifat membantu.
Menurut Rochman Natawidjaja dalam bukunya Bimbingan Pendidikan dalam Sekolah Pembangunan sebagaimana yang dikutip oleh Juhana Wijaya merumuskan:
Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara terus-menerus (continue) supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat umumnya.3

Sedang Shertzer dan Stone mendefinisikan bimbingan sebagaimana yang di kutip oleh Zulkifli Yusuf yaitu bahwasanya:
Bimbingan sebagai satu proses menolong individu untuk memahami dirinya dan alam sekelilingnya. Proses ini menunjukkan satu usaha yang berterusan dan melibatkan banyak suatu langkah. Menolong disini bermaksud sebagai membantu. Individu di sini dimaksudkan kepada penuntut-penuntut sekolah atau siswa. Bimbingan juga merupakan satu proses pendidikan yang berterusan, tersusun dan sistematik serta dapat membantu individu melalui daya usahanya sendiri untuk mengembangkan kemampuanya, memperolehi kesejahteraan dalam hidupnya.4

Secara singkat dapat dikatakan bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang agar memperkembangkan potensi-potensi yang dimiliki, mengenali dirinya sendiri, mengatasi persoalan-persoalan sehingga dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa bergantung pada orang lain.
Pada dasarnya pendidikan adalah usaha sadar untuk mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan pengajaran, bimbingan, dan / atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang.”5 Dapat diketahui, terdapat salah satu unsur pokok dalam kegiatan pendidikan, yaitu bimbingan. Bimbingan merupakan jenis kegiatan pendidikan yang terutama tertuju pada pertumbuhan kepada kepribadian manusia Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Mahaesa, memelihara budi pekerti kemanusiaan, dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.6
Bimbingan merupakan unsur pokok dalam proses kegiatan pendidikan, yang merupakan serangkaian kegiatan atau langkah-langkah yang digunakan untuk mengubah kondisi awal peserta didik sebagai masukan, menjadi kondisi-kondisi ideal sebagai hasilnya. Proses-proses tersebut berlangsung dalam bentuk-bentuk kegiatan pendidikan yang berupa bimbingan.
Bimbingan sebagai pendidikan dan pengembangan yang menekankan proses belajar yang sistematik. Bimbingan sebagai pendidikan dan pengembangan yang menekankan pada proses belajar. Pengertian ini menekankan bimbingan sebagai bentuk pendidikan dan pengembangan diri, tujuan yang diinginkan diperoleh melalui proses belajar.7 Terdapat hubungan yang erat antara bimbingan dan pendidikan walaupun adakalanya terdapat suatu perbedaan. Misalnya dapat di katakan bahwa pendidikan menuju kearah pembinaan diri sendiri. Proses pendidikan berlangsung di dalam diri anak didik, dan hasil pendidikan tampak dalam tingkah lakunya. Kebalikanya, bimbingan merupakan faktor di luar individu yang berperanan dalam usahanya untuk mengembangkan diri sendiri.
Hal ini juga diungkapkan oleh Jones seperti yang dikutip oleh Juhana Wijaya dalam bukunya “Psikologi Bimbingan” menerangkan bahwa:
Bimbingan merupakan usaha pendidikan. Usaha ini menyangkut pemberian bantuan oleh badan atau perseorangan kepada individu dalam menentukan pilihanya. Pilihanya ini menyangkut apa yang harus dilakukan, metode mana yang digunakan, dan tujuan apa yang akan dicapainya. Setiap bimbingan adalah pendidikan, tetapi ada beberapa aspek pendidikan yang bukan merupakan bimbingan. Bimbingan itu hanya ada apabila terjalin adanya kerja sama individu dan adanya pemberian bantuan kepadanya dalam memilih tujuan-tujuanya atau metode-metodenya.8

Dalam hubunganya dengan pendidikan, bimbingan merupakan bagian integral dalam program pendidikan. Bimbingan merupakan pelengkap bagi semua segi pendidikan. Bimbingan membantu agar proses pendidikan berjalan dengan efisien, dalam arti cepat, mudah dan efektif.9
Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan menyimpulkan “layanan dasar bimbingan merupakan layanan bantuan bagi peserta didik (siswa) melalui kegiatan kelas atau di luar kelas, yang disajikan secara sistematis, dalam rangka membantu siswa mengembangkan potensinya secara optimal”.10 Terdapat pendapat lain yang menyatakan bahwasanya ‘bimbingan (guidance) adalah bantuan yang diberikan seseorang kepada orang lain untuk menentukan pilihan-pilihan dan penyesuaian diri peserta didik dalam memecahkan masalah-masalah yang sedang dihadapi’. (Redya Mudyahardjo, 2008:65)11
Bimbingan merupakan sebuah layanan yang bersifat universal, yang tidak hanya di sekolah dan keluarga, tetapi di mana pun ada orang yang memerlukan bantuan dan di mana pun ada orang yang membantu. Dalam pelaksanaan bimbingan, tidak semua tugas dalam bimbingan harus dilaksanakan oleh para ahli di bidangnya masing-masing. Dalam hal tertentu kadang-kadang peranan guru maupun orang tua lebih menonjol dibandingkan dengan para ahli. Dimana guru atau orang tua sangat dekat dengan anak. Tetapi dari kesemuanya itu tergantung dari orang yang memerlukan bantuan.12
Bimbingan merupakan suatu tuntunan. Bimbingan dapat diberikan kepada seorang individu atau sekumpulan individu. Bimbingan dapat diberikan baik untuk menghindari kesulitan-kesulitan maupun untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi oleh individu di dalam kehidupanya. Hal ini berarti bahwa bimbingan dapat diberikan baik untuk mencegah agar kesulitan itu tidak atau jangan timbul, tetapi juga dapat diberikan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang telah menimpa individu. 13
Dari sejumlah pengertian bimbingan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwasanya bimbingan merupakan salah satu bagian terpadu dari pendidikan sebagai usaha proses bantuan atau pertolongan kepada individu untuk memahami dirinya dalam menghindari masalah atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupanya, melalui daya usahanya sendiri untuk mengembangkan kemampuanya, memperoleh kesejahteraan dalam hidupnya, dan dengan itu dapat menyesuaikan dirinya.
Sedangkan pengertian belajar adalah berusaha mengetahui sesuatu, berusaha memperoleh ilmu pengetahuan (pengetahuan, ketrampilan).14 Menurut Slameto (2003:2) belajar ialah “suatu proses usaha yang di lakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya”.15 Selanjutnya Syaiful Bahri Djamarah (2008:13) mengatakan belajar adalah “serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkunganya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor”.16 Kemudian A. Tabrani, et al, (1992:9) mendefinisikan belajar adalah “menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Di sini dipentingkan pendidikan intelektual untuk peserta didik yang diberikan bermacam-macam mata pelajaran untuk menambah pengetahuan yang dimilikinya”.17
Adapun pengertian belajar secara kualitatif (tinjauan mutu) ialah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.18
Belajar itu selalu menunjukkan suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu. Konsepsi tentang belajar turut menentukan bahan pelajaran yang akan disajikan kepada anak-anak, kegiatan belajar dengan menggunakan bahan itu agar tercapai tujuan yang diinginkan, dan merencanakan kondisi yang optimal untuk proses belajar. Misalnya, kegiatan belajar di dalam kelas dengan menggunakan sejumlah mata-mata pelajaran tertentu untuk dipelajari.19
Para pakar pendidikan telah mendefinisikan tentang pengertian belajar yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Namun demikian, walaupun berbeda tetapi mengacu kepada prinsip yang sama yaitu merupakan suatu usaha untuk memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan berkat latihan dan pengalaman.
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami siswa sebagai anak didik. Belajar merupakan suatu usaha untuk memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi. Saw sebagai berikut:
ﺍﻧﻤﺎ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺑﺎﻟﺘﻌﻠﻢ
Sesungguhnya Ilmu itu hanya di peroleh dengan belajar.”20
Aktifitas belajar yang dialami anak didik tidak selamanya baik. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap pelajaran apa yang sedang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Tugas-tugas (PR) yang semakin menumpuk sehingga siswa malas untuk mengerjakanya. Setiap anak didik tidak ada yang sama, ada yang menempuh kegiatan belajarnya secara lancar, terdapat pula ada hambatan dalam mencapai hasil belajarnya. Hambatan tersebut dapat bersifat psikologis, fisiologis, maupun sosiologis.
Masalah belajar merupakan masalah yang penting yang dialami oleh siswa. Pentingnya penyelenggaraan bimbingan, dengan cara memberikan bimbingan belajar kepada siswa untuk mengatasi kesulitan di dalam belajarnya. Misalnya guru atau pembimbing.
Dari pengertian diatas dapatlah dikemukakan bahwa bimbingan belajar merupakan suatu jenis kegiatan pendidikan dan merupakan bentuk kegiatan dalam proses belajar yang dilakukan oleh seseorang yang telah memiliki kemampuan lebih dalam banyak hal untuk diberikan kepada orang lain sebagai bantuan atau pertolongan dalam menghadapi masalah atau mengatasi kesulitan di dalam hal belajar. Yang meliputi yaitu: penyelesaian tugas-tugas dan latihan dari sejumlah bidang mata pelajaran, dan lain sebagainya. yang mana bertujuan agar orang lain dapat menemukan pengetahuan baru yang belum dimilikinya serta dapat diterapkan dalam kehidupannya.
  1. Perlunya Bimbingan Belajar
Sehubungan dari pengertian yang telah dikemukakan diatas. Dapat diketahui, bahwasanya bimbingan belajar merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan yang penting untuk dilaksanakan. Layanan bimbingan belajar dapat dilaksanakan di sekolah, di rumah, atau di mana pun seseorang (siswa) yang memerlukan bantuan atau pertolongan dalam menghadapi masalahnya dalam hal belajar. Misalnya penyelesaian tugas-tugas dan latihan, (PR) yang menumpuk dari sejumlah mata pelajaran yang tidak dapat dikuasainya, dan lain sebagainya.
Pengalaman menunjukkan bahwasanya kegagalan-kegagalan yang dialami siswa dalam belajar tidak selalu disebabkan oleh kebodohan atau rendahnya intelegensi. Sering kegagalan itu terjadi disebabkan mereka tidak mendapatkan layanan bimbingan belajar yang memadai.
Salah satunya adalah terdapatnya masalah-masalah siswa yang berhubungan dengan pelajaran dan belajar. Walaupun masalah-masalah belajar bukan barang baru bagi para siswa, namun karena ada beberapa pelajaran yang belum pernah diterima, maka timbul masalah-masalah seperti kurang dapat menangkap beberapa mata pelajaran, lamban dalam menangkap dan mencernakan bahan bacaanya, rendahnya tingkat kemauan anak untuk belajar, rendahnya tingkat ambisi, tidak ada kemauan untuk menelaah pelajaran, banyaknya pekerjaan rumah, terlalu sibuk dengan urusan lain selain pelajaran, menganggap enteng materi pelajaran, kebiasaan mempelajari hal-hal yang kurang baik, kesulitan dalam belajar sendiri, dalam mempelajari buku, dalam memgerjakan tugas-tugas, dalam menghadapi ulangan atau ujian, dalam menghadapi pekerjaan rumah (PR), dan sebagainya.21 Namun demikian, kenyataan menunjukkan bahwa setelah kegiatan belajar mengajar berakhir masih saja ada murid yang tidak dapat menguasai materi pelajaran dengan baik sebagaimana tercermin dalam nilai atau hasil belajar lebih rendah dari kebanyakan murid-murid sekelasnya.
Masalah belajar tersebut merupakan suatu kondisi tertentu yang dialami oleh seseorang murid dan menghambat kelancaran proses belajarnya. Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang dimilikinya dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Hambatan-hambatan tersebut dapat bersifat fisiologis, psikologis maupun sosiologis.
Setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan individual ini pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar di kalangan anak didik. Dalam keadaan di mana anak didik atau siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan “kesulitan belajar”.22
Kondisi-kondisi yang tampak mengalami kesulitan adalah materi pelajaran yang berulang kali gagal ditempuhnya, tingkah lakunya di sekolah yang berkaitan dengan kedisiplinan dalam mengikuti pelajaran, dan terpusatnya konsentrasi saat mengikuti pelajaran. Juga bagaimana ia melaksanakan kewajiban-kewajiban dan tugas rumah, aktifitas yang cenderung mengarah kepada tugas sekolah, sejauh mana ia mengutamakan kegiatan belajar, prestasi belajarnya (dengan standar kelas ataupun kelompok dalam berbagai macam materi pelajaran).23
Jadi jelas dalam kegiatan belajar ini banyak masalah-masalah yang timbul terutama yang dirasakan oleh siswa sendiri. Misalnya, kebiasaan belajar yang kurang efektif, perbedaan sikapnya terhadap beberapa mata pelajaran, tidak ada kedisiplinan waktu pada diri anak. Ia sibuk selain hal-hal pelajaran seperti nonton TV, bermain di jalan, atau keluar dengan teman-teman yang kurang baik. Semua ini dapat merupakan masalah yang untuk beberapa anak agar dirasakan sukar untuk dapat di atasi sendiri tanpa bantuan orang lain. Untuk itu hendaknya siswa tersebut mendapatkan bantuan untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar. Mereka memerlukan pendekatan-pendekatan khusus untuk mencapai hasil-hasil belajar yang diharapkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membantu meningkatkan hasil belajar murid-murid seperti itu adalah dengan melaksanakan sebuah layanan bimbingan belajar. Oleh karena itu, bimbingan belajar mutlak perlu dilaksanakan.
Bimbingan belajar dapat dilakukan di mana saja. Baik disekolah, di rumah maupun keluarga dan sebagainya. Di dalam pelaksanaannya bimbingan belajar dapat dilaksanakan oleh siapa saja. Keseluruhan bentuk kegiatan bimbingan merupakan usaha sadar dari tenaga kependidikan misalnya dari keluarga (orang tua, wali dan sebagainya), masyarakat (pembimbing, instruktur dan sebagainya), dan pemerintah (guru, kepala sekolah, teknisi pendidikan, pengembang bidang pendidikan, dan sebagainya).24 Disinilah penting dan perlunya program bimbingan belajar untuk membantu agar mereka berhasil dalam belajar dan mendapatkan prestasi belajar yang membanggakan.
  1. Tujuan dan Manfaat Bimbingan Belajar
Terdapat tujuan dan manfaat bimbingan belajar, secara umum tujuan bimbingan belajar adalah tercapainya penyesuaian akademis siswa sehingga dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Memberikan bantuan kepada siswa dalam memecahkan kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan masalah belajar, misalnya dalam hal:
  1. Mendapatkan cara belajar yang efisien, baik sendiri maupun kelompok
  2. Menentukan cara mempelajari atau menggunakan buku-buku pelajaran
  3. Membuat tugas-tugas sekolah, mempersiapkan diri untuk ulangan atau ujian
  4. Menghadapi kesulitan-kesulitan dalam mata-mata pelajaran tertentu
  5. Menentukan pembagian waktu dan perencanaan belajar
Adapun yang menjadi tujuan dari bimbingan belajar adalah membantu murid-murid agar mendapat penyesuaian yang baik dalam situasi belajar. Dengan bimbingan ini diharapkan setiap murid dapat belajar dengan sebaik mungkin, sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya.25 Secara khusus, tujuan bimbingan belajar agar siswa dapat:
  1. Mengenal, memahami, menerima, mengarahkan dan mengaktualisasikan potensi secara optimal,
  2. Mengembangkan berbagai keterampilan belajar,
  3. Mengembangkan suasana belajar yang kondusif, dan
  4. Memahami lingkungan pendidikan. 26
Di dalam bidang bimbingan belajar, juga bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai pengetahuan dan keterampilan. Karena di dalam bidang bimbingan ini memuat pokok-pokok seperti berikut:
  1. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar untuk mencari informasi dari berbagai sumber belajar, mengikuti pelajaran sehari-hari, mengerjakan tugas (PR), mengembangkan keterampilan belajar
  2. Pengembangan disiplin belajar dan berlatih, baik secara mandiri maupun kelompok
  3. Pemantapan dan pengembangan penguasaan materi pelajaran di sekolah.27
Manfaat bimbingan belajar bagi siswa adalah tersedianya kondisi belajar yang nyaman, terperhatikannya karakteristik pribadi siswa, dan siswa dapat mereduksi kemungkinan kesulitan belajar, sedangkan manfaat bagi pembimbing adalah membantu menyesuaikan program pembelajaran agar sesuai dengan karakteristik siswa dan memudahkan dalam pengembangan potensi siswa secara menyeluruh. Banyak manfaat yang bisa diperoleh siswa dengan mengikuti bimbingan belajar. Mereka akan terbantu untuk memahami pelajaran yang belum begitu dipahami atau dikuasainya.
    1. Fungsi Bimbingan Belajar
Layanan bimbingan belajar dapat berfungsi:
  1. Pencegahan (Preventif)
Layanan bimbingan belajar dapat berfungsi pencegahan artinya merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah. Tindakan pencegahan adalah tindakan sebelum munculnya tingkah laku yang menyimpang yang menganggu kondisi optimal berlangsungnya pembelajaran.28 Dalam fungsi pencegahan ini layanan yang diberikan berupa bantuan bagi para siswa agar terhindar dari berbagai masalah dalam belajarnya. Misalnya, kurangnya menguasai mata pelajaran, tugas-tugas (PR) dan sebagainya.
  1. Fungsi pemahaman
Fungsi pemahaman yang dimaksud yaitu fungsi bimbingan belajar untuk membantu peserta didik (siswa) agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya). Berdasarkan pemahaman ini, individu diharapkan mampu mengembangkan potensinya di dalam hal belajarnya secara optimal.
  1. Fungsi perbaikan
Fungsi perbaikan yaitu fungsi bimbingan belajar yang akan menghasilkan terpecahkanya atau teratasinya berbagai permasalahan dalam belajar yang dialami oleh siswa. Misalnya, kesulitan-kesulitan dalam menghadapi sejumlah mata-mata pelajaran.
    1. Bimbingan Belajar Tambahan
Pada hakekatnya, guru selain memberi pelajaran, juga mempunyai tugas untuk memberi bimbingan di dalam kelasnya, misalnya dalam hal bimbingan belajar.29 Membimbing siswa dalam belajar akademik untuk mengatasi kesukaran-kesukaran yang timbul dalam mata pelajaran dan materi yang harus dipelajari. Akan tetapi mengingat bahwa para guru-guru dalam kenyataanya tidak mempunyai banyak waktu luangnya untuk mencurahkan perhatiannya kepada bidang-bidang lain di luar tugas-tugasnya untuk memberikan pelajaran, maka mutlak diperlukan seseorang yang dapat membimbing siswa dalam hal belajar, yang dapat membantu para guru dan juga untuk melancarkan tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Untuk hal ini, selanjutnya akan dibahas mengenai bimbingan belajar tambahan. Seperti bimbingan belajar dari orang tua, bimbingan belajar privat di luar jam sekolah.
  1. Bimbingan Belajar Orang Tua
Pada dasarnya pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik. Orang tua sebagai pendidik juga sebagai pembimbing bagi kegiatan belajar anak baik di dalam maupun di luar rumah dengan harapan anak dapat belajar dengan baik dan berhasil. Sebagai pembimbing orang tua hendaknya dapat membimbing anak agar bergairah dan aktif belajar.
Dorongan dan bimbingan belajar dari orang tua serta memberikan pengetahuan sangat bermanfaat sekali bagi anak. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Abdul Mujib, et.al dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam (2006:228-229) bahwasanya “orang tua seharusnya menjadi pendidik yang memberikan pengetahuan terhadap anak-anaknya, serta memberikan sikap dan keterampilan yang memadai, memimpin keluarga, dan mengatur kehidupanya, memberikan contoh sebagai keluarga yang ideal, dan bertanggung jawab dalam kehidupan keluarga, baik yang bersifat jasmani maupun rohani”.30 Oleh karena itu, orang tua harus dapat memperhatikan anak dengan seksama agar dapat memberi bimbingan sesuai dengan situasi dan kondisinya dalam belajarnya.
Walaupun anak sudah masuk sekolah, tetapi harapan masih digantungkan kepada keluarga untuk memberikan sebuah bimbingan dalam belajar dan memberikan suasana sejuk dan menyenangkan bagi belajar anak di rumah. Dan tampak sekali bahwa kedua orang tua merasa bahwa perlu memusatkan perhatiannya untuk memenuhi keperluan anak dan kemajuannya dalam belajar. Misalnya, dalam menyelesaikan tugas-tugas dan latihan, pekerjaan rumah (PR), kebiasaan belajar secara efektif dan sebagainya.
Sebagai orang tua, untuk mendorong kemandirian dalam belajar, pentinglah bagi anak-anak untuk mengambil inisiatif untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan pekerjaan rumah (PR) mereka sendiri. Tanggungjawab anak adalah mengerjakan pekerjaan rumah mereka dan sebagai orang tua adalah memantaunya.31
Sifat hubungan orang tua dan anak sering dilupakan. Faktor ini penting sekali dalam menentukan kemajuan belajar anak. Orang tua merupakan contoh terdekat dari anak-anaknya. Segala yang diperbuat orang tua tanpa disadari akan ditiru anak-anaknya. Karenanya sikap orang tua yang bermalas-malasan tidak baik, hendaknya di buang jauh-jauh. Demikian juga anak yang sedang belajar memerlukan bimbingan dari orang tua agar sikap dewasa dan tanggung jawab belajar, tumbuh pada diri anak.
Bagaimana orang tua menjaga hubungan dengan anak-anaknya serta membantu mereka untuk mencapai kesuksesan dalam belajar yang sesuai dengan kemampuan mereka. Misalnya, menghindari ketegangan, perselisihan, dan pertengkaran, secara utama di depan anak, menjaga suasana keluarga yang sejuk yang dapat dirasakan oleh anak dengan rasa aman, tenteram, dan damai sehingga dapat mewujudkan perkembangan mental dan kejiwaan yang sehat dan sebagainya.
Orang tua sebaiknya memberikan semangat untuk belajar dan mengikuti program-program yang dapat menghapus kebodohan. Juga mendorong anak untuk menelaah, membaca dan belajar dan tidak membebani anak dengan kesibukan-kesibukan di rumah sehingga mengabaikan pelajarannya. Menertibkan waktu si anak, sekiranya ia dapat membagi antara memenuhi kewajiban rumah dan sekolah. Dan juga menjaga kesehatan tempat bagi anak supaya mereka dapat belajar dengan tenang dan menghindarkan mereka dari kotoran atau sumber-sumber penyakit yang dapat mempengaruhi konsentrasinya.32
Orang tua di harapkan dapat membimbing belajar pelajaran akademik kepada anak. Tetapi mengenai pelajaran akademik ada dua macam pandangan. Pertama, pandangan yang tidak memperbolehkan orang tua mengajarkan bidang akademik kepada anak. Kedua, pandangan yang menganjurkan agar orang tua mengajarkan bidang akademik kepada anak.
Pandangan yang tidak memperbolehkan orang tua mengajarkan bidang akademik kepada anak bertolak dari alasan, (1) orang tua tidak memiliki pengetahuan yang cukup dan tidak memiliki keterampilan mengajar, (2) sering menimbulkan ketegangan dan frustasi kepada anak, (3) waktu anak bermain menjadi berkurang. Pandangan yang menganjurkan agar orang tua mengajarkan bidang akademik kepada anak bertolak dari alasan bahwa (1) orang tua dapat berfungsi sebagai guru di rumah, dan (2) orang tua dapat menjadi pelengkap bagi pembelajaran di sekolah.33
Perlu tidaknya orang tua menjadi guru bagi anak mereka di rumah tergantung dari berbagai keadaan. Jika orang tua mampu menjalin hubungan yang baik dengan anak, menguasai bahan pelajaran dan mempunyai waktu untuk membimbingnya dalam hal belajar, ada baiknya orang tua menjadi guru bagi anak mereka di rumah. Tetapi, jika orang tua menjadi tegang, frustasi, kecewa, atau tidak sabar pada saat membimbing belajar, sebaiknya orang tua tersebut tidak menjadi guru bagi anak mereka di rumah.
  1. Bimbingan Belajar Privat
Bimbingan belajar privat merupakan layanan bimbingan belajar di luar jam sekolah. Bimbingan belajar privat sekarang ini banyak dibutuhkan. Karena selain belajar di sekolah, anak perlu mengulang pelajarannya di luar sekolah. Sayangnya, tak sedikit orang tua yang kesulitan mendampingi anaknya belajar di rumah karena orang tua mulai sibuk bekerja di luar rumah, Abu Ahmadi, et.al (2004:87) menyimpulkan bahwasanya “orang tua yang sibuk bekerja, terlalu banyak anak yang diawasi, sibuk organisasi, berarti anak tidak mendapatkan pengawasan/bimbingan dari orang tua, hingga kemungkinan akan banyak mengalami kesulitan belajar”.34 atau pelajaran sang anak belum tentu dipahami orang tuanya atau tidak mampu menguasai pengetahuan yang harus diajarkan kepada anaknya. Karena berbagai alasan tersebut orang tua terpaksa mengirimkan anaknya ke suatu bimbingan belajar tambahan misalnya bimbingan belajar privat (les).
Belajar di sekolah dari pukul 07.00 s.d. 13.30 tentunya sangatlah terbatas untuk bagaimana berkonsultasi mengerjakan soal-soal yang sekiranya diujikan. Seperti yang kita tahu bahwa waktu pengajaran setiap mata pelajaran dibatasi. Misalnya, mata pelajaran Matematika hanya diberikan waktu 1 x 45 menit dalam setiap tatap muka. Ini menjadi penyebab siswa dan guru tidak dapat berdiskusi panjang lebar. Jadi dengan mengikuti Bimbel siswa dapat bertanya dan berdiskusi tentang segala sesuatu yang dirasa masih membingungkannya.35
Salah satu cara mengatasi kesulitan belajar dalam mengerjakan soal-soal mata pelajaran yang di rasa cukup sulit bisa ditempuh dengan mengikutkan les. Maka tidak sedikit siswa yang menempuh pembelajaran setelah lepas sekolah, misalnya mengikuti kursus, bimbingan belajar, maupun les privat.
Kebutuhan memiliki kecakapan dan keterampilan merupakan alasan bagi mereka anak-anak berkemampuan tinggi, mengejar nilai bagus bagi anak-anak berkemampuan sedang. Dengan kurikulum yang diterapkan saat ini, dunia pendidikan kita memberikan target yang cukup berat untuk peserta didik baik itu standar untuk kenaikan kelas, kelulusan dan sebagainya. Sayangnya target yang tinggi tersebut tidak dibarengi dengan kualitas dan metode pembelajaran sekolah yang sesuai dengan keinginan siswa. Untuk itu agar mengoptimalkan tingkat pemahaman dan penguasaan materi peserta didik terbentuklah sistem belajar les privat.
Terdapat manfaat dan kebaikan dari les privat. Siswa mendapat kenyamanan psikologis, teman belajar dan terhindar dari tekanan/stress dari faktor luar. Biasanya pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan belajar siswa, misalnya dibantu mendalami, mengulang materi pelajaran, mengerjakan PR dan tugas dari sekolah.
Siswa diarahkan untuk memahami konsep dan prinsip dasar dari materi pelajaran sehingga proses belajar lebih cepat dan mudah dimengerti. Adanya monitoring perkembangan pembelajaran, kelebihan dan kekurangan siswa sehingga masalah / kesulitan belajar dapat diidentifikasi, dievaluasi, dicari solusinya dan diaplikasikan dalam metode dan gaya mengajar untuk mendapatkan hasil terbaik. Metode pengajaran pada bimbel privat disesuaikan dengan sifat, karakter, cara belajar dan kemampuan tiap siswa.36
Tujuan bimbingan belajar privat adalah memberikan bantuan secara khusus dan individuil dalam belajar, terutama untuk mata pelajaran-pelajaran yang kurang dan masih belum bisa difahami oleh siswa.
  1. Kajian Tentang Prestasi Belajar
    1. Pengertian Prestasi Belajar
Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung.
Pengertian prestasi belajar secara teori adalah bila sesuatu kegiatan dapat memuaskan suatu kebutuhan, maka ada kecenderungan besar untuk mengulanginya. Sumber penguat belajar dapat secara ekstrinsik (nilai, pengakuan, penghargaan) dan dapat secara ekstrinsik (kegairahan  untuk menyelidiki,  mengartikan situasi). Disamping itu siswa memerlukan/ dan harus menerima umpan balik secara langsung derajat sukses pelaksanaan tugas (nilai raport/nilai test).37
Prestasi belajar merupakan hasil usaha bekerja atau belajar yang menunjukan ukuran kecakapan yang dicapai dalam bentuk nilai. Sedangkan prestasi belajar hasil usaha belajar yang berupa nilai-nilai sebagai ukuran kecakapan dari usaha belajar yang telah dicapai seseorang, prestasi belajar ditunjukan dengan jumlah nilai raport atau test nilai sumatif.38
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
    1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.

  1. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi.
  1. Kecerdasan/Intelegensi
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.
Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.39 Ungkapan ini sesuai apa yang diungkapkan oleh Muhibbin Syah (2009:148) juga menyimpulkan bahwasanya “semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses”.40 Menurut Al-Ghazali (2005:299) “terdapat suatu hal yang dapat menambah kecerdasan akal, yaitu: meninggalkan perkataan yang tidak perlu, dengan duduk-duduk dengan orang shaleh dan dengan ulama-ulama”.41
  1. Bakat
Secara umum bakat (aptitude) adalah. kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Hal ini seperti apa yang di ungkapkan oleh Abu Ahmadi, et.al (2004:82) bahwasanya bakat adalah “potensi/kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir”.42
Muhibbin Syah (2009:151) menyatakan bahwa “bakat adalah kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan”.43 Sedangkan menurut Slameto (2003:57) “bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar dan berlatih”.44
Bakat seseorang mempengaruhi belajar. Misal, jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya itu.
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam proses belajar, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. Apalagi seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut. Adalah penting untuk mengetahui bakat siswa tersebut.
  1. Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan secara terus menerus yang disertai oleh rasa senang. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan-segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar.45
Tidak adanya minat seseorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan, sehingga munculnya permasalahan di dalam dirinya. Ada tidaknya minat terhadap suatu pelajaran dapat dilihat dari cara anak mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya catatan dan sebagainya.46 Karena menurut Bimo Walgito (2010:144) bahwasanya “apabila anak mempunyai minat maka akan mendorong anak untuk berbuat sesuai dengan minatnya”.47
Dapat diyakini bahwa minat mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik. Tidak banyak yang dapat diharapkan untuk menghasilkan prestasi belajar yang baik dari seorang anak yang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu. Karena pada dasanya minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah.48 Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat besar pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan.
  1. Motivasi
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Motivasi dapat berupa dorongan-dorongan dasar atau internal dan intensif di luar diri individu. Sebagai suatu masalah di dalam kelas, motivasi merupakan proses membangkitkan, mempertahankan, dan mengontrol minat-minat.49 Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.
Motivasi sebagai faktor inner (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Seorang yang besar motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih tidak mau menyerah, giat membaca buku-buku untuk meningkatkan prestasinya untuk memecahkan masalahnya. Sebaliknya mereka yang motivasinya lemah, tanpa acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka menganggu kelas, sering meninggalkan pelajaran akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar.50
Dalam memberikan motivasi seorang guru maupun orang tua harus berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran. Untuk membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara aktif.
  1. Faktor Extern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya. Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto (1995:60) faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah “keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.”51
  1. Keadaan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Abdul Mujib, et.al (2006:226) bahwa “keluarga adalah suatu kesatuan sosial terkecil yang dimiliki oleh manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki tempat tinggal dan ditandai oleh kerja sama ekonomi, berkembang, mendidik, melindungi, merawat, dan sebagainya. Inti keluarga adalah ayah, ibu, dan anak”.52.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto bahwa: “Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.”53 Sebelum anak didik memasuki suatu sekolah, dia sudah mendapatkan pendidikan dalam keluarga yang bersifat kodrati. Dan orang yang pertama bertanggung jawab terhadap pendidikan anak adalah orang tuanya, karena adanya pertalian darah yang secara langsung bertanggung jawab atas masa depan anak-anaknya.54
Keluarga adalah lembaga informal (luar sekolah) yang diakui keberadaanya dalam dunia pendidikan. Peranannya tidak kalah pentingnya dari lembaga formal dan non-formal. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang tentang SISDIKNAS pasal 27 ayat (1) dan (2) tentang pendidikan informal bahwasanya “kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Dan hasil pendidikan sebagaimana yang di maksud dalam ayat (1) diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan”.55
Sebagai orang tua sebaiknya mampu mendidik anak-anak mereka, mengawasi, memperhatikan dengan sebaik mungkin. Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.
  1. Keadaan sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran oleh guru, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya. Hal ini seperti apa yang diungkapkan oleh Syaikh M. Jamaluddin Mahfuzh (2007:158) yaitu “hubungan antara guru dan siswa ikut memainkan peranan penting dalam membentuk kepribadian mereka, sehingga bisa dijadikan tolak ukur yang menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu pelajaran”.56
Menurut Heri Sukarman (2004:1) mengemukakan bahwa “tiga pilar utama yang menunjukkan bahwa guru telah bekerja secara profesional dalam melaksanakan tugas pendidikan adalah : a). menguasai materi pembelajaran, b). professional untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa, dan c). berkepribadian matang”.57 Oleh sebab itu, kemampuan guru dalam penguasaan materi pembelajaran, penyampaian materi pembelajaran, dan kepribadiannya diharapkan semakin meningkat mampu membangun suasana pembelajaran yang produktif, kreatif, dan inovatif sehingga mampu meningkatkan keberhasilan dan kesesuaian hasil belajar siswa dengan tujuan yang telah ditentukan.
  1. Keadaan lingkungan masyarakat
Di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada.
Lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak-anak yang sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tiada menentukan anakpun dapat terpengaruh pula. Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.58
    1. Beberapa Problem yang Dialami Oleh Pelajar dan Bagaimana Cara Mengatasinya
Ketika belajar, biasanya seorang pelajar atau siswa dihadapkan pada beberapa problem. Di antaranya berupa gangguan psikis, kesehatan, intelektual, dan sosial. Hal ini akan mempengaruhi produktivitas pelajar tersebut dalam mempelajari materi pelajaran, menguasainya dan mengingatnya. Untuk mengatasi semua problem itu, hingga pelajar itu berhasil dan berprestasi, dibutuhkan beberapa anjuran dan bimbingan-bimbingan dalam belajar.
Terdapat problem-problem yang dialami pelajar atau siswa dalam belajar dan bagaimana cara mengatasinya, diantaranya:
  1. Problem lemahnya minat dan motivasi untuk belajar
Terkadang seorang pelajar mengalami situasi ingin terus santai, malas-malasan, dan tak mempunyai gairah untuk belajar. Diantara gejalanya adalah cenderung menjauhi buku, malas berangkat ke sekolah, yang pada intinya adalah malas belajar. Semua ini akan berakibat pada semakin menumpuknya materi pelajaran yang belum dikuasai, makin menambah rasa malas belajar dan keputusasaan yang akhirnya akan menjerumuskan pelajar tersebut kepada kegagalan atau setidaknya tak dapat berprestasi.
Cara mengatasi problem lemahnya motivasi belajar adalah sebagai berikut:
  1. Meminta pertolongan Allah dan berlindung kepada-Nya dari gangguan setan, membaca Al-Qur’an, zikir, dan berdoa dengan ikhlas sambil meyakini bahwa gangguan itu adalah perbuatan setan.
  2. Bersungguh dalam mengatasi problem-problem yang menyebabkan minat belajarnya lemah, sehingga ia mampu berkonsentrasi dan benar-benar paham.
  3. Meminta bantuan kepada salah seorang guru untuk memberikan pelajaran privat, untuk memberikan nasihat serta bimbingan pengajaran praktis agar mampu bangkit dan mengejar ketertinggalanya, dan sulit untuk mempelajarinya sendiri.
    1. Problem menumpuknya materi pelajaran
Gangguan oleh sebab sakit, kejadian mendadak, musibah, krisis sosial, atau sebab lalai, dan menumpuknya materi pelajaran adalah termasuk dari sebab-sebab keterpaksaan yang bukan berangkat dari sebuah keinginan. Hal itu menyebabkan kekacauan dalam menyusun rancangan belajar dan program studi. Juga akan mempersulit pelajar tersebut untuk mengejar materi-materi baru ataupun mendapatkan materi yang telah ketinggalan. Hal ini apabila tidak diatasi dengan cepat sebelum menjadi parah akan menyebabkan rendahnya minat, keputusasaan, rendah diri serta menganggu keberhasilan dan prestasi.
Cara mengatasi problem menumpuknya materi pelajaran adalah sebagai berikut:
  1. Tidak menyerah dan berputus asa dengan meminta pertolongan dari Allah, selanjutnya menguatkan tekad dalam rangka meningkatkan usaha dan kesabaran, serta memperbaharui niat untuk mengejar ketertinggalan.
  2. Memperbarui rancangan program belajar serta mengadakan penyesuaian waktu pada program kerja, di mana agar memungkinkan ia untuk mengulas pelajaran-pelajaran baru dan mengejar bagian pelajaran yang tertinggal
  3. Meminta bantuan teman-teman demi mengejar pelajaran-pelajaran yang tertinggal, baik dengan cara belajar bersama maupun meminta bantuan secara khusus.
    1. Problem tiadanya konsentrasi dalam belajar
Dalam belajar diperlukan konsentrasi dalam perwujudan perhatian terpusat. Konsentrasi merupakan pemusatan fungsi jiwa terhadap suatu masalah atau objek. Dalam belajar, orang yang tidak dapat berkonsentrasi jelas tidak akan berhasil menyimpan atau menguasai bahan pelajaran. Hal ini menyebabkan ia tidak bisa mengikuti pelajaran, memahaminya, dan mengingatnya. Oleh karena itu, setiap pelajar berusaha dengan keras agar mempunyai konsentrasi yang tinggi dalam belajar.
Cara mengatasi problem tidak konsentrasi adalah:
  1. Meminta pertolongan Allah dari gangguan kegelisahan, kesedihan.
  2. Berminat terhadap mata pelajaran. Jangan sampai membenci terhadap suatu mata pelajaran tertentu. Sebab suka atau benci, semua pelajaran harus di tempuh melalui ujian.
  3. Meja belajar hendaklah bersih dari segala benda yang tidak bersangkut paut dengan mata pelajaran yang sedang di pelajari.59
  4. Membuat ringkasan ketika belajar, karena hal itu akan membiasakanya untuk dapat berkonsentrasi.
  5. Menggunakan sarana-sarana pendidikan modern yang akan membantu untuk berkonsentrasi, diantaranya: kaset, computer, video.
    1. Problem sulit memahami
Sebagian pelajar mengalami kesulitan dalam memahami sebagian materi pelajaran. Adakalanya disebabkan oleh sulitnya materi. Juga ada kalanya karena tidakmampuan guru dalam menyederhanakan materi tersebut atau ketidakmampuan guru dalam menyampaikan materi kepada para pelajar dengan gaya bahasa yang mudah dan sederhana. Selanjutnya juga bisa karena rendahnya kadar kecerdasan yang dimiliki pelajar itu, dan sebagainya.
Cara mengatasi problem ini diantaranya:
  1. Meminta pertolongan Allah, di tambah zikir dan doa sederhana, Karena tidak akan ada kemudahan kecuali Allah sendiri yang akan menjadikannya mudah.
  2. Menambah waktu-waktu khusus untuk mempelajari materi-materi sulit, ada yang mengatakan bahwa sesungguhnya waktu yang paling utama untuk memahami adalah waktu pagi.
  3. Hendaknya pelajar itu terus mengulang materi pelajaranya serta menggunakan sarana-sarana pendidikan tertentu untuk belajar.
  4. Meminta bantuan pada teman-teman yang setia untuk bekerja sama dalam memahami tema-tema yang sulit atau belajar bersama mereka sekalipun hanya sebentar.
  5. Meminta bantuan guru dalam bentuk minta penjelasan ataupun melalui belajar privat.
    1. Problem ketidakseimbangan antara belajar dan kewajiban-kewajiban lain
Terkadang pelajar mengemban beberapa kewajiban dan beban-beban lain selain menghadiri materi pelajaran dan belajar. Diantaranya membantu keluarga dalam urusan rumah tangga menghibur diri dengan berkumpul bersama keluarga atau dengan teman-teman sebaya, bekerja mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan pokok dan sebagainya.
Dengan sebab rancangan dan pengaturan yang tidak baik, beberapa kewajiban lain akan mengalahkan kegiatan memperoleh ilmu dan belajar. Hal itu akan mendatangkan pada menumpuknya pelajaran, sulit belajar serta tidak berprestasi meskipun belum sampai menemui kegagalan.
Cara mengatasi ketidakseimbangan antara belajar dan beban kewajiban lain:
  1. Disiplin penuh dengan program sehari semalam serta disiplin dengan rancangan dan program belajar yang telah dibuat, karena semua ini akan mengatur waktu pelajar serta membantunya untuk memantau perkembangan belajarnya secara langsung.
  2. Membagi pekerjaan-pekerjaan yang perlu dikerjakan dalam waktu yang tersedia, sesuai dengan situasi dan kondisi yang melingkupi pelajar.
  3. Dalam setiap kondisi diatas, hendaknya kembali kepada Allah dengan berdoa untuk memudahkan urusan, menstabilkan keadaan, juga mengharapkan berkah di setiap saat.60
    1. Problem lupa
Seorang pelajar adalah juga manusia yang terkadang salah dan lupa. Allah telah memerintahkan kita untuk berlindung dari sifat lupa.
Diantara sebab-sebab yang menuju pada bertambahnya sifat lupa adalah tekanan pikiran dan tekanan urat akibat banyak beban, tanggung jawab, meninggalkan pelajaran dalam tempo waktu yang lama dengan tanpa mengulang-ulang kembali, banyak kesamaan dan keterpautan di antara materi-materi pelajaran.
Cara mengatasi problem lupa diantarannya adalah:
  1. Menjalin hubungan yang baik dengan Allah dengan memperbanyak istighfar, tobat, memperbanyak ibadah, serta perbuatan baik.
  2. Membiasakan diri dengan perbuatan yang sesuai syariat, karena bila hati itu lelah, hati akan menjadi lupa
  3. Mengulang terus tema-tema yang gampang dilupakan dengan memberinya tambahan waktu terutama waktu malam dan pagi.
  4. Membuat ringkasan di lembaran kertas ketika belajar, ada yang mengatakan, Apa yang dihafal akan hilang, sementara apa yang ditulis akan tetap terjaga.
4. Kiat-Kiat Untuk Menjadi Pelajar yang Berprestasi
Di dalam belajar, tidak dapat dilepaskan dari beberapa hal yang dapat mengantarkan agar berhasil dalam belajar. Banyak orang yang belajar dengan susah payah, tetapi tidak mendapatkan hasil apa-apa, hanya kegagalan yang ditemui. Oleh karena itu, akan dipaparkan beberapa bentuk kiat-kiat untuk menjadi pelajar yang berprestasi dalam belajar, diantaranya adalah:
  1. Belajar dengan teratur
Belajar dengan teratur merupakan pedoman mutlak yang tidak bisa diabaikan oleh seseorang yang menuntut ilmu. Penting membiasakan diri dengan sikap teratur dalam belajar, yang menyangkut masalah keberhasilan dalam belajar.
  1. Disiplin dan bersemangat
Dalam belajar disiplin sangat diperlukan. Orang-orang yang berhasil dalam belajar disebabkan mereka selalu menempatkan disiplin di atas semua tindakan dan perbuatan. Semangat juga sangat penting dalam belajar. Orang yang tidak semangat dalam belajar berarti lesu. Disiplin dan bersemangat dalam belajar perlu ditumbuhkan, dipupuk, dan dipertahankan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai penggerak jiwa untuk melakukan aktivitas belajar sehingga mendapatkan prestasi yang memuaskan.
  1. Konsentrasi
Di dalam belajar diperlukan konsentrasi dalam perwujudan perhatian terpusat. Dalam belajar, orang yang tidak dapat berkonsentrasi jelas tidak akan berhasil menyimpan atau menguasai bahan pelajaran. Konsentrasi dimaksudkan untuk memusatkan segenap kekuatan perhatian pada suatu situasi belajar. Di dalam belajar, mungkin juga ada perhatian sekadarnya, tetapi tidak konsentrasi, maka materi yang masuk dalam pikiran mempunyai kecenderungan berkesan, tetapi samara-samar di dalam kesadaran. Kesan itu mungkin juga jelas bagi seseorang untuk memahami secara umum apa yang telah di lihat atau di dengarnya, tetapi tidak cukup kuat untuk membuat kesan yang hidup dan tahan lama (abadi).61 Oleh karena itu, setiap pelajar berusaha dengan keras agar mempunyai konsentrasi yang tinggi dalam belajar. Seperti yang di ungkapkan oleh Maulana Wahiduddin Khan (2004:69) bahwa konsentrasi intelektual itu penting untuk mencapai puncak prestasi.62
  1. Pengaturan waktu
Seorang pelajar haruslah bisa menjaga waktu dan menyusun waktunya dengan cara yang memungkinkan dia mempelajari pelajaranya sehingga menjadi pelajar yang berprestasi. Nilai waktu bagi penuntut ilmu adalah amat besar. Mengatur waktu adalah suatu keharusan. Karena kehidupan bukanlah hal yang sia-sia. Untuk meraih keberuntungan dan keberhasilanya, ia harus menunaikan kewajiban-kewajibannya dalam rentang waktu yang tersedia dan tidak menyia-nyiakan waktunya dalam perkara yang tak memberikan manfaat. Sorang pelajar haruslah bisa menyusun dan mengatur waktunya, antara beribadah, menerima pelajaran, mengulang pelajaran, menyelesaikan urusan pribadi, dan sebagainya.63
  1. Jauhi sifat malas
Malas adalah salah satu sifat yang senantiasa menggejala di dalam setiap diri manusia. Malas adalah suatu sifat yang jelek. Malas musuh yang nyata-nyata menyeret seseorang ke jurang kegagalan. Bila sifat malas ini sudah menjadi bagian dari kehidupan seseorang, maka orang itu merasa berat sekali untuk melakukan suatu pekerjaan
Kegagalan studi pelajar sebagai salah satu penyebab adalah karena faktor malas untuk belajar. Sejumlah buku malas untuk dibaca, hanya dibiarkan berserakan menghiasi rak buku atau meja belajar. Pekerjaan rumah (PR) atau pekerjaan yang lainnya bertumpuk-tumpuk hanya menghiasi buku agenda kegiatan studi, akibat penyelesainnya di tunda-tunda hingga menjelang hari ujian atau tentamen.64
Seorang pelajar yang sangat malas belajar tidak akan pernah dapat menguasai pengetahuan atau mempertajam kemampuan-kemampuannya dengan cara apapun, dan kegagalanya dalam ujian akan menyebabkan tidak memiliki “ijazah” yang menunjukkan kemampuannya yang merupakan pintu gerbang kesuksesan. Hal ini seperti apa yang diungkapkan oleh khalifah kedua, Umar bin Khattab r.a. kerap kali mengungkapkan kekecewaanya terhadap orang yang senang dia datangi, ternyata di dapati mereka adalah orang-orang yang pemalas. “mengetahui bahwa dia tidak bekerja, maka dia adalah orang yang tidak memiliki nilai di mata saya (dia telah merendahkan derajatnya di mata saya)”.65 Dengan demikian, hindarilah jauh-jauh sifat malas supaya mendapatkan nilai (prestasi belajar) yang tinggi.
  1. Istirahat dan tidur
Tidur adalah istirahat yang paling baik. Istirahat atau tidur, keduanya sangat berguna untuk menghilangkan kelelahan, ketegangan pikiran, ketidaktenangan jiwa, dan sebagainya. Oleh karena itu, pentingnya membuat jadwal belajar untuk mengatur bahan pelajaran dan istirahat atau tidur pasti diperlukan oleh setiap pelajar yang ingin sukses mencapai cita-cita demi masa depan.66
  1. Pengaruh Bimbingan Belajar Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
Bimbingan belajar mutlak perlu dilaksanakan sebagai upaya proses bantuan atau pertolongan. Bimbingan belajar merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan yang penting dilaksanakan. Bimbingan belajar merupakan salah satu kegiatan bimbingan yang penting. Bimbingan ini menitikberatkan pemberian bantuan kepada individu siswa dalam usahanya mencapai keberhasilan untuk menguasai berbagai mata pelajaran, dan uraian ini dibatasi dari segi anak yang sedang belajar.
Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan inti atau utama. Keberhasilan dalam perbuatan banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, materi belajar dan sebagainya. Bagi seorang murid biasanya timbul masalah-masalah belajar seperti: tidak dapat menguasai mata pelajaran, tidak dapat menggunakan buku-buku pelajaran dan sebagainya. Dalam suatu penelitian yang telah dilakukan oleh I. Djumhur, et.al tahun 1968 tentang kesulitan belajar yang dialami oleh siswa-siswa SMA Negeri kelas II kota Bandung, diantaranya adalah kesulitan dalam belajar sendiri, dalam mempelajari buku, dalam mengerjakan tugas, dalam menghadapi ulangan/ujian, dalam menghadapi tugas-tugas rumah, dan dalam menerima pelajaran di sekolah. Kesimpulan lain ialah bahwa pada umumnya mereka menyatakan perlu adanya bantuan dalam belajar.67
Penelitian ilmiah lain menjelaskan tentang problematika yang dihadapi oleh siswa SMU yang dilakukan oleh Doktor Musthafa Fahmi yang bekerja sama dengan jurusan bimbingan konseling sebuah Fakultas Pendidikan telah mengadakan sebuah penelitian untuk mengetahui problematika yang dialami oleh para siswa siswi sebuah sekolah SMU di kota Kairo. Ada 243 siswa dan siswi yang dijadikan sebagai responden. Mereka diuji dengan harus menjawab 264 pertanyaan salah satunya mengenai bidang belajar.68 Dan dari hasil penelitian dari SMU Puteri tersebut lima macam problem yang seringkali terjadi dalam bidang tugas sekolah diantaranya, tidak bisa menghabiskan waktu yang cukup untuk belajar, tidak sanggup memusatkan pelajaran-pelajaran, tidak tahu bagaimana cara belajar yang efektif, merasa gelisah setiap kali menghadapi ulangan, tidak suka pada salah satu mata pelajaran.69 Dengan demikian, hal tersebut dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya. Mulyono Abdurrahman (1999:11) juga menyimpulkan “kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan.70
Kiranya sekarang jelas, bahwa dalam suatu masalah kegiatan belajar ini banyak sekali masalah-masalah yang timbul, terutama yang dirasakan oleh para murid. Tentu saja murid-murid sekiranya memerlukan bantuan dalam belajar agar mereka dapat berhasil dan memperoleh prestasi belajar yang baik. Dan bagaimana dalam mengatasi masalah-masalah yang timbul dari kegiatan belajar. Di sinilah penting dan perlunya Bimbingan Belajar yaitu untuk membantu murid-murid agar mereka berhasil dalam belajar.
Kegiatan bimbingan belajar dapat dilaksanakan oleh siapa saja. Diantaranya guru, orang tua, Bimbel privat dan sebagainya. Bimbingan belajar yang diberikan oleh orang tua yaitu orang tua haruslah dapat memotivasi dan membantu anaknya dalam hal belajar. Orang tua sebaiknya mengambil peran yang lebih aktif kepada anak yang mempunyai prestasi belajar yang kurang bagus. Misalnya, menetapkan strategi-strategi untuk belajar secara mandiri, memantau kerja mereka secara teratur untuk memastikan mereka menyelesaikan pekerjaan rumah (PR), dapat juga menceritakan kepada anak kisah-kisah kehebatan orang terdahulu, terutama tentang kisah anak-anak yang berhasil meraih prestasi bagus berkat kegigihan dan kerja keras mereka dalam belajar dan berusaha, dan juga kisah anak-anak yang pemalas, pengecut berikut akibat-akibat buruk yang harus mereka terima.
Memberikan teknik-teknik belajar yang efisien kepada anak, misalnya dengan belajar akan meningkatkan nilai mereka. Menyakinkan mereka agar mencoba dengan satu mata pelajaran untuk membuat mereka tertarik untuk melakukan praktek belajar yang lebih efektif pada mata-mata pelajaran lain. Karena hasil penelitian menunjukkan, bila orang terlalu banyak mempelajari bahan, meningkatkan ingatan akan bahan dan oleh karena itu mungkin akan meningkatkan nilai ujian.71
Suatu penelitian yang dilakukan oleh Mayis Casdari pada siswa  kelas II SMA PGRI 2 Kajen yaitu terdapat hubungan yang positip dan signifikan antara perhatian orang tua dan prestasi belajar siswa, ada hubungan yang positif antara minat belajar dengan prestasi belajar siswa. Dan ada hubungan yang positip antara perhatian orang tua dan minat belajar dengan prestasi belajar.72 Dengan demikian, sebagai orang tua hendaknya dapat memperhatikan dan membimbing anaknya dalam hal belajar supaya mendapat prestasi belajar yang baik.
Terdapat juga bimbingan belajar (bimbel) tambahan yaitu bimbel privat. Metode belajar yang digunakan adalah klasikal, dengan jumlah anak yang dibatasi. Terdapat juga metode belajar yang digunakan adalah pengajarnya mendatangi sang anak. Jumlah anak yang ikut bimbel privat pun biasanya hanya berjumlah 1-3 orang anak saja. Materi pelajaran yang diberikan lebih tergantung kepada kebutuhan anak. Biasanya, yang dipelajari adalah materi yang dianggap sangat sulit dipecahkan oleh sang anak.
Dengan mengikuti Bimbel Privat anak bisa mendapatkan manfaat belajar yang sulit ditemui di sekolah. Anak juga bisa lebih fokus dan perhatian mengikuti bimbel karena jumlah siswa yang jauh lebih sedikit dibanding jumlah murid di dalam kelas di sekolahnya. Manfaat lainnya, dengan bimbel privat anak juga berkesempatan mengulang kembali pelajaran sekolah untuk bisa lebih dipahami lagi. Karena, materi pelajaran tentu akan lebih mudah diingat bila dipelajari berulang-ulang.73
Bimbingan belajar merupakan suatu upaya membantu siswa yang mendapatkan kesulitan dalam belajar dan juga dapat membantu dalam meningkatkan prestasi belajar. Dengan demikian, seorang siswa seharusnya mendapatkan sebuah layanan bimbingan belajar untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik disekolah. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Sri Mulyatun yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang perbedaan prestasi belajar siswa yang mengikuti bimbingan belajar dengan prestasi belajar siswa yang tidak mengikuti bimbingan belajar. Bagaimanapun frekuensi belajar sangat berpengaruh terhadap prestasi. Dan hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa yang mengikuti tambahan pelajaran melalui bimbingan belajar hasilnya lebih baik dari mereka yang tidak mengikuti bimbingan belajar.74 Dengan demikian bimbingan belajar sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa dan mutlak untuk dilaksanakan sebagai bantuan untuk menghindari kesulitan di dalam proses kegiatan belajar siswa di sekolah.
 
BAB III
METODE PENELITIAN
  1. Rancangan Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian yaitu tentang “Pengaruh Bimbingan Belajar Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa MI Al-Umron Bendosewu Kecamatan Talun Kabupaten Blitar”. Maka dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti menempuh tahapan-tahapan sebagai berikut:
        1. Tahap Persiapan
        2. Tahap Pelaksanaan
        3. Tahap Pelaporan
Dari ketiga tahap tersebut akan diuraikan satu-persatu sebagai berikut:
  1. Tahap Persiapan
Tahap ini merupakan usaha untuk mempersiapkan penelitian, dalam hal ini yang dipersiapkan adalah sebagai berikut:
    1. Menetapkan judul dan permasalahan, melakukan pengkajian kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan yang telah ditemukan dan melakukan studi ke lapangan dengan tujuan untuk mengetahui apakah data yang diharapkan tersedia.
    2. Konsultasi dengan dosen pembimbing tentang judul, permasalahan beserta latar belakangnya.
    3. Meminta surat pengantar dari Ketua STIT Al-Muslihuun Tlogo Kanigoro Blitar untuk menunjukkan identitas bahwa peneliti benar-benar mahasiswa STIT Al-Muslihuun Tlogo Kanigoro Blitar yang akan mengadakan penelitian.
    4. Menghubungi tempat penelitian, yaitu peneliti menyampaikan surat pengantar kepada Kepala MI Al-Umron Bendosewu untuk mendapatkan persetujuan mengadakan penelitian serta melakukan studi lapangan.
    5. Membuat proposal penelitian, yang berisikan tentang judul penelitian, permasalahan dan latar belakang masalah, tujuan penelitian, landasan teori, jenis data, sumber data, teknik pengambilan data dan teknik pengolahan data penelitian.
        1. Tahap Pelaksanaan
Setelah masa persiapan selesai, maka langkah selanjutnya peneliti terjun ke lapangan melaksanakan penelitian. Dengan langkah sebagai berikut:
a. Pengambilan data dengan cara melakukan penyebaran angket yang ditujukan kepada siswa kelas IV, V, dan VI MI Al-Umron Bendosewu Kecamatan Talun Kabupaten Blitar dan pengambilan data prestasi belajar siswa pada rapot semester I Tahun Pelajaran 2010/2011.
          1. Menghitung data yang diperoleh
  1. Menghitung skor angket tentang bimbingan belajar, selanjutnya menghitung rata-rata pengolahan ini digunakan untuk menjawab permasalahan nomor 1 yaitu “Bagaimanakah bimbingan belajar yang diperoleh siswa yang ada di MI Al-Umron Bendosewu?”
  2. Data prestasi belajar yang diperoleh dari raport semester I dibuatkan kelas interval, kemudian dihitung presentase setiap kelas interval. Hal ini digunakan untuk menjawab permasalahan nomor 2 yaitu “Bagaimana Prestasi Belajar Siswa yang ada di MI Al-Umron Bendosewu?”
  3. Sedangkan untuk menjawab permasalahan nomor 3 yaitu “Adakah hubungan atau pengaruh bimbingan belajar terhadap peningkatan prestasi belajar siswa di MI Al-Umron Bendosewu?” dengan melalui rumus product moment yang didahului menghitung Bantu product moment, selanjutnya menguji hipotesa yaitu membandingkan hasil perhitungan rumus dengan tabel yang telah tersedia.
              1. Tahap Pelaporan.
Pada tahap ini peneliti menyusun laporan hasil penelitian dalam bentuk skripsi.
  1. Populasi dan Sampel
Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti.1 Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus.2
Dalam penelitian ini adalah individu atau peserta didik yaitu siswa MI Al-Umron Bendosewu yang terdiri dari 6 kelas. Jumlah keseluruhan siswa adalah 202 terdiri dari siswa laki-laki 98 anak dan siswa perempuan 104 anak.
Sedangkan sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang dianggap bisa mewakili sebuah populasi. Objek atau nilai yang diteliti dalam sampel disebut unit sampel. Unit sampel mungkin sama dengan unit analisis, tetapi mungkin juga tidak.3 Jika hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian disebut penelitian sampel. Sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang diteliti.4
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:134) bahwasanya “untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10-50% atau 20-25% atau lebih”.5
Sedangkan teknik pengambilan sampel yang peneliti gunakan adalah teknik acak sederhana dengan data berkelompok. Alasanya bahwa dalam pengelompokan pada suatu kelas, tidak ada perbedaan atau kelas unggulan. Sampel yang peneliti ambil sebanyak dua kelas yaitu kelas IV dan V dengan jumlah siswa sebanyak 202 anak. cara pengambilannya diundi dari 6 kelas dan hasilnya kelas IV dan V.


  1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrument penelitian merupakan alat yang digunakan dalam melakukan pengukuran, dalam hal ini alat untuk mengumpulkan data pada suatu penelitian.6
        1. Angket atau Kuisioner
Sebagian besar penelitian umumnya menggunakan angket sebagai metode yang dipilih untuk mengumpulkan data. Angket memang mempunyai banyak kebaikan sebagai instrumen pengumpulan data.7
Angket adalah seperangkat pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau dilengkapi oleh responden.8 Angket atau Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan yang tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.9
        1. Teknik Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subjek penelitian, namun melalui dokumen. Dokumen yang digunakan dapat berupa buku harian, surat pribadi, laporan, notulen rapat, catatan kasus dalam pekerjaan sosial dan dokumen lainnya.10 Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Metode dokumentasi berarti cara mengumpulkan data dengan mencatat data-data yang sudah ada. Teknik dokumentasi dipakai karena peneliti memerlukan data yang dimiliki sekolah, yaitu berupa daftar siswa, beserta prestasi belajar yang diambil dari nilai raport semester I Tahun Pelajaran 2010/2011.
  1. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa-peristiwa atau hal-hal atau keterangan-keterangan atau karakteristik-karakteristik sebagian atau seluruh elemen populasi yang akan menunjang atau mendukung penelitian.11
Dalam suatu penelitian diperlukan adanya suatu data sebagai hasil dari akhir penelitian. Untuk memperoleh data-data yang tidak menyimpang dari tujuan yang akan dicapai maka peneliti menggunakan cara pengumpulan data yang berupa yaitu:
        1. Angket
Jenis angket yang digunakan oleh peneliti adalah angket tertutup (berstruktur), yaitu angket yang menghendaki jawaban pendek, atau jawabanya diberikan dengan membubuhkan tanda tertentu. Daftar pertanyaan disusun dengan alternative jawabanya, responden diminta untuk memilih salah satu jawaban atau lebih dari alternative yang sudah disediakan.12 Jumlah item angket sebanyak 15 buah, dengan alternative jawaban 3 option. Penyebaran angket ini untuk mengetahui bimbingan belajar yang diperoleh siswa.
Untuk mendapatkan data yang komprehensif, angket ini dibagikan kepada siswa-siswi Madrasah Ibtidaiyah Al- Umron Bendosewu yang menjadi responden. Angket tersebut berisi pertanyaan seputar bimbingan belajar yang diperoleh siswa-siswi yang ada di Madrasah Ibtidaiyah Al-Umron Bendosewu.
2. Dokumentasi
Teknik dokumentasi dipakai karena peneliti memerlukan data yang dimiliki sekolah, yaitu berupa daftar siswa, beserta prestasi belajar yang diambil dari nilai raport semester I Tahun Pelajaran 2010/2011.
  1. Teknik Analisis Data
Agar penelitian sampai pada kesimpulan maka harus diadakan analisa data maksudnya untuk melihat sejauh mana siswa mendapatkan bimbingan belajar dan prestasi belajar beserta pengaruh bimbingan belajar terhadap peningkatan prestasi belajar siswa yang ada di MI Al-Umron Bendosewu. Sesuai dengan tujuan tersebut pada penelitian ini teknik analisa data yang digunakan adalah:
  1. Untuk mencapai tujuan pertama
Peneliti memberikan skor pada angket yang telah disebarkan untuk setiap angket terdiri dari 15 soal tentang bimbingan belajar yang diperoleh siswa. Setelah angket dikumpulkan dan masing-masing diberi skor, skor dihitung berdasar jawaban siswa. Data yang berjumlah 15 soal tersebut dilakukan pemeriksaan dan pengelolaan, dimana setiap item mempunyai 3 alternatif jawaban yang artinya pada setiap item diberi bobot masing-masing untuk no 1 sampai 15, skor tiap alternatife jawaban a = 3, b = 2, c = 1, sementara perangkat angket secara menyeluruh dapat dilihat sebagaimana terlampir. Kemudian dibuatkan kelas interval dengan rumus f/n x 100%=….%. Serta penggolongan ke dalam kategori.
Tabel 3.1
Pedoman Pengkategorian Skor Bimbingan Belajar

No
Interval
Kualitas
1
2
3
4
15-23,0
23,1-30,0
30,1-38,0
38,1-45
Kurang
Cukup
Baik
Baik Sekali

  1. Untuk menjawab permasalahan kedua
Setelah nilai prestasi belajar diperoleh dari dokumen Daftar Nilai (Raport) Semester I Tahun Pelajaran 2010/2011, kemudian dibuatkan kelas interval dan dicari presentase setiap kelas interval dengan rumus f/n x 100%=…% serta menggolongkan ke dalam pengkategorian yang berpedoman pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.2
Pedoman Pengkategorian Prestasi Belajar

No
Interval
Kualitas
1
2
3
4
50,1-60,0
60,1-70,0
70,1-80,0
80,1-90,0
Cukup
Lebih Dari Cukup
Baik
Baik Sekali

  1. Untuk menjawab persoalan ketiga dengan korelasi product moment (rxy), karena korelasi ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung, yaitu bimbingan belajar dengan prestasi belajar.
Sedangkan langkah-langkah dalam analisis data adalah sebagai berikut:
    1. Mengemukakan hipotesa statistik dalam bentuk hipotesa kerja (Hi) dan hipotesa alternatif (Ho).
    2. Menghitung data dengan tabel bantu korelasi.
    3. Memasukkan hasil perhitungan tabel ke dalam rumus Product Moment.
Adapun rumus r korelasi adalah
rxy =

Keterangan:
rxy : Korelasi antara bimbingan belajar dengan peningkatan prestasi belajar siswa
N : Jumlah populasi
X : Variabel bebas (bimbingan belajar)
Y : Variabel tergantung (prestasi belajar siswa)
XY : Jumlah product moment dari X dan Y
∑X² : Jumlah hasil kali X dan X
∑Y² : Jumlah hasil kali Y dan Y13


  1. Pengujian hipotesa
Dalam pengujian hipotesa dengan menggunakan taraf signifikasi 5% atau taraf kepercayaan 95% dan 1% atau taraf kepercayaan 99%. Cara pengujiannya membandingkan r hitung dengan r tabel, di mana Hi diterima dan Ho ditolak jika harga r hitung sama atau melebihi r tabel (r hitung ≥ r tabel), dan Hi ditolak dan Ho diterima, jika harga r hitung lebih kecil dari harga r tabel (r hitung < r tabel).

 
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
  1. Kondisi Obyektif MI Al-Umron Bendosewu Talun Blitar
Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai kondisi obyektif dari MI Al-Umron Bendosewu Talun Kabupaten Blitar berdasarkan data yang ditemukan, diantarannya sebagai berikut:
  1. Profil MI Al-Umron Bendosewu Talun Kabupaten Blitar
    1. Nama dan Alamat Sekolah : MI Al-Umron
      1. Jalan/Desa : Jln. A. Yani No. 27 Bendosewu
      2. Kecamatan : Talun
      3. Kabupaten : Blitar
      4. Propinsi : Jawa Timur
  1. Nama Yayasan Penyelenggara : Yayasan Pendidikan dan Dakwah
Al-Umron
  1. NSS/NSM : 112350509057
  2. Jenis Akreditasi : Terakreditasi A Th. 2009
  3. Tahun Didirikan : 1974
  4. Tahun Beroperasi : 1974
  5. Status Tanah : Wakaf/Milik Sendiri
  6. Surat Bukti Kepemilikan : Sertifikat
  7. Luas Tanah : 2250 m²
  8. Status Bangunan : Milik Sendiri
  9. Data Guru :
    1. Jumlah Guru Keseluruhan : 17 orang
    2. GTY : 15 orang
    3. GTT :
    4. Guru DPK : 2 orang
    5. Bidang Keahlian Guru yang ada : -
  1. Sumber Dana Operasional dan Perawatan
    1. Pemerintah : BOS (APBD/APBN)
    2. Yayasan/Masyarakat : Donatur
    3. …………………… : ………………
  2. Nomor Rekening Bank : Bank Jatim Atas nama MI Al-Umron/Muthoharoh
Nomor Rekening : 0142124751 (Fc Terlampir)
  1. Akte Notaris Yayasan :W. Soetomo, S.H. Blitar, 10- 6-1985 No.5/85/6 (Fc Terlampir)
 
BAB V
PENUTUP

  1. Kesimpulan
Sesuai dengan hasil penelitian seperti yang telah dibahas pada bab IV, maka peneliti dapat menyimpulkan:
        1. Data tentang bimbingan belajar yang diperoleh siswa kelas IV dan V MI Al-Umron Bendosewu Talun Blitar Tahun Pelajaran 2010/2011 yang berkategori rendah berjumlah 0 siswa atau 0%, yang berkategori cukup berjumlah 2 siswa atau 5% dan yang berkategori baik berjumlah 29 siswa atau 72,5%. Dan yang berkategori baik sekali 9 siswa atau 22,5%. Jadi yang paling banyak adalah bimbingan belajar yang diperoleh siswa yang berkategori baik dengan persentase 72,5%.
        2. Prestasi belajar siswa kelas IV dan V MI Al-Umron Bendosewu Talun Blitar Tahun Pelajaran 2010/2011, yang tergolong kategori cukup berjumlah 0 siswa atau 0%, yang tergolong kategori lebih dari cukup 12 siswa atau 30%, yang tergolong kategori baik 19 siswa atau 47,5% dan yang tergolong baik sekali adalah 9 siswa atau 22,5%. Jadi prestasi belajar siswa kelas IV dan V MI Al-Umron Bendosewu Talun Kabupaten Blitar yang terbanyak adalah 47,5% dengan kategori baik.
3. Ada hubungan dan pengaruh antara bimbingan belajar yang diperoleh siswa dengan prestasi belajar siswa di MI Al-Umron Bendosewu Talun Kabupaten Blitar Tahun Pelajaran 2010/2011, dengan bukti harga r hasil perhitungan dan r dari tabel dengan menggunakan taraf signifikasi 5% diperoleh rhitung = 0,462 ≥ rtabel = 0,312, berarti Hi diterima dan Ho ditolak. Sedangkan jika menggunakan taraf signifikasi 1% diperoleh rhitung = 0,462 ≥ rtabel = 0,403, berarti Hi diterima Ho ditolak. Dengan demikian tinggi rendahnya prestasi belajar siswa MI Al-Umron Bendosewu Talun Kabupaten Blitar Tahun Pelajaran 2010/2011.
Berkaitan dengan bimbingan belajar yang diperoleh siswa, yang mendapatkan bimbingan belajar dari orang tua maupun mengikuti les privat. Artinya semakin baik bimbingan belajar yang diperoleh dari orang tua maupun bimbingan belajar privat di luar rumah semakin mendukung kegiatan belajar siswa. Sehingga semakin tinggi prestasi belajar siswa dan sebaliknya semakin kurang mendukung bimbingan belajar yang diperoleh semakin rendah prestasi belajar siswa. Dengan kata lain bimbingan belajar mutlak perlu dilaksanakan sebagai upaya membantu siswa dalam menghadapi kesulitan belajarnya. Untuk itu hendaknya siswa tersebut mendapatkan bantuan untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar. Mereka memerlukan pendekatan-pendekatan khusus untuk mencapai hasil-hasil belajar yang diharapkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membantu meningkatkan hasil belajar mereka adalah dengan melaksanakan sebuah layanan bimbingan belajar.



  1. Saran-saran
        1. Sekolah
Jika siswa mempunyai permasalahan dalam belajarnya, maka pihak sekolah harus membantu mencari jalan pemecahan mungkin bisa melakukan perlakuan-perlakuan khusus kepada siswa yang mempunyai prestasi belajar yang cukup tergolong rendah. Di samping itu guru harus cepat dan tanggap terhadap masalah yang dihadapi siswa dalam hal prestasi belajar.
        1. Orang tua
Sebagai orang tua seharusnya membantu dan membimbing anaknya dalam hal belajar supaya mendapatkan prestasi belajar yang membanggakan. Dan mendukung semua kegiatan belajar untuk memecahkan masalah anaknya dalam hal belajar.
        1. Siswa
Berusaha dalam hal belajar supaya mendapatkan prestasi yang dapat membanggakan orang tua, maupun sekolah. Dan hasilnya akan bermanfaat bagi siswa itu sendiri.







DAFTAR RUJUKAN


A. Koesoema, Doni. 2007. Pendidikan Karakter, Jakarta: Grasindo

A. M, Sardiman. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Raja Grafindo

Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta

Ahmadi, Abu, dkk. 2004. Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta

Akhmad Sudrajat, Membimbing Kesulitan Belajar Siswa (25 Januari, 2008) http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/25/kesulitan-dan-bimbingan-belajar/

Al-Albani, M. Nashirudin. 2003. Ringkasan Shahih Bukhari, Jakarta: Gema Insani

Arifin, Anwar. 2003. Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam UU Sisdiknas, Jakarta: Ditjen Kelembagaan Agama Islam Depag

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT Rineka Cipta

As’ad, Aliy. Tt. Terjemah Ta’limul Muta’alim, Bimbingan Bagi Penuntut Ilmu, Kudus: Menara Kudus

Asy-Syakhs, Abdul Aziz. 2001. Kelambanan dalam Belajar Penyebab & Cara Penanganannya, Jakarta: Gema Insani

Daroini, Slamet. 2010. Peran Usaha Kesehatan Sekolah Terhadap Peningkatan Akhlak di MTs Jabung Kecamatan Talun Kabupaten Blitar, Skripsi (Blitar: Perpustakaan STIT Al-Muslihuun, td)

Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. 2002. Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: tnp

Departemen Agama RI. 1998. Al-Qur’an dan Terjemahannya, Surabaya: Al-Hidayah

Zuhri, Moh. dkk. 1992. Sunan At-Tirmidzi, Terjemah Sunan At-Tirmidzi, Semarang: CV. Asy Syifa

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Rahasia Sukses Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta

_______, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta

Djumhur, dkk. tt. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Bandung: C.V Ilmu


Ghazali, Imam. 2004. Ringkasan Ihya’ Ulumudin, Surabaya: Himmah Jaya


Hamalik, Oemar. 2008. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: PT. Bumi Aksara

Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Jakarta: Ghalia Indonesia

Ihsan, Hamdani, dkk. 2007. Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia

Kamus Pusat Bahasa. 2008. Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa

Khan, Maulana Wahiduddin. 2004. Psikologi Kesuksesan, Jakarta: Robbani Press

Mahfudz, Syaikh M. Jamaluddin. 2007. Psikologi Anak dan Remaja Muslim, Jakarta: Pustaka Al Kautsar

Majid, Abdul. 2009. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Margono. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan : Komponen MKDK, Jakarta: PT Rineka Cipta


Mudyahardjo, Redja. 2008. Filsafat Ilmu Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Muhammad ibn Yazid, Al-Hafidz Abi Abdillah . Tt. Sunan Ibnu Majah, Semarang: Toha Putra

Mujib, Abdul, dkk. 2006. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana

Mulyadi, Agus. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: tnp

Nasution, S. 2009. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara


Normies, Adam, dkk. 1992. Kamus Bahasa Indonesia, Surabaya: Karya Ilmu

Partowisastro, Koestoer. 1982. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah-Sekolah, Jakarta: Erlangga


Rimm, Sylvia. 2000. Smart Parenting Mendidik dengan Bijak, Jakarta: PT Grasindo

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT Rineka Cipta


Subana, M, dkk. 2005. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka Setia

Sukarman, Hery. 2004. Dasar-dasar Pembelajaran, Jakarta: tnp

Syah, Muhibbin. 2009. Psikologi Belajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Syahatah, Husein. 2004. Kiat Islami Meraih Prestasi, Jakarta: Gema Insani

Tabrani, A, dkk. 1992. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Tafsir, Ahmad. 2007. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Turoichan Al-Qudsy, Musa. 2005. Menggapai Tingkatan Sufi dan Waliyullah (Terjemah Syarah Al-Hikam), Surabaya: Ampel Mulia

U. S, Limson. 1985. Bimbingan dan Dasar-Dasar Pelaksanaanya, Jakarta: PT Rajawali

Walgito, Bimo. 2005. Bimbingan dan Konseling, Yogyakarta: C.V Andi Offset

Wijaya, Juhana. 1988. Psikologi Bimbingan, Bandung: PT Eresco


Yusuf, Syamsu, dkk. 2010. Landasan Bimbingan dan Konseling, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Yusuf, Zulkifli. 1988. Panduan Khidmat Bimbingan, Selangor: Percetakan Dewan Bantara dan Pustaka




1 M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), hlm. 58
2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 130
3 M. Iqbal Hasan, loc. cit
4 Suharsimi Arikunto, op. cit, hlm. 131
5 Ibid, hlm. 134
6 M. Iqbal Hasan, op. cit, hlm. 76
7 Suharsimi Arikunto, op. cit, hlm. 225
8 M. Subana, et. al, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah (Bandung: Pustaka Setia, 2005) hlm. 135
9 Suharsimi Arikunto, op. cit, hlm. 151
10 M. Iqbal Hasan, op. cit, hlm. 87
11 M. Iqbal Hasan, op. cit, hlm. 83
12 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan : Komponen MKDK (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007), hlm. 167
13 M. Subana, et. al, op. cit, hlm. 177


1 Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia. (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), hlm. 202
2 Adam Normies, et.al., Kamus Bahasa Indonesia. (Surabaya: Karya Ilmu, 1992), hlm. 29
3 Juhana Wijaya, Psikologi Bimbingan (Bandung: PT Eresco, 1988), hlm. 90
4 Zulkifli Yusuf, Panduan Khidmat Bimbingan, (Selangor: Percetakan Dewan Bantara dan Pustaka, 1988), hlm. 17
5 Redja Mudyahardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 55
6 Ibid, hlm. 57
7 Eko susanto, Pengertian Bimbingan (Bimbingan Konseling: Mei, 2008) http://eko13.wordpress.com/2008/03/16/pengertian-bimbingan/
8 Juhana Wijaya, op.cit, hlm. 91
9 Limson U.S, Bimbingan dan Dasar-Dasar Pelaksanaanya (Jakarta: PT Rajawali, 1985), hlm. 103
10 Syamsu Yusuf, et.al, Landasan Bimbingan dan Konseling (Bandung: PT Remaja Rosda karya, 2010) , hlm. 26
11 Redya Mudyahardjo, op.cit, hlm. 65
12 Syamsu Yusuf, et. al, op.cit,. hlm. 25-26
13 Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karir) (Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2005), hlm. 4-5
14 Kamus Pusat Bahasa, op., cit. hlm 24
15 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), hlm. 2
16 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), hlm. 13
17 A. Tabrani, et.al , Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992), hlm. 9
18 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009), hlm. 68
19 A. Tabrani, et.al, loc.cit
20 M. Nashiruddin Al-Albani, Ringkasan Shahih Bukhari (Jakarta: Gema Insani, 2003), hlm. 52
21 Abdul Aziz Asy-Syakhs, Kelambanan dalam Belajar Penyebab dan Cara Penangananya (Jakarta: Gema Insani, 2001), hlm. 38
22 Abu Ahmadi, et.al, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hlm. 77
23 Abdul Aziz Asy-Syakhs, op. cit, hlm. 34
24 Redya Mudyahardjo, op.cit, hlm. 56-57
25 Djumhur, et.al, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: C.V. Ilmu, tt), hlm. 35
26 Gizcha, Manfaat Bimbingan Belajar (Pendidikan: November, 2009) http://gizcya.blogspot.com/2009/11/manfaat-bimbingan-belajar.html
27 Agus Mulyadi, Dasar Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: tnp., 2004), hlm. 20
28 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 119
29 Koestoer Partowisastro, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah-Sekolah (Jakarta: Erlangga, 1982), hlm. 46-47
30 Abdul Mujib,et.al., Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 228-229
31 Sylvia Rimm, Smart Parenting Mendidik dengan bijak (Jakarta: PT Grasindo, 2000), hlm. 199
32 Abdul Aziz Asy-Syakhs, op.cit, hlm. 45-46
33 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999), hlm. 110
34 Abu Ahmadi, et.al, op.cit, hlm. 87
35 Gizcha, loc. cit
36 Double Helix, Manfaat dan Kebaikan Les Privat (April, 2009) http://doublehelixprivat.blogspot.com/2009/04/manfaat-dan-kebaikan-les-privat.html

37 Abu Ahmadi, et.al, op.cit, hlm 151
38 Wisa Nggenl. Pengertian Prestasi Belajar (januari, 2011) http://mahera.net/tag/arti-prestasi-belajar/
39 Ridwan202, Ketercapaian Prestasi Belajar (Dunia Ilmu: Mei, 2008) http://ridwan202.wordpress.com/2008/05/03/ketercapaian-prestasi-belajar/
40 Muhibbin Syah, op.cit, hlm. 148
41 Musa Turoichan Al-Qudsy, Menggapai Tingkatan Sufi & Waliyullah (Terjemah Syarah Al-Hikam) (Surabaya: Ampel Mulia, 2005), hlm. 299
42 Abu Ahmadi, et.al, op. cit, hlm. 82
43 Muhibbin Syah, op. cit, hlm. 151
44 Slameto, op. cit, hlm. 57
45 Slameto, loc. cit
46 Abu Ahmadi, et.al, op. cit, hlm. 83
47 Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karier) (Yogyakarta: Andi, 2010), hlm. 144
48 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, op. cit, hlm. 191
49 Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2010), hlm. 173
50 Abu Ahmadi, et.al, loc. cit
51 Slameto, op. cit, hlm. 60
52 Abdul Mujib, et.al, op. cit, hlm. 226
53 Slameto, op.cit, hlm. 61
54 Hamdani Ihsan, et.al, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2007), hlm. 93
55 Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang Sisdiknas (Jakarta: Ditjen Kelembagaan Agama Islam Depag, 2003), hlm. 45-46
56 Syaikh M. Jamaluddin Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2007), hlm. 158
57 Hery Sukarman, Dasar-Dasar Pembelajaran (Jakarta: tnp, 2004), hlm. 1
58 Ridwan202, loc. cit
59 Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), hlm. 17
60 Husein Syahatah, Kiat Islami Meraih Prestasi (Jakarta: Gema Insani, 2004), hlm. 62-77
61 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 40-41
62 Maulana Wahiduddin Khan, Psikologi Kesuksesan (Jakarta: Robbani Press, 2004), hlm. 69
63 Husein Syahatah, op. cit, hlm. 45-46
64 Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar, op. cit, hlm. 30-31
65 Maulana Wahiduddin Khan, op. cit, hlm. 25
66 Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar, op. cit, hlm. 22
67 I. Djumhur, et.al, op.cit, hlm. 23-24
68 Syaikh M. Jamaluddin Mahfuzh, op. cit, hlm. 167
69 Ibid, hlm. 173
70 Mulyono Abdurrahman, op. cit, hlm. 11
71 Sylvia Rimm, op. cit, hlm. 204
72 Mayis Casdari, Pengaruh Perhatian Orang Tua dan Minat Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa (Pustaka Skripsi: Maret, 2010) http://www.pustakaskripsi.com/pengaruh-perhatian-orangtua-dan-minat-belajar-dengan-prestasi-belajar-siswa-16.html
73 Nathan Jimbro Alie, Menentukan Lembaga Bimbingan Belajar (Artikel Indonesia: Desember, 2009) http://domba-bunting.blogspot.com/2009/12/menentukan-lembaga-bimbingan-belajar.html
74 Sri Mulyatun, Pengaruh Bimbingan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa di Sekolah (Jurnal Manajerial, Vol. 3 No.1, 2007 ) http://journal.amikom.ac.id/index.php/manajemen/article/viewArticle/41
1 Slamet Daroini, “Peran Usaha Kesehatan Sekolah Terhadap Peningkatan Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jabung Kecamatan Talun Kabupaten Blitar”, Skripsi (Blitar: Perpustakaan STIT Al-Muslihuun, 2010), t.d., hlm. 1
2 Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), hlm. 2
3 Al Hafidz Abi Abdilllah Muhammad Ibn Yazid, Sunan Ibnu Majah. (Semarang: Toha Putra, tt ), hlm. 81
4 Moh.Zuhri, et.al., Sunan At-Tirmidzi. Terjemah Sunan At-Tirmidzi, (Semarang: CV.Asy Syifa’. 1992) hlm. 274
5 Imam Ghazali, Ringkasan Ihya’Ulumudin. (Surabaya: Himmah Jaya. 2004) hlm. 9-10
6 Moh Zuhri, et. al, loc.cit.
7 Syaiful Bahri Djamarah, op.cit, hlm. 3
8 Ibid. hlm. 4
9 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya, (Surabaya: Al-Hidayah, 1998), hlm. 910
10 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hlm. 154
11 Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Metodologi Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: tnp 2002), hlm. 26-27
12 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 44
13 Oemar Hamalik, loc.cit.
14 Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter (Jakarta: Grasindo, 2007), hlm. 225
15 S. Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Dan Mengajar (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), hlm. 35
16 Akhmad Sudrajat, Membimbing Kesulitan Belajar Siswa (25: Januari, 2008). http//akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/25/kesulitan-dan-bimbingan-belajar/
17 Nathan Jimbro Alie, Menentukan Lembaga Bimbingan Belajar (Artikel Indonesia: Desember, 2009). Http://domba-bunting.blogspot.com/2009/12/menentukan-lembaga-bimbingan-belajar.html
18 Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 10
19 Ridwan202, Ketercapaian Prestasi Belajar (Dunia Ilmu: Mei, 2008). http://ridwan202.wordpress.com/2008/05/03/ketercapaian-prestasi-belajar/

3 komentar:

  1. assalamualaikum wrwb. kaa boleh gak saya minta contoh angket kaka tentang bimbingan belajar ini? kalo boleh tolong kirim ke email saya ka , rossymaulidawindyani@gmail.com :)

    BalasHapus
  2. Mbak, mau tanya buku tentang les privat itu mbaknya dapat darimana?

    BalasHapus

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN DARING TERHADAP MATERI SURAT PENDEK AL-QUR’AN MELALUI VIDEO PEMBELAJARAN POWTOON DAN GAME EDUKATIF WORDWALL SISWA KELAS V DAN VI SD NEGERI KLEMUNAN 02 KECAMATAN WLINGI KABUPATEN BLITAR

  Lihat disini Link Laporan Aktualisasi Diklat Dasar CPNS Pemerintah Kabupaten Blitar Tahun 2021  by: Nazilatul Mutamimah, S.Pd.I Angkatan 47